Warga Wanurejo Borobudur Hanya Buka Satu Akses Keluar Masuk Desa

Dilihat 1761 kali
Warga dusun Brojonalan desa Wanurejo kecamatan Borobudur kabupaten Magelang melakukan pengetatan akses jalan menuju dusun sebagai upaya pencegahan covid-19

BERITAMAGELANG.ID -  Camat Borobudur, Joni Indarto mengatakan, penyakit Covid-19 diharapkan tidak ditanggapi dengan reaksi berlebihan, misalnya dengan cara melakukan upaya penutupan atau lockdown. 


Pasalnya, upaya penutupan dan menolak kedatangan pengunjung ini, dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kegiatan ekonomi masyarakat.


"Namun kalau karantina ketat kita masih memaklumi karena tujuannya baik," kata Joni  saat dihubungi terkait adanya pengetatan arus kedatangan pengunjung ke wilayah desa wisata Candirejo, Wanurejo Borobudur, oleh warga setempat. 


Warga menutup beberapa pintu masuk ke wilayah Candirejo dan hanya ada satu pintu yang dibuka. Hal itu dilakukan warga untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara lebih luas.


Menurut Joni, pihaknya akan segera melakukan komunikasi dengan kepala desa setempat, dan memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat  berkenaan dengan Covid-19.


Menurut Joni, apa yang dilakukan warga Candirejo, meniru yang terjadi di tempat lain karena pemberitaan yang masif tentang Corona dan hal itu menimbulkan ketakutan masyarakat. Pihaknya sendiri melarang desa melakukan lockdown.


Untuk mengantisipasi resiko penularan, dia pun meminta agar warga cukup melakukan upaya sesuai arahan pemerintah, yaitu dengan melakukan physical distancing, rajin mencuci tangan, atau menggunakan hand sanitizer, serta melakukan perilaku hidup sehat di lingkungan masing-masing.


Sementara itu, salah satu warga dusun Brojonalan desa Wanurejo, Yusuf Rohadi mengatakan, warga berinisiatif menutup beberapa pintu masuk, untuk pencegahan penyebaran Covid-19. Warga hanya membuat akses satu pintu keluar masuk. 


"Kita tahu kalau desa ini merupakan desa wisata dan banyak pelaku UMKM. Setiap hari banyak orang luar daerah yang melintas daerah sini, sehingga kami berinisiati membuat satu pintu untuk keluar masuk desa," katanya.


Upaya ini dilakukan terutama untuk mengantisipasi resiko penularan dari pemudik yang tahun ini diprediksi akan datang lebih awal. Menurut dia, sebelum memasuki dusun, setiap pendatang yang berasal dari luar Kabupaten Magelang harus terlebih dahulu melaporkan kedatangannya ke RT, RW, pemerintah desa, dan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas, untuk selanjutnya mengikuti arahan dari faskes.


Ketentuan ini berlaku sama bagi semua pendatang baik mereka yang sekedar berkunjung sebentar atau lama. Pengawasan untuk pendatang ini sudah dilakukan selama dua hari terakhir.


Sedangkan untuk warga setempat yang keluar ataupun masuk, diminta menstrerilkan diri dahulu di bilik disinfektan yang ditempatkan di pintu masuk. Upaya ini dilakukan karena mayoritas warga Dusun Brojonalan setiap hari bekerja dengan berdagang di Pasar Borobudur. Menurutnya, situasi pasar sangat rawan, pedagang bercampur dengan warga lain dari berbagai daerah. 


"Kita tidak pernah tahu mereka kontak dengan siapa saja, karena itu sebelum masuk kampung, kita sterilkan," imbuhnya.


Selain di Dusun Brojonalan, Yusuf mengatakan, upaya memperketat pengawasan terhadap pengunjung ini, juga dilakukan di tujuh dusun lainnya di Desa Wanurejo.


Hal serupa juga dikatakan ketua koperasi desa wisata Desa Candirejo, Tatag Sariawan, bahwa selain harus melaporkan kedatangan ke pemerintah dusun, desa, dan memeriksakan diri ke Puskesmas, pemudik yang datang wajib melakukan isolasi diri selama 14 hari di rumah keluarganya di Desa Candirejo. 


Dalam kondisi sakit ataupun tidak, pemudik yang datang ke Desa Candirejo, tidak diizinkan untuk bepergian selama 14 hari. Dalam hal ini, keluarga diminta untuk berperan aktif mengawasi dan menjaga agar pemudik tidak bepergian.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar