Sejumlah Warga Hapus Tato Gratis di Borobudur

Dilihat 84 kali
Proses penghapusan tato gratis di Emha Cafe Borobudur, Jumat (10/10)

BERITAMAGELANG.ID - Program hapus tato gratis yang digelar Majelis Hijrah Magelang Raya berkolaborasi dengan Masyarakat Bertato (Masberto) Hijrah, Yayasan Mualaf Center Yogyakarta, Mualaf Center Indonesia Peduli Magelang Raya, dan Akhwat Bergerak Magelang, Jumat (10/10) disambut antusiasme tinggi dari masyarakat umum.


Kegiatan yang digelar di Emha Cafe Borobudur, Kabupaten Magelang ini menarik minat banyak warga yang ingin menghapus tanda di tubuh mereka sebagai bagian dari proses hijrah. Namun, tingginya pendaftar terpaksa dibatasi karena keterbatasan alat dan sumber daya, menyebabkan sejumlah calon peserta tidak dapat mengikuti program tersebut.


Kegiatan sosial ini mendapatkan apresiasi dari pihak kepolisian setempat. Kapolsek Borobudur, AKP Marsodik, yang mewakili Kapolresta Magelang, menilai inisiatif ini sangat membantu masyarakat.


"Kegiatan ini suatu kepedulian Majelis Hijrah Magelang Raya yang menurut saya sangat menginspirasi. Apalagi banyak masyarakat yang ingin menghapus tato terkendala biaya yang mahal," ujar AKP Marsodik.


Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi majelis lain serta menumbuhkan rasa empati dan kepedulian pada masyarakat di Magelang Raya.


Muhammad Taufik, Ketua Majelis Hijrah Magelang Raya, menjelaskan program hapus tato ini bertujuan menampung masyarakat yang ingin berhijrah dan ingin menghapus tato. Taufik menekankan hijrah dimaknai sebagai perubahan menjadi pribadi atau perilaku yang lebih baik.


Pemilihan Emha Cafe sebagai lokasi kegiatan sekaligus menjadi momentum soft launching cafe tersebut. Ke depannya, Emha Cafe direncanakan menjadi lokasi tetap kegiatan dakwah dan sosial, termasuk program hapus tato gratis yang akan diadakan secara berkala.


"Cafe di sini, teman-teman yang hijrah, hapus tato gratis ke depannya akan di sini terus Insya Allah setiap dua bulan atau tiga bulan sekali," ungkap Taufik.


Lebih lanjut, Taufik mengungkapkan keuntungan dari Emha Cafe sepenuhnya akan dialokasikan untuk kegiatan dakwah dan sosial, meliputi bedah rumah, sedekah sayur gratis, membantu guru mengaji, anak yatim piatu, dan kegiatan sosial lainnya.


Proses hapus tato dilakukan oleh dua tenaga ahli dari Masberto Hijrah dan memakan waktu yang tidak singkat. Peserta harus melalui tahapan anestesi yang didiamkan selama 30 menit sebelum tato mulai dihapus menggunakan alat laser.


Sugito, warga Cawangsari Borobudur, mengetahui informasi ini dari media sosial yang disampaikan oleh istrinya. Ia bercerita, tato pertamanya dibuat saat masih duduk di bangku SMA. Sugito tersadar bahwa keberadaan tato di tubuhnya tidak benar ketika ia merenungkan kematian.


"Ketika bayi lahir, tubuhnya bersih, saya ingin ketika meninggal tubuh saya juga bersih tanpa tato," harapnya.


Ia pun berpesan kepada generasi muda untuk menjaga pergaulan, sebab tato sering kali bermula dari lingkungan pertemanan.


Kisah senada datang dari Ryo, seorang perantau asal Padang yang kini berdomisili di Borobudur. Ryo mengungkapkan dampak nyata dari tatonya, terutama di tangan kanan, adalah kesulitan saat mencari pekerjaan.


"Saya sadar harus hapus tato sejak saya susah dapat kerja," terangnya.


Kegiatan ini tidak hanya sekadar menghapus tinta di kulit, namun juga menjadi simbol dukungan bagi mereka yang berkomitmen untuk memulai lembaran hidup yang baru.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar