Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran Kognitif Kontekstual

Dilihat 891 kali

PEMANFAATAN lingkungan sekitar sebagai sumber belajar akan selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk dikembangkan oleh para guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Mengapa demikian? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa siswa ada dan hidup dalam lingkungan sekitar. Ilmu dan pengetahuan ada di dalam lingkungan sekitar, yang bahkan sangat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan lingkungan sekolah akan membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan. Selain itu pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar juga akan meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar. Caranya bagaimana? Langkah pertama yang harus dilakukan, guru  adalah mengadakan pengamatan lingkungan sekitar terlebih dulu sebelum mengajak siswa mengadakan pengamatan. Ini memang bukan pekerjaan yang mudah di tengah kesibukan guru. Guru perlu mempersiapkan diri dengan baik dan matang untuk menjelaskan dan memberikan jawaban atas pertanyaan siswa.

Contoh mata pelajaran Biologi. Siswa diajak untuk mengadakan pengamatan tentang macam-macam bentuk daun berdasarkan strukturnya. Mereka tidak hanya melihat gambar daun yang telah tersedia di buku paket. Atau mereka diajak mengadakan pengamatan tentang jenis-jenis akar berdasarkan tumbuhan yang ada di lingkungansekitar. Siswa melihat langsung bentuk, bahkan memegang daun dan akar.

Untuk pelajaran fisika, guru mengajak siswa mengadakan percobaan dengan menggunakan bahan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, tentang tuas. Juga pelajaran kimia, larutan kimia yang dekat dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika bisa dipakai untuk menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk suatu kelurahan. Pelajaran PPKn, tentang demokrasi dan pemilihan umum karena saat ini masyarakat sedang ramai membicarakannya. Siswa diajak ikut menyampaikan pandangannya tentang pemilihan umum dan kehidupan demokrasi di Indonesia melalui diskusi dalam pelajaran PPKn.

Pendekatan pembelajaran Kognitif-kontekstual sejatinya mendorong guru mendekatkan siswa pada ilmu pengetahuan yang ada di dalam materi pelajaran yang disampaikan di dalam kelas itu sungguh ada di tengah kehidupan dan bisa diterapkan. Pendekatan kognitif kontekstual mengajak siswa untuk menghidupi materi pelajaran yang ada di dalam buku paket dan didapatkan di kelas dengan memanfaatkan  lingkungan sekitar. Guru menghidupkan kalimat-kalimat yang ada di dalam materi pelajaran  agar sungguh-sungguh dapat ditangkap oleh siswa. Siswa akan lebih tertarik karena tidak hanya selalu duduk dalam kelas mendengarkan guru bercerita.

Siswa diajak untuk menghidupkan materi pelajaran tetap dalam pendampingan guru yang bersangkutan. Kalau toh ramai, situasi ramai bukan hanya ramai tetapi karena membicarakan suatu materi pelajaran. Toleransi antar guru dan siswa yang lain dilatih disini. Sepanjang dijamin dalam konteks pencarian ilmu tentu perlu dimakhlumi. Karena menghidupkan ilmu tidak tidak bisa hanya suduk diam. Setiap mata pelajaran akan sungguh hidup dan riil dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan proses.

Cara menghidupkan materi pelajaran yang diperoleh di kelas, bisa dengan menggali dan mendalami pengalaman sehari-hari yang dikaitkan dengan materi pelajaran. Dari situ peserta didik diajak untuk mengamati bahwa dalam kehidupannya sesungguhnya juga mengalami, seperti materi konflik/pertentangan. Siswa diajak untuk mengamati apakah pernah terlibat dalam konflik/pertentangan. Siswa diajak untuk menguraikan faktor penyebab, dampak, dan upaya pemulihannya.

Pendekatan Kognitif-kontekstual menuntut guru untuk selalu mencari cara dan strategi secara terus menerus demi menghidupkan materi pelajaran. Pendekatan ini memang selalu menantang guru menemukan cara-cara terbaru dalam menyampaikan materi pelajaran di hadapan siswa.

Evaluasi Belajar

Dalam mengadakan evaluasi belajar siswa tidak hanya dilihat dari hasil ulangan. Tetapi pendekatan kognitif-kontekstual memberikan kesemapatan kepada siswa untuk mengikuti evaluasi belajar dalam berbagai bentuk seperti saat debat siswa, saat percobaan/ eksperimen, saaat presentasi di depan kelas, saat membaca puisi, saat bermain drama, dan lain-lain. Jadi kognitif siswa dapat diukur dalam berbagai macam cara. Selama ini guru hanya mengukur kemampuan siswa melalui hasil evaluasi belajar di satu lembar kertas ulangan. Ini karena paradigma yang dipakai adalah kognitif text book. Kemampuan kognitif siswa sebetulnya besar, sayangnya guru kurang atau bahkan enggan mengakomodir kemampuan tersebut.

Evaluasi kognitif-kontekstual ini memakai paradigma bahwa siswa bisa apa yang dihubungkan dengan materi pelajaran. Itulah yang dinilai, dihargai, bukan mengevaluasi apa yang siswa tidak bisa dari materi pelajaran. Evaluasi pendekatan kognitif-kontekstual bisa mempertemukan kepentingan guru dan siswa. Kepentingan guru, siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan melalui nilai ulangan. Kepentingan siswa, pemehamannya tentang materi pelajaran perlu dihargai. Dua kepentingan ini perlu dipertemukan agar masing-masing pihak dapat menerima hasil sesuai dengan usaha masing-masing. Dinamika penyampaian materi pelajaran kepada siswa perlu diupayakan agar siswa mendapatkan pemahaman baru dengan cara baru. Semoga.

 

Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar