Model Pembelajaran Partisipatoris Yang Berkualitas Pada Implementasi Kurikulum Merdeka

Dilihat 8240 kali
Model pembelajara partisipatoris dalam implentasi kurikulum merdeka

P. Budi Winarto, S.Pd

IMPLEMENTASI kurikulum merdeka (IKM) mulai dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia mulai tahun pelajaran 2022-2023. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan. Dengan menerapkan banyak model yang bervariasi dalam pembelajaran maka kualitas implementasi kurikulum merdeka akan semakin meningkat. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam implementasi kurikulum merdeka adalah model pembelajaran parttisipatoris. 

Model pembelajaran menurut Trianto (2010:51), mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning) merupakan model pembelajaran yang efektif mengikutsertakan siswa dalam menyusun, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai suatu cara atau cara bagi guru untuk mengikutsertakan siswa dalam latihan-latihan pembelajaran yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap penyusunan, pelaksanaan program dan penilaian program.Pembelajaran partisipatif adalah upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran partisipatif mengandung arti keikutsertaan peserta didik di dalam program pembelajaran, yang diwujudkan dalam tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program (program planing) pelaksanaan program (program implementation) dan penilaian (evaluation).

Model pembelajaran partisipatoris lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.

Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan bahwa:

  1. Setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang.
  2. Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikran anak tidak selalu sama dengan jalan pikiran orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak.
  3. Dunia anak adalah dunia bermain
  4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia

Dalam metode partisipatoris, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.

Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak sebagai berikut.

  1. Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan persetujuan dan apa yang dipahami peserta didik.
  2. Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan peserta didik.
  3. Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan peserta didik selama proses berlangsung.
  4. Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir
  5. Cermat dalam melihat persoalan pribadi peserta didik dan berusaha memberikan jalan agar peserta didik menemukan jalannya.
  6. Memiliki ketertarikan kepada subjek belajar
  7. Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar peserta didik
  8. Pemahaman yang cukup atas materi pokok pembelajaran.

Berikutnya, model pembelajaran partisipatoris mempunyai cirri-ciri pokok:

  1. Belajar dari realitas atau pengalaman
  2. Tidak menggurui
  3. Dialogis

Kemudian panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari pengalaman yang distruktur kan saat itu. Proses tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan partisipatoris.

Berikut rincian proses tersebut.

  1. Rangkai – ulang
  2. Ungkapan
  3. Kaji –urai
  4. Kesimpulan
  5. Tindakan

Hal di atas sebagai model pertama. Kemudian model berikutnya adalah siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya sebagai berikut.

  1. Persepsi
  2. Identifikasi diri
  3. Aplikasi diri
  4. Penguatan diri
  5. Pengukuhan diri
  6. Refleksi diri

Semua model tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai, bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu. Bila model pembelajaran partisipatoris bisa dilaksanakan dalam proses pembelajaran di sekolah dan sudah dihidupi oleh para pendidik dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka maka harapannya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum akan mengalami peningkatan. Semoga.


*) Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar