Cuaca Ekstrim, Harga Sayur di Pasar Agrobisnis Anjlok

Dilihat 4773 kali
Pasar Agrobisnis Sewukan, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

BERITAMAGELANG.ID - Satu bulan terakhir komoditas pertanian di Kabupaten Magelang terpuruk, harga jualnya anjlok akibat cuaca ekstrim, sementara hasil panen melimpah namun kualitasnya rendah.


Anjloknya harga hasil pertanian ini terlihat dalam aktivitas pedagang di pasar Arobisnis Sewukan Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (14/02). Transaksi jual beli terlihat lesu, hanya sedikit pedagang dari luar daerah yang datang membeli.


Namun, kondisi bertolak belakang dengan pasokan aneka sayur mayur dari para petani lereng Gunung merapi dan merbabu Kabupaten Magelang dan Boyolali yang terlihat melimpah. Semua jenis sayuran itu masih terlihat menumpuk di atas mobil pengangkut.


Padahal semua jenis sayuran seperti kol, cabai, sawi brokoli dan lainnya masih dalam kondisi segar karena baru dipanen dari ladang dan dibawa langsung oleh para petani ke pasar agrobisnis ini. Petani sekaligus pedagang lokal pasar Agrobisnis, Sri Utami juga merasakan hal itu.


"Sekarang lumayan sudah ada peningkatan, kemarin kan sempat jatuh semua. Kemarin tidak menghasilkan. Kembang kol Rp. 500/kg sekarang naik hingga Rp. 4.000/kg," kata Utami kepada BeritaMagelang.id.


Menurutnya, kondisi ini karena perbandingan yang tidak sepadan antara volume pasokan yang melimpah dengan kualitas rendah, sementara pembeli dari luar daerah sedikit. Harga kubis atau kol hanya di kisaran Rp. 400-500/kg. Demikian pula harga cabe rawit yang hanya Rp. 8.000/kg, dan harga cabai keriting juga rendah hanya Rp. 7.000/kg.


"Penyebabnya, kalau di sini karena banyaknya barang kualitasnya tidak bagus, yang bawa kemana mana sedikit jadinya harga anjlok," lanjutnya.


Kondisi ini sudah berlangsung dalam satu bulan terakhir saat para petani masuk masa panen raya. Selain diperkirakan akibat cuaca ekstrim, tingginya curah hujan dan panas matahari yang tidak menentu, merosotnya harga sayuran juga dipicu melimpahnya pasokan dari petani yang panen secara bersamaan.


Meski beberapa jenis sayuran mulai merangkak naik, menurut Sri Utami, petani dan pedagang belum bisa mendapat keuntungan maksimal.


"Beberapa naik tapi belum bisa mendapat bathi (laba) seperti yang mahal, harga tomat sampai Rp. 6.000/kg, sebelumnya tinggi hingga Rp. 8.000/kg dan sempat turun di harga Rp. 3.000/kg," jelas Utami.


Para pedagang dan petani memperkirakan masa terpuruk ini masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan akibat dominasi cuaca yang kurang bersahabat. Aneka jenis sayuran di pasar agrobisnis lereng Gunung Merapi ini menjadi tumpuan untuk memasok pasar di sejumlah kota di Jawa Tengah, Jakarta, Sumatera, dan Jawa Timur.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar