BERITAMAGELANG.ID - Ada yang menarik saat pembukaan Festival Media Komunitas yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (Kemen PPPA), Sabtu (19/10).
Saat itu, ada seorang bocah dengan gerak pantomin mengajak Deputi bidang Partisipasi Masyarakat Kementrian PPPA, Indra Gunawan untuk memperhatikannya.
Indra pun dengan spontan menjawab dengan gerakan pantomin. Sang anak sukses berinteraksi dan mendapat tepuk tangan meriah dari para tamu undangan, yang memenuhi aula balkondes Borobudur di dusun Ngaran desa Borobudur Kabupaten Magelang.
Namun siapa sangka bila anak yang tampil itu adalah penyandang disabilitas tuna rungu. Namanya Mifrachul Haiba Rakha Masykuro. Siswa berusia 10 tahun ini akrab di sapa Rakha. Saat ini ia duduk di bangku kelas 4 SLB-B YPPALB Kota Magelang.
Penuh percaya diri, Rakha tampil di depan tamu-tamu terhormat. Gerakannya sangat luwes sehingga tamu pun terhanyut dalam setiap cerita yang ia gambarkan melalui gerak tubuh. Tidak sendirian saat ia tampil, ada Imran Pratama Putra, yang ternyata guru pantomimnya.
Menurut Imran, hanya butuh tiga hari mengajari Rakha untuk bisa pantomim dan tampil di depan umum. Di sekolah, Rakha memang dikenal sebagai siswa yang aktif.
"Dia tidak bisa anteng dan sangat aktif. Dia memang suka pantomim,â kata Imran sesaat sebelum Rakha tampil.
Imran menjelaskan, Rakha sengaja ditampilkan dalam acara yang diadakan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Di sana, Rakha ingin menyampaikan kepada para pejabat di KemenPPA yang notabene melindungi anak-anak, bahwa dirinya sebagai anak berkebutuhan khusus juga butuh teman dan kasih sayang dari lingkungannya.
âPerhatian dan kasih sayang sangat dibutuhkan oleh mereka agar mereka tetap semangat," katanya.
Menurut Imran, di balik kekurangan, anak-anak yang berkebutuhan khusus ini pasti memiliki kelebihan dan kesenangan seperti anak normal lainnya.
âYang penting kita memberikan support kepada mereka agar selalu semangat dan bisa maju," imbuhnya.
Imran sendiri berujar, selama mengajari Rakha yang tinggal di Blondo Mungkid, dia tidak menemui kendala berarti. Apa yang saya inginkan, disampaikan oleh guru pendampingnya. Dalam hal ini, Imran mengaku, dirinya juga akhirnya ikut belajar bahasa isyarat.
1 Komentar