Penjual Susu Keliling Wujudkan Sekolah Disabilitas Gratis

Dilihat 5025 kali
Siswa TK LB Mutiara Hati di Borobudur

BERITAMAGELANG.ID - Seorang wanita penjual susu keliling di Kabupaten Magelang mengontrak rumah demi membuka sebuah sekolah gratis bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Puluhan siswa yang kini bernaung di sekolah Taman Kanak Kanak (TK) Luar Biasa Mutiara Hati itu secara sukarela membayar dengan hasil panen ladang yang nilainya tak seberapa.


Sepintas rumah sederhana di Desa Kenayan Kecamatan Borobudur tampak biasa saja, tidak ada yang istimewa. Padahal dalamnya itu menjadi istana bagi puluhan anak-anak berkebutuhan khusus dari pelosok wilayah Kabupaten Magelang.


Setiap pagi, para orang tua dari berbagai desa di Magelang mengantarkan putra putrinya untuk mengikuti kegiatan di rumah itu.


Adalah Sri Murdani, warga Dusun Janan, Desa Janan Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang menggagas TK LB Mutiara Hati itu. Hanya bermodalkan tekad kuat, perempuan berusia 42 tahun itu mencoba membuktikan anak-anak berkebutuhan khusus itu mampu berkembang seperti yang lain.


"Motivasinya saya melihat untuk anak-anak difabel yang sensitif itu juga punya potensi yang harus dikembangkan," kata Sri Murdani saat ditemui Berita Magelang, Selasa (26/11/2019).


Sri Murdani menyadari penanganan dalam mengajar anak-anak berkebutuhan khusus sangat komplek, berbeda dari anak sebayanya. Untuk itu, selain mengajarkan pelajaran umum dan keterampilan, TK ini juga memberikan terapi penyembuhan stimulus syaraf kepada para siswanya. 


Sejak dirintis pada 2017, semua biaya operasional TK beserta 7 guru pendamping untuk 43 siswa itu berasal dari kantong pribadi Sri Murdani. Demikian pula biaya sewa rumah berikuran 20x25 meter yang menjadi sekolah saat ini. Rumah tersebut ia sewa sebesar 7 juta rupiah untuk dua tahun hingga April 2020. 


Untuk mencukupi semua kebutuhan itu, perempuan berusia 42 tahun yang akrab dipanggil Dani ini berjualan susu keliling dari toko ke toko. Ia juga mengajar les privat dari satu rumah ke rumah lainnya. Semua aktivitas itu dilakukannya selepas mengajar dengan menaiki sepeda onthel.


Meski serba kekurangan, tidak ada pungutan biaya bagi semua siswa TK tersebut. Hanya saja secara sukarela orang tua siswa menyumbang apa yang mereka punya seperti ketela, makanan slondok atau uang seadanya.


"Honor guru tergantung dengan hasil panen petani. Jumlahnya juga tidak seberapa," ujar Dani sambil tersenyum.


Terdapat 7 tenaga pengajar di TK yang tanpa kelas ini. Mereka merupakan para wali siswa yang penuh kesadaran membantu sekuatnya. Salah satunya adalah Nur Arifah, wali murid pendamping asal Borobudur.


"Anak saya di sini 2 tahun ikut kelas usia 9 tahun, jadi nunggu sekalian membantu," ungkap Arifah seraya merapikan sejumlah alat tulis di mejanya.


Menurutnya, wilayah Kabupaten Magelang banyak anak berkebutuhan khusus yang kurang beruntung. Mereka kesulitan akses, orang tua kurang paham terhadap penanganan anaknya, malu, hingga yang terburuk adalah menganggap si anak tidak memiliki potensi. Pada kenyataan itu biaya juga menjadi kendala bagi orang tua.


Seperti pepatah hasil tidak akan menghianati usaha seakan benar adanya. Karena ikhtiar Arifah bersama wali murid lainnya mulai berbuah manis, anak-anak mereka mulai tumbuh dengan semua aspek potensinya, dan mudah berkomunikasi. Kondisi itu bagi mereka sebuah asa baru yang tidak bisa digantikan dengan apapun.


"Sedikit demi sedikit ada perkembangan pada tumbuh kembang anak saya," jelasnya berbinar.


Sekolah luar biasa di Borobudur itu dibangun dari mimpi, dimana pintunya tidak pernah terkunci, selalu terbuka bagi siapa saja yang mengunjungi, mau berdonasi atau sekedar berbagi cerita untuk generasi kita agar lebih berpotensi.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar