Perlunya Guru Membangun Proses Refleksi

Dilihat 2176 kali
Pembelajaran di luar kelas dengan mempertajam aktivitas refleksi akan menjadikan pembelajaran menjadi bermakna bagi bekal peserta didik untuk meniti masa depannya.

Pada prinsipnya menjadi guru merupakan preferensi yang membanggakan, karena dari gurulah akan melahirkan generasi cerdas demi ikut serta membangun negeri ini sampai tujuan yang diharapkan. Dibutuhkan banyak kesadaran bahwa menjadi guru merupakan pekerjaan kolegial yang melibatkan banyak pemikiran dan tindakan yang dicurahkan dalam melakukan pendampingan bagi peserta didik.

Tidak bisa dipungkiri, dalam melaksanakan pekerjaannya, dibutuhkan guru yang mampu membangun karakter yang baik bagi peserta didiknya, terutama dengan pendekatan cura personalis. Pendekatan ini merupakan pendekatan individu peserta didik dalam pembelajaran yang menekankan pengembangan sikap dan kepribadiannya.

Salah satu tugas utama guru adalah menjala hati peserta didik untuk menghayati dan memerjuangkan nilai-nilai keutamaan agar hidup mereka memiliki kelimpahan berkah dan meraih kebahagiaan. Dengan kata lain, guru perlu menjala hati peserta didik agar dapat diarahkan kepada tujuan yang benar.

Menjala hati peserta didik dapat diusahakan dengan cara melakukan banyak strategi untuk dapat membawa mereka dalam situasi belajar yang di dalamnnya merasa senang belajar. Terlebih sekarang ini Kemendikbudristek telah mencanangkan kurikulum merdeka mulai jenjang PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi.

Dalam rangka mengimplementasikan kurikulum merdeka, peranan guru dalam mengajar tentu menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Mengajar dengan baik bukan hanya perkara bagaimana teknik yang dipakai, namun lebih kepada integritas dari guru itu sendiri sebagai pelaku utama. Seorang guru dituntut mampu menciptakan hubungan antara dirinya, mata pelajaran yang diampu, serta peserta didiknya, sehingga mereka dapat menciptakan dunia mereka sendiri.

 

Berpusat Peserta Didik

Di masa lalu, pembelajaran berpusat pada guru selalu memosisikan guru sebagai sumber segala informasi. Guru juga satu-satunya pelaksana proses pengajaran. Pembelajaran di era sekarang, lebih mengaplikasikan pembelajaran berpusat pada peserta didik atau student centered learning (SCL). Dalam SCL diharapkan dapat mendorong peserta didik terlibat secara aktif dalam membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Di samping itu, peserta didik juga selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis, serta dapat memecahkan masalahnya sendiri.

Model SCL ini menjadikan peran guru hanya sebagai fasilitator yang diharapkan mampu memberikan fasilitas kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan keaktifan peserta didik ini, bukan berarti guru pasif. Justru guru perlu melakukan banyak aktivitas dan ide-ide pencerahannya dalam persiapan pembelajaran yang dilakukan agar situasi kelas kondusif dan menyenangkan. Dengan demikian tugas guru pun menjadi semakin kompleks baik dalam hal memfasilitasi, memotivasi, memberi tutorial, serta umpan balik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam model pembelajaran apa pun yang sering terlupakan guru adalah membiasakan refleksi bersama di kelas. Refleksi di sini dapat dimaknai sebagai proses mengajak peserta didik untuk mengendapkan tentang makna manusiawi terkait materi yang dipelajari dan pentingnya bagi sesama.

Dalam refleksi ini, peserta didik diajak menguji berbagai nilai kehidupan dan korelasi materi yang dipelajari dengan kehidupan kesehariannya. Membangun proses refleksi di kelas perlu dimulai dari pemahaman guru akan konteks peserta didik secara menyeluruh baik latar belakang pribadi, keluarga, teman sebaya dan juga pembiasannya. Pemahaman pada konteks peserta didik dengan membiasakan refleksi di kelas akan sangat membantu membumikan mata pelajaran pada kehidupan nyata (St. Kartono, 2009).

 

Pengaruh Dahsyat       

Berdasarkan pengalaman yang penulis alami, membiasakan refleksi dalam pembelajaran apabila diimplementasikan secara konsisten, akan memiliki pengaruh yang dahsyat. Tidak hanya terhadap peserta didik, tetapi pengaruh dahsyat tersebut itu juga mengena pada pribadi penulis sebagai guru.

Dalam proses refleksi guru memang perlu menyadari akan praktik dalam mengimplementasikan pembelajaran dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Refleksi tersebut pada gilirannya akan melahirkan sikap-sikap lain yang sangat penting. Sikap tersebut berkorelasi erat dengan keterbukaan pikiran, keterlibatan secara penuh, dan tanggung jawab.

Sedangkan untuk peserta didik, dalam kesempatan refleksi tersebut dapat diajak menempuh sebuah alur dalam pembelajaran yang berupa konteks, pengalaman, refleksi, aksi, sampai dengan evaluasi. Perhatian dan kepedualian terhadap peserta didik secara personal menjadi pilar utama.

Proses refleksi demikian menuntut guru untuk menguasai mata pelajaran yang diampunya, lebih dari sekadar pengetahuan materi. Dalam proses refleksi ini daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan digunakan untuk menangkap arti dan nilai-nilai yang dipelajari.

Membangun proses refleksi di kelas dimulai dengan pemahaman guru akan konteks peserta didik dan pengalaman hidup yang mereka hadapi. Perlu disadari juga, bahwa proses pendidikan tidak berlangsung dalam ruang hampa udara. Diperlukan kejelian dalam memperhitungkan latar belakang peserta didik, keluarga, teman sebaya, kebiasaan, atau hobi yang disukai. Pemahaman akan konteks latar belakang peserta didik ini, akan membantu mengaktualisasikan mata pelajaran pada nilai-nilai kehidupan secara faktual.

Tema Hari Guru Nasional tahun 2022 Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar, dapat menjadi pemantik semua insan guru, untuk senantiasa melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Inovasi tidak hanya dimaknai dengan penguasan transfer ilmu pengetahuan atau penguasaan teknologi informasi, namun perlu juga ditekankan untuk memberikan bekal dalam kebiasaan membentuk sikap hidup dan nilai-nilai kemanusiaan.

Adapun aktualisasinya guru perlu memberikan contoh dan keteladanan nyata melalui sikap, perilaku, dan tindakannya sehari-hari. Memang sudah terbuktikan baik dalam teori pedagogis sampai implementasinya, bahwa peserta didik tidak mengingat materi yang diberikan guru, namun mereka mengingat perilaku dan keteladanan gurunya sebagai saksi-saksi hidup.

 

Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2022.

 

(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

 

 

 

 


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar