Kisah Relawan yang 'Manja' Menghadapi Bencana

Dilihat 2253 kali
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Drs. Edy Susanto di acara HUT pertama Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB) Kecamatan Borobudur, Rabu (23/01).

BERITAMAGELANG.ID - Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Drs. Edy Susanto mengatakan, akumulasi bencana hydrometreologi di Kabupaten Magelang dalam dua tahun terakhir cukup besar dan sporadis. Jumlahnya pun mencapai ratusan kejadian


"Tahun 2017 terdapat 352 kejadian bencana, 223 bencana tanah longsor, 79 bencana angin kencang. Sementara, di tahun 2018, ada 440 kejadian," kata Edy di acara HUT pertama Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB) Kecamatan Borobudur, Rabu (23/01).


Tingginya jumlah kejadian bencana itu, tidak sebanding dengan jumlah personil BPBD Kabupaten Magelang. Namun, berkat peran kerjasama semua pihak, termasuk relawan penaganan bencana saat ini lebih cepat dan efisien.


"Apresiasi luar biasa untuk para relawan, karena masyarakat terbantukan. Sebelumnya penanganan masih lokalitas, sehingga penanganan membutuhkan waktu. Namun sekarang berkat dedikasi luar biasa para relawan OPRB di setiap desa, penanganan menjadi lebih cepat," ungkapnya.


Apresiasi juga diungkapkan Camat Borobudur, Nanda Cahyadi Pribadi, AP, M.Si. Menurutnya, relawan OPRB merupakan tenaga tangguh dalam penanganan setiap bencana. OPRB menjadi kekuatan bersama di lapangan. Penuh pengabdian menangani bencana.


"Jika orang lain mengatakan mantul atau mantap betul, saya mengatakan para relawan orang Manja alias Mantap Jaya," selorohnya.


Berada di antara Perbukitan Menoreh, Kecamatan Borobudur menjadi lokasi rawan bencana longsor dan angin kencang. Untuk itu Nanda mendesak alokasi Dana Desa untuk penanganannya.


"APBDes 2019, saya berharap dialokasikan dana untuk OPRB. Dana itu guna mendukung pencegahan dan penanganan bencana," terang Nanda.


Dengan kondisi geografis itu, personil OPRB Borobudur selalu siaga. Para pejuang kemanusiaan ini selalu tampil di berbagai bencana baik lokal maupun luar daerah seperti bencana Palu, Lombok dan Pandeglang.


"Berdiri pada 23 januari 2018 lalu, OPRB Borobudur kini beranggotakan 80 orang dari 20 desa yang selalu siap jika dibutuhkan," kata Ketua OPRB Borobudur Nur Fauzan.


Selain pelatihan, lanjut Fauzan, personil OPRB Borobudur juga melengkapi diri dengan berbagai peralatan yang dibutuhkan.


"Kita berupaya melengkapi peralatan secara swadaya seperti jas hujan mantol dan radio pancar ulang HT. Dari beberapa pihak kita mendapat bantuan 2 unit ambulans untuk kegiatan sosial masyarakat," tutupnya.


Di puncak acara, para relawan menggelar potong tumpeng dan berdoa agar tidak ada bencana, tapi, waspada lebih penting untuk menghadapinya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar