BERITAMAGELANG.ID - Upaya memperkuat ketahanan pangan berbasis kearifan lokal terus digelorakan di Kabupaten Magelang. Hal itu tampak dalam Peringatan Hari Pangan Sedunia Kevikepan Kedu Tahun 2025 yang diselenggarakan di Paroki Santo Antonius Muntilan, Jumat (17/10).
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi momentum kolaboratif antara pemerintah daerah, gereja, dan masyarakat lintas iman dalam membangun kesadaran akan pentingnya kedaulatan pangan dan keberlanjutan lingkungan.
Bupati Magelang Grengseng Pamuji dalam sambutannya menegaskan Hari Pangan Sedunia bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan panggilan moral bagi seluruh lapisan masyarakat.
"Pangan adalah hak dasar manusia. Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, dan ketimpangan akses pangan, kita di Kabupaten Magelang harus terus memperkuat ketahanan pangan lokal berbasis kearifan budaya dan solidaritas sosial," ujar Bupati.
Ia juga mengapresiasi Kevikepan Kedu yang konsisten menjadi pelopor kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat di bidang pangan. Menurutnya, gereja dan komunitas lintas iman memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran bersama serta aksi nyata di tingkat akar rumput.
"Kolaborasi lintas sektoral antara pemerintah, masyarakat sipil, dan komunitas keagamaan adalah kunci mewujudkan Magelang yang berdaulat pangan, berkelanjutan, dan berkeadilan," kata Grengseng.
Bupati turut menyoroti pentingnya melibatkan generasi muda dalam isu pangan. Ia berharap anak muda dapat menjadi agen perubahan dengan kreativitas dan semangat baru di sektor pertanian berkelanjutan.
"Kita perlu memberi ruang lebih besar bagi generasi muda untuk menjadi petani milenial, wirausahawan pangan, dan inovator pertanian," imbuhnya.
Romo Agustinus Gionno, Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Kevikepan Kedu menuturkan Gereja Katolik secara konsisten merayakan Hari Pangan Sedunia sebagai wujud kepedulian terhadap isu kemanusiaan dan sosial.
"Peringatan ini biasanya dirangkai dalam Perayaan Ekaristi dan kegiatan sosial yang melibatkan umat lintas paroki. Tahun ini, kami memilih memberdayakan para pelaku UMKM di setiap paroki melalui pasar UMKM yang menjadi bagian dari rangkaian acara," jelasnya.
Menurut Romo Gionno, kegiatan yang bersifat bergilir antar-rayon ini juga menjadi sarana membangun jejaring antar pelaku UMKM Katolik di wilayah Kevikepan Kedu. Tahun ini, fokus kegiatan berada di rayon selatan, dengan melibatkan berbagai produk lokal unggulan.
"Tujuannya agar para pelaku UMKM dapat berkembang, saling mengenal, dan memperluas jaringan penjualan. Kami juga memberikan pelatihan agar mereka memiliki legalitas usaha seperti izin PIRT dan sertifikat halal," ujarnya.
Dengan demikian, produk UMKM diharapkan tidak hanya beredar di lingkup lokal, tetapi juga mampu menembus pasar yang lebih luas.
Ketua Panitia, Yohanes Tio Budi Utomo menjelaskan peringatan tahun ini diawali dengan perarakan gunungan dari PPSM menuju Gereja Santo Antonius Muntilan. Perarakan berlangsung selama 45 menit dengan suasana meriah dan penuh kebersamaan.
"Ini merupakan penyelenggaraan ketiga kalinya. Tahun 2023 di Borobudur, tahun 2024 di Ngablak, dan tahun ini di Muntilan. Tahun depan kemungkinan akan bergilir ke rayon tengah," ungkap Yohanes.
Selama tiga hari, kegiatan diisi dengan berbagai acara seperti bazar UMKM kuliner dan non-kuliner, pertunjukan budaya tradisional termasuk topeng ireng, gedrug, dan wayangan serta penampilan band musik dari OMK (Orang Muda Katolik).
Sebanyak 13 paroki dari wilayah Kevikepan Kedu, mulai dari Parakan hingga Salam dan Ngablak, turut berpartisipasi.
"Melalui kegiatan ini, kami berharap masyarakat semakin sadar pentingnya merawat bumi dan menjaga kelestariannya. Bumi yang terjaga akan menjadi rumah yang memberi kehidupan bagi semua," kata Yohanes.
Peringatan Hari Pangan Sedunia Kevikepan Kedu 2025 ini tidak hanya menonjolkan sisi keagamaan, tetapi juga meneguhkan semangat kebersamaan lintas iman dan budaya. Melalui kegiatan ini, Kabupaten Magelang menegaskan komitmennya untuk terus menghidupkan nilai gotong royong, memberdayakan masyarakat, serta menjaga kearifan pangan lokal sebagai bagian dari identitas dan kekuatan bangsa.
0 Komentar