Film Berbasis Nilai Kearifan Lokal

Dilihat 1493 kali
Film berbasis kearifan lokal dapat memberikan tuntunan moral kepada komunitasnya untuk lebih mengapresiasi kondisional di lingkungannya. Film bertajuk Darah Pawang produksi Cakrawala Film Magelang th 2022 yang mengisahkan peran pawang dalam dinamika kesenian tradisional Kuda Lumping. Foto: Cakrawala Film Magelang

Di tengah era digitalisasi ini, berbagai sumber informasi mudah didapatkan. Hanya dalam genggaman tangan semua akses informasi tersebut dengan begitu mudah diperoleh. Termasuk di dalamnya berbagai jenis seni, baik itu seni pertunjukan, seni rupa, seni sastra sampai film. Dari kemudahan akses informasi yang bagaikan menembus batasan ruang dan waktu tersebut, menjadikan komunitas tidak gagap teknologi dan senantiasa untuk terus mencari berbagai informasi tersebut.


Sebagaimana dalam film, sebagai sebuah media komunikasi massa merupakan salah satu bentuk media yang dirasakan efektif karena kandungan pesan dalam film penyampaiannya begitu kuat sehingga dapat memengaruhi seseorang. Di samping itu, film banyak memberikan gambaran-gambaran hidup dan pelajaran penting, juga tuntunan hidup bagi penontonnya.


Film lahir pada waktu industri telah memastikan dirinya sebagai dinamika budaya yang menentukan dalam kehidupan modern. Film lahir pada waktu dunia perdagangan telah menetukan peranannya sebagai koordinator terpenting dalam mencukupi kebutuhan materi komunitas pendukungnya.


Eksistensi film sebagai industri hiburan tampil pada waktu komunitas, yang pada umumnya didominasi komunitas urban telah menemukan gaya dan irama hidupnya dengan cukup mapan sebagai komunitas baru. Implikasinya adalah suatu masyarakat yang menghuni secara berkelompok dalam wilayah yang jauh lebih luas juga lebih banyak apabila dikomparasikan dengan yang ada sebelumnya. Sebelumnya irama hidup itu ditentukan oleh musim, cuaca, ritus agama, budaya, jaringan keluarga, serta kesatuan komunitas yang lebih kecil (Umar Kayam, 1981).


Komunikasi Massa Unik


Film adalah salah satu media komunikasi massa unik dibandingkan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata. Di samping itu, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Dari berbagai keunikan tersebut, sebagai indikator salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara jeli segala sesuatu ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada di balik ceritanya.


Pada dasarnya film merupakan refleksi dari realita hidup, baik sosial maupun kultural di lingkungan komunitasnya. Saat berperan sebagai refleksi hidup, film mencoba mengangkat persoalan serta pergaulan kehidupan anak-anak atau remaja semasa sekolah dengan adegan-adegan aktual disertai teknik visual yang menarik. Dalam perspektif yang lain, film juga dapat menjadi media untuk menyebarkan ide atau gagasan kreatif terkait dengan keragaman budaya kepada penonton.  


Bagi beberapa komunitas yang menyukai film, sajian film dianggap punya pengaruh lebih kuat terhadap publiknya ketimbang media lain. Dugaan bahwa film dapat menguasai publik, memang ada benarnya. Bahkan ada pengamat yang menyatakan bahwa film punya kekuatan imajiner atau kekuatan untuk mengembangkan daya khayal seseorang lewat bahasa audio visual.


Dalam pembuatan film, tidak sedikit yang mengangkat alur cerita yang berdasarkan kehidupan nyata. Tidak sedikit pula film-film yang diangkat dari sebuah novel kenamaan dari penulis-penulis terkenal. Hal ini merupakan salah satu aspek dari peran film dalam mewujudkan suatu teks menjadi sebuah alur cerita yang bisa dinikmati dalam bentuk audio visual.


Berbasis Kearifan Lokal


Perkembangan idustri film pasca pandemi ternyata menunjukkan progresi yang sangat signifikan. Berdasarkan identifikasi dan survei berbagai media, tahun 2022 hingga saat ini sudah sekitar 60 juta tiket bioskop terjual. Adapun spektakulernya, 55% atau lebih  merupakan kontribusi film Indonesia. Fakta tersebut merupakan data yang tidak terbantahkan, bahwa industri sinema Indonesia telah bangkit dari hantaman pandemi, dan film Indonesia dengan bangga menjadi motor penggeraknya (https://www.kompas.com).


Dari produksi film tersebut, ternyata yang mengangkat nilai kearifan lokal belum menunjukan jumlah yang siginifikan. Pada umumnya yang diangkat rerata kehidupan remaja, karena mereka saat ini tengah gencar mendefinisikan jati dirinya untuk memilih memasuki ruang-ruang visual yang kini kian mudah didapatkan. Mereka juga mencari referensi dalam mengurai problematika hidup yang tanpa disadari penuh dengan bayang trauma yang relevan dengan pengalaman hidupnya.


Di saat ini, ketika para remaja, sedang mengalami krisis kebudayaan, kiranya para sineas perlu lebih peduli pada film-film yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal. Adapun kearifan lokal tersebut dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.


Dengan para sineas lebih peduli untuk mengangkat film berbasis kearifan lokal akan dapat menjadikan publik dapat pesan moral positif terkait dengan nilai-nilai kearifan lokal yang terus dihidupkan serta dapat menumbuhkan jiwa kesadaran nasional. Apabila publik, terutama generasi mudanya tidak mengenal kembali nilai-nilai kearifan lokal, sudah dipastikan akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa.


Melalui film yang bernuansa kearifan lokal diyakini akan dapat menjadi salah satu pilihan media yang sangat efektif dan menjadi media komunikasi tentang seni budaya dalam mengomunikasikan sebuah nilai atau pesan dalam berdiplomasi maupun literasi. Sebut saja beberapa film sebelum pandemi yang sarat akan nilai kearifan lokal, seperti Opera Java (2006), Sang Penari (2011), Tenggelamnya Kapal Van der Vijk (2013), Tilik (2018) dan sebagainya.


Kabupaten Magelang dengan ribuan kelompok kesenian dengan keanekaragaman budayanya sebenarnya memiliki potensi untuk dibuat film. Seperti Borodudur, wayang topeng di Tutup Ngisor Dukun, peristiwa-peristiwa budaya yang sudah menjadi kalender rutin, atau latar belakang penamaan suatu daerah, kiranya dapat menjadi inspirasi para sineas untuk memproduksi film.


Rumah Produksi Cakrawala Film di Dusun Dawung Desa Banjarnegoro, Mertoyudan Kabupaten Magelang sudah menginisiai melakukan proses kreatif dengan memroduksi Film bertajuk Darah Pawang (2022) dengan sutradara Gepeng Nugroho. Film tersebut bertutur tentang kearifan lokal seorang pawang kuda lumping yang perlu mewariskan kemampuannya kepada keturunannya agar kesenian tersebut tetap survive.


Dengan kepedulian para sineas akan nilai-nilai kearifan lokal sudah merupakan kontribusi besar untuk membentuk generasi muda memahami jati dirinya akan tanggung jawabnya sebagai warga negara.


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar