Curah Hujan Tinggi, Sejumlah Titik Candi Borobudur Bocor

Dilihat 2227 kali
Lorong Candi Borobudur di Kabupaten Magelang Jawa Tengah

BERITAMAGELANG.ID - Hasil pengamatan secara visual oleh Balai Konservasi Borobudur (BKB), sejumlah titik dinding dan lantai batu Candi Borobudur di Kabupaten Magelang Jawa Tengah basah, diduga mengalami kebocoran akibat tingginya curah hujan. 


Kondisi tersebut berdasar monitoring BKB antara kemarau dan puncak musim hujan. 


Perkiraan sementara air hujan tidak tuntas meresap ke drainase dan kemudian merembes di antara nat batu. Dimungkinkan juga karena limpasan air hujan yang mengenai arca atau reliefnya. 


"Terpantau sejumlah titik. Cuma itu mungkin ada yang memang normal (limpasan air hujan) dan ada yang memang butuh diperbaiki," kata Heri Setyawan Petugas Arkeolog BKB pada Senin (03/02/2020).


Ditambahkan Heri, dalam waktu dekat ini, penanganan kebocoran, bebeda pada tahun sebelumnya. Terakhir perbaikan kebocoran dilakukan pada 2018. Perbaikan itu hanya mencapai sekitar 10 titik saja. Tahun 2019 sekitar 57 titik kebocoran.


Untuk tahun 2019 - 2020, pihak BKB tidak melakukan penanganan kebocoran, namun fokus melakukan evaluasi penangan tahun-tahun sebelumnya apakah itu efektif atau tidak.


"Titik kebocoran 2020 belum bisa kita sampaikan karena masih melakukan monitoring," tuturnya.


Selain faktor cuaca, imbuhnya, kendala lain yang dihadapi adalah bahan penambal sisa material pemugaran tahap kedua yang saat ini dipergunakan sudah 'discontinue' atau tidak diproduksi lagi.


Bahan/ material lapisan kedap air berupa lempengan timbel itu didatangkan secara khusus tahun 1970 dari pabrikan asal Jerman. 


Namun, stok material itu kini sudah tidak ada serta tidak diproduksi lagi.


"Masih kita impor, perbaikan 2018 masih menggunakan stok lama sisa pemugaran kedua itu," tambah Heri.


Batuan Candi Borobudur memang terus dimakan usia. Petugas BKB pun terus berupaya mengatasi setiap kemungkinan yang ada. 


Evaluasi dan monitoring menjadi sangat penting karena BKB harus mendapat material berkualitas berkelanjutan agar candi warisan budaya dunia dari Wangsa Syailendra ini tetap lestari.


"Kita harus mencari bahan-bahan dan metode baru. Indonesia sudah memproduksi kita tinggal uji coba sesuai atau tidak," pungkasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar