Perempuan Harus Melek Politik, Agar Menjadi Pemilih Yang Bermakna

Dilihat 592 kali
Kanthi Pamungkas Sari
BERITAMAGELANG.ID- Perempuan sebagai warga negara sebaiknya jangan hanya pasrah dengan dinamika politik yang ada terlebih disaat seperti sekarang ini, menjelang Pemilu yang sebentar lagi akan dilaksanakan. "Perempuan harus melek politik, karena politik akan mempengaruhi banyak aspek kehidupan perempuan," demikian disampaikan Kanthi Pamungkas Sari, dosen Sosiolog Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) yang dihubungi Jumat (29/12).

Kanthi yang juga anggota Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) Pimpinan Wilayah  Aisyiyah Jateng menyampaikan, apabila kita merasakan harga pangan yang terus merangkak naik, kemiskinan-akibat ketidakberdayaan secara ekonomi, meningkatnya angka pelecehan  dan kekerasan seksual, masalah stunting dan kesehatan reproduksi, fasilitas pendidikan yang belum berkeadilan, korupsi yang merajalela itu semuanya ada hubungannya dengan politik.

Menurutnya, politik mencakup serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana cara mendapatkan kekuasaan, menggunakan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan.

"Sebagai organisasi sosial yang berlandaskan agama, Aisyiyah memiliki tanggungjawab besar untuk memainkan peranannya sebagai kekuatan kemasyarakatan (civil society) untuk turut serta menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju, adil, makmur, sejahtera, bermartabat, dan berdaulat di hadapan bangsa-bangsa lain," ucapnya.

Dikatakan pula, peran penting dan strategis itu hanya dapat dilakukan manakala Aisyiyah mampu berdiri dalam posisi yang tepat, dan memiliki modal sosial yang mengemban fungsi dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Karenanya Aisyiyah perlu bergerak secara independen dinamis sebagai kekuatan moral dalam semua aspek kehidupan. Termasuk di bidang politik.

Kanti mengungkapkan, Pemilu merupakan kesempatan penting bagi setiap warganegara untuk memilih pemimpin yang berpihak pada rakyat. Oleh karena itu harus ikhtiar untuk dapat menjadi partisipasi pemilih yang bermakna bukan menjadi pemilih yang hanya sekedar memilih.

Menjadi pemilih yang bermakna paling tidak berupaya  memiliki literasi cukup terkait informasi pemilu yang valid, mengetahui calon-calon yang akan dipilih beserta gagasan dan rekam jejaknya (bukan gimik atau lucu-lucuan politik). "Dan yang tidak kalah penting ikut memantau dan mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan Pemilu agar berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Laporkan jika terjadi pelanggaran," tegasnya.

Beberapa tantangan Pemilu 2024 yang harus menjadi perhatian adalah pertama orientasi pemilih lebih terfokus pada Pilpres dan  agak abai pada Pemilu Legislatif. Pemilih lebih banyak mencari informasi tentang Capres Cawapres daripada mencari informasi tentang calon DPD dan Caleg.

Kedua, kerentanan cukup tinggi pada jual beli suara atau politik transaksional. Ketiga, hoaks dan disinformasi bahkan fitnah Pemilu. 

Berkaitan dengan politik uang ada 5 jenis pemilih, yakni pemilih yang setuju dan mau menerima politik uang, pemilih yang menolak dengan politik uang namun tetap menerima uang dari kandidat, pemilih yang menolak politik uang dan menghindari namun diam saja, pemilih yang tidak menyaksikan politik uang, sadar dan berani melaporkannya, pemilih yang menolak dan berani melaporkannya.

Diakhir kegiatan, Kanthi mengajak untuk menjadi pemilih yang bermakna dan bermartabat.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar