Kementerian Koperasi dan UKM Kembangkan Model Bisnis Korporatisasi bagi Petani Nepal Van Java

Dilihat 2056 kali

BERITAMAGELANG.ID - Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki melakukan kunjungan kerja di Dusun Marungan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran dalam rangka meninjau cluster pertanian, Kamis (16/2).


Teten menyampaikan, Kementerian Koperasi dan UKM memiliki rencana besar bersama Koperasi Mitra Agro Abadi dan KSP AMAJ (Artha Mitra Abadi Jaya) untuk mengembangkan model bisnis bagi para petani sayur di Nepal Van Java (Desa Sukomakmur) dengan luas lahan pertanian sekitar 400 hektar, yang melibatkan 400 petani setempat.


"Sekarang mereka (petani di Sukomakmur) bertani sendiri-sendiri, menjual produknya sendiri. Maka kita mau bangun bersama yaitu korporatisasi petani. Jadi nanti para petani ini bergabung di koperasi, pembiayaan sekarang dari AMAJ dan Koperasi Mitra Agro Abadi akan menjadi off taker," jelas Teten.


Lebih lanjut Teten menjelaskan, nantinya para petani tidak susah menjual hasilnya sendiri-sendiri dan akan dikelola oleh koperasi.


"Kami dari jaringan market modern ada permintaan sekitar 60-70 ton/hari dan baru dipenuhi misalnya koperasi di Ciwidey baru sekitar 7 ton/hari, maka peluangnya masih besar," ungkapnya.


Ia berharap sistem korporatisasi petani ini mengkonsolidasi petani-petani kecil perorangan menjadi berkoperasi, bertani secara kolektif dan membangun sistem pertanian yang terencana. Sehingga apa yang ditanam petani, volume komoditasnya sesuai dengan permintaan market.


"Sehingga nanti tidak ada lagi isu harga jatuh dan lain sebagainya," harap Teten.


Menurutnya, dengan cara seperti itu akan menjangkau tiga hal, yaitu, kesejahteraan petani akan lebih baik karena ada keuntungan dari ekonomi kolektifnya, bisa membangun pertanian terencana, dan bisa menyuplai persediaan dari sisi ketahanan pangan.


"Ini suatu piloting yang kita siapkan untuk nanti menjadi bisnis model yang bisa dikembangkan kemana-mana," ujarnya.


Menurutnya, sistem bisnis seperti ini ada kepastian akan terserap 100 persen karena sudah merupakan permintaan pasar.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar