Pentingnya Pengembangan Literasi Sejak Usia Dini

Dilihat 6795 kali

P. Budi Winarto, S.Pd*)


SECARA tradisional, masyarakat menganggap bahwa membaca dan menulis merupakan kebutuhan formal semata. Masyarakat beranggapan bahwa anak-anak cukup memilki pengetahuan tentang literasi hanya ketika mereka mampu mengidentifikasi kata-kata yang tertulis tanpa petunjuk gambar. Selain itu, dirasa cukup apabila anak mampu membaca kata-kata dengan ejaan yang dapat dibaca oleh orang dewasa.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, literasi memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Literasi tidak lagi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis saja. Kini literasi dipandang sebagai kemampuan berbahasa seseorang dengan cara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam berkomunikasi dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.

Dalam paparannya, UNESCO memandang bahwa literasi adalah hak asasi manusia yang mendasar dan menjadi dasar pembelajaran sepanjang hidup manusia. Literasi memegang peranan penting untuk pembangunan sosial dan manusia dalam kemampuannya untuk mengubah kehidupan. Penggunaan literasi sebagai pertukaran pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Dengan demikian, literasi sebagai hak asasi manusia sebaiknya sudah diperkenalkan pada anak sedari awal.

Pengembangan literasi pada anak dipercaya akan membawa mereka pada kondisi kemampuan menalar yang lebih baik, karena pembelajaran terbaik dapat diperoleh dengan membaca. Pemahaman akan literasi anak diawali dengan pemikiran bahwa kemampuan literasi anak sudah bisa dimulai bahkan sebelum anak mampu membaca dan menulis secara formal di sekolah, yakni dimulai pada usia dini dengan bantuan orang tua. Para peneliti dengan pemikiran literasi anak di usia dini ini di antaranya adalah Mary Clay (1966), Yetta Goodman (1980), dan Elizabeth Sulzby (1986). Mereka mendorong orang tua untuk mulai memperkenalkan lingkungan literasi pada anak usia dini di mana membaca dan menulis sebagai kegiatan utama mereka sehari-hari.

Adapun konsep literasi pada anak usia dini yang dapat dirangkum dari pemikiran ketiga peneliti tersebut berangkat dari ide-ide sebagai berikut.

  1. Anak-anak tumbuh dalam yang sadar huruf. Rumah menjadi tempat di mana membaca dan menulis adalah bagian dari kegiatan sehari-hari, dan di mana pun anak berada, mereka diperkenalkan pada kegiatan membaca.
  2. Anak-anak dipertemukan pada lingkungan dengan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan membaca, sehingga anak-anak mencoba untuk memahami tulisan.
  3. Anak-anak diajak mencoba menafsirkan tulisan yang mereka lihat.
  4. Anak-anak juga didorong untuk mulai menulis.

Pemikiran literasi pada anak usia dini menjadi sebuah konsep yang berpusat pada anak yang tidak hanya memperhitungkan pengalaman yang berhubungan dengan kegiatan membaca dalam keluarga. Para peneliti juga mempertimbangkan bahwa anak-anak selalu berusaha untuk memahami informasi yang diterimanya. Namun, pemahaman akan literasi pada anak usia dini tersebut masih terbatas pada kemampuan mengenal huruf, memahami kosa kata, dan melafalkan tulisan tanpa petunjuk gambar.

Selanjutnya secara perlahan, pengertian dan pemahaman tentang literasi pada anak berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pemahaman literasi pada anak menjadi semakin luas. Anak tidak hanya dibiasakan dengan lingkungan yang ramah bacaan; barang cetakan berupa buku atau tulisan di dinding atau lingkungan sekelilingnya. Anak-anak kini diperkenalkan pada kemampuan memahami literasi lewat literasi dan gambar yang melengkapi tulisan. 

Ilustrasi dan gambar yang melengkapi tulisan membantu anak lebih memahami lagi tulisan yang mereka baca. Melalui ilustrasi dan gambar, anak diajak memahami informasi tambahan yang tidak disebutkan secara eksplisit lewat tulisan.

Keterampilan literasi sangatlah penting bagi anak, terutama pada saat anak bersekolah. Karena keberhasilan belajar mereka amat tergantung pada keterampilan membaca dan menulis. Melalui pembelajaran literasi diharapkan anak memiliki kemampuan berpikir yang baik, bukan sekadar pemahaman secara literal. Oleh karenanya, pembelajaran literasi di kelas awal (sekolah dasar kelas I – III) sangatlah penting.

Di kelas awal, anak diperkenalkan pada pembelajaran membaca dan menulis. Pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal merupakan dasar penentu keberhasilan dalam kegiatan belajar anak selanjutnya. Kemampuan membaca dan menulis di kelas awal yang baik akan mendorong kemampuan berpikir, mempertajam penalaran, memperluas pengetahuan dan pengalaman, dan pada akhirnya mampu membantu anak mencapai kemajuan dan peningkatan diri.

Pada jenjang ini kemampuan literasi anak juga perlu didukung dengan media literasi yang dapat membantu anak meningkatkan keterampilan literasinya. Anak akan lebih mudah memahami informasi yang diajarkan lewat media visual, berupa gambar, ilustrasi, atau sebentuk barang yang dapat disentuh dan diraba. Media verbal juga dapat digunakan sebagai pendukung pembelajaran literasi.

Media lain yang turut memegang peranan penting dalam pembelajaran literasi adalah buku bacaan nonteks yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca anak. Buku bacaan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca anak ini disusun dalam penjenjangan dengan karakteristik khusus pada setiap jenjangnya. Setiap jenjang akan membantu anak meningkatkan kemampuan membacanya dan mengantar anak untuk mampu melanjutkan pada jenjang selanjutnya. Selanjutnya, apabila penggunaan buku bacaan berjenjang ini dilakukan dengan benar dan maksimal akan sangat membantu guru dalam menilai kemampuan anak akan kemampuan literasi mereka sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. Semoga.


*)Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar