Merti Desa Bandongan Berlangsung Meriah

Dilihat 1082 kali

BERITAMAGELANG.ID - Meriah, itulah suasana merti Desa Bandongan yang dilaksanakan pada Juni 2024 ini. Berbagai kegiatan dilaksanakan seperti pengajian akbar, peresmian Padepokan Manunggal Budaya Desa Bandongan, penyampaian pidato kebudayaan, dan pagelaran wayang kulit.


Kepala Desa Bandongan, Sujono saat menyampaikan sambutan mengatakan rangkaian kegiatan merti desa tersebut itu merupakan bentuk upaya pelestarian kebudayaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.


Hal itu diungkapkannya dalam acara pembukaan merti desa dan pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan di Komplek Kantor Desa Bandongan, Sabtu (8/6/2024).


Rangkaian kegiatan dimulai sejak Jumat (7/6/2024) dalam bentuk kegiatan pengajian yang dihadiri ribuan warga setempat dan luar Desa Bandongan. 


Kegiatan pengajian itu menghadirkan pembicara kondang yang kini sedang naik daun serta  menyita perhatian publik, yaitu ustazah ngapak, Mumpuni Handayayekti.


Pada Sabtu (8/6/2024) merti dusun dilanjutkan dengan peresmian gedung Padepokan Manunggal Budaya, dan pidato kebudayaan.


Ma'rifat Dewa Ruci


Acara yang dihadiri para pejabat sipil dan militer dari Kabupaten dan Kota Magelang, serta seniman dan budayawan seperti Permadani Kabupaten dan Kota Magelang,  seniman lima gunung serta anggota kelembagaan Desa Bandongan itu dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.


Pagelaran wayang kulit malam itu mengambil lakon Ma'rifat Dewa Ruci, menghadirkan dalang Ketua Dewan Pakar Permadani yang juga menjabat sebagai hakim tinggi di Pengadilan Bengkulu, yaitu Ki Dr. H.KRA. Sunarso S. Pradoto Budyodiningrat.


Makrifat Dewa Ruci mengisahkan perjalanan R. Werkudoro, salah satu kesatria pandawa lima saat menimba ilmu. Ketika ia mulai berguru kepada maharsi yang kurang baik akhlaknya dan selalu berkehendak mengenyahkan sang kesatria, yaitu Pandita Durna (singkatan dari munDur keNo), sampai dengan saat bertemunya Werkudara dengan guru sejatinya yaitu Dewa Ruci di tengah lautan luas.


Wadah Budaya


Peresmian penggunaan padepokan manunggal desa ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Mantep, Presiden Lima Gunung, Sutanto Mendut, dan Kepala Desa Bandongan, Sujono.


Pada sambutannya Kepala Desa Bandongan, Sujono mengungkapkan padepokan manunggal budaya dibangun untuk membina keakrban serta mewadahi kegiatan seni budaya masyarakat. 


"Selama ini kalau ada warga masyarakat ingin berkegiatan seni dan budaya tidak memiliki tempat. Untuk itu gedung ini kita bangun setelah mendapat bantuan dari pemerintah provinsi dan dana desa," ungkapnya.


Tentu saja, lanjutnya, padepokan itu tidak sekedar untuk kegiatan pembinaan seni budaya budaya semata, tetapi warga juga dapat menggunakan untuk kegiatan masyarakat yang lain. 


"Padepokan ini cukup besar dan halamannya luas. Seminggu lalu sudah dimanfaatkan warga untuk resepsi pernikahan," jelasnya.


Lebih jauh, Sujono mengungkap merti desa sesungguhnya merupakan bentuk pengharapan agar masyarakat Bandongan dapat hidup aman tenteram, dan mudah mencari penghidupan. Selama ini, ungkapnya, setiap hektar sawah petani hanya panen sepertiganya, mengalami penurunan dibanding waktu lampau.


Camat Bandongan, Haryono mengapresiasi prestasi yang ditorehkan desa tersebut. Ia menjelaskan hingga saat ini di wilayahnya, baru Desa Bandongan yang telah memiliki  padepokan sebagai wadah seniman untuk berkegiatan. 


Kabid Kebudayaan, Mantep berharap agar merti desa itu dapat dipergunakan sebagai ajang evaluasi untuk kemajuan Desa Bandongan.


Pada saat menyampaikan pidato kebudayaan, Presiden lima Gunung, Sutanto Mendut mengingatkan pada masa ini adalah zaman transdisiplin. Pada zaman itu pelestarian, merawat ataupun penyebarluasan kebudayaan diharapkan dapat memanfaatkan teknologi informasi. 


"Peristiwa malam ini dapat tersebar luas hingga jauh. California, Sidney dan sebagainya hanya dengan keterampilan memejet mejet jari tangan (media sosial)," selorohnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar