Aktualisasi Nilai Kepahlawanan

Dilihat 6417 kali
Foto ilustrasi: tribunnews.com

Sebagaimana biasanya, setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari besar nasional, yaitu Hari Pahlawan. Momentum ini tentunya bukan hanya sekadar hadiah atau seremonial semata, melainkan untuk mengenang jasa pahlawan yang telah gigih berani, rela mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya dalam rangka memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang pada waktu itu usianya masih relatif sangat muda.

Peringatan Hari Pahlawan Ke-75 Tahun 2020 yang jatuh pada tanggal 10 November, Kementerian Sosial Republik Indonesia telah meluncurkan tema "PAHLAWANKU SEPANJANG MASA".

Tema ini sengaja dipilih dengan pertimbangan. Kalau dulu "pahlawan" identik dengan perjuangan yang melawan penjajah mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Di era masa kini, makna "pahlawan" bisa dipahami dari berbagai pengertian. Mereka adalah sosok panutan yang dapat membawa perubahan serta memberikan kontribusi positif dalam berbagai perspektif. Bisa dari perspektif ekonomi, sosial budaya, seni, politik bahkan pariwisata dengan lingkup lokal hingga internasional. Di era digital ini, telah banyak bermunculan sosok dengan ide, karya, dan kontribusi yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga masyarakat sekitarnya, lingkup regional, nasional dan bahkan dunia (https://kemsos.go.id).

Peran Pemuda

Peristiwa 10 November 1945 tidak lepas dari peran penting sosok muda yang dengan lantangnya menyerukan orasi melalui radio. Siaran Bung Tomo melanglang ke berbagai radio di Surabaya. Buku Indonesia dalam Arus Sejarah Edisi ke-6 menjelaskan, siaran Bung Tomo selalu dibuka dengan "Allahu Akbar! Allahu Akbar! yang berhasil menggerakan hati warga, terutama masyarakat santri di Surabaya kala itu.

Pekik takbir dan orasi penyemangat oleh Bung Tomo dibarengi dengan Resolusi Jihad yang dideklarasikan oleh KH. Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945 yang menyerukan perlawanan terhadap penjajahan. Orasi menggelegar tersebut akhirnya mampu membangkitkan semangat para pemuda, santri, dan warga Surabaya untuk melawan tentara Inggris hingga menewaskan pimpinan perang AWS Mallaby.

Sejarah mencatat, bahwa kontribusi pemuda sangatlah penting dan dibutuhkan oleh bangsa ini. Apalagi kita akan dihadapkan dengan bonus demografi dan visi Indonesia Emas 2045. Sudah menjadi hal yang pasti bahwa sebagai anak muda, penentu nasib bangsa di kemudian hari kita harus bersiap-siap diri.

Kepahlawanan pada saat ini tentunya dapat dilihat dari suatu perubahan dari perkembangan peradaban kita dari waktu ke waktu. Generasi sekarang tidak lagi berhadapan dengan musuh yang sama dengan perjuangan revolusi fisik tahun 1945. Musuh generasi sekarang adalah persoalan keadilan dan kesejahteraan yang belum bisa dinikmati secara merata oleh masyarakat Indonesia.

Generasi milenial, kini memiliki pekerjaan rumah berat yaitu menjadikan negara yang kuat dan punya daya saing yang baik untuk berhadapan dengan negara-negara lainnya di Indonesia. Untuk itu, jiwa kepahlawanan saat ini mensyaratkan banyak hal antara lain, generasi yang disebut milenial harus mengubah diri agar lebih dapat fokus untuk meningkatkan mutu diri mereka sendiri. Dengan begitu mereka dapat bermafaat untuk komunitas di sekelilingnya, kemudian bagi bangsa dan negara.

Dengan cara mereka dapat memberikan harapan dan rasa optimisme ke pihak lain, bahkan bagi bangsa dan negara. Mereka yang berasal dari generasi milenial ini juga layak disebut sebagai pahlawan.

Menjawab Tantangan

Pada saat ini Indonesia membutuhkan pahlawan-pahlawan baru yang memiliki kapabilitas dengan tantangan kekinian. Pahlawan era kekinian yang mampu menjawab problematika bangsa dan umat yang terus berkembang.

Ancaman yang merusak tatanan bangsa ini bukan lagi penjajahan secara fisik. Tantangan terbesar pahlawan era milenial adalah ancaman serangan mental dan ideologi yang merusak perdamaian bangsa.

Karenanya, bangsa ini butuh pahlawan dalam segala aspek yang mampu mengorbankan jiwa, raga dan pikiran untuk menjaga perdamaian bangsa ini. Tantangan di era milenial yang padat teknologi digital saat ini juga semakin kompleks.

Narasi-narasi negatif mudah memecah belah persatuan bangsa. Setiap hari masyarakat disuguhi dengan konten yang tidak mendidik dan mudah menghasut. Dalam konteks itu, dibutuhkan pahlawan-pahlawan milenial dari kalangan generasi muda untuk mendarmabaktikan tenaga dan pikirannya dalam melawan penjajahan narasi yang mencoba meruntuhkan NKRI. Perang narasi di dunia maya menjadi tantangan kekinian bagi para pahlawan milenial.

Di samping itu kepahlawanannya dapat diwujudkan melalui keberanian untuk melawan narasi-narasi kebencian, hasutan dan provokasi yang dapat memecah belah persatuan. Kepahlawanan ini juga sekaligus mengembangkan kemampuan untuk dapat menangkal virus radikalisme dan terorisme yang dapat merusak keutuhan bangsa.

Para pahlawan milenial diharapkan selalu berjuang dalam menjaga perdamaian dengan memenuhi konten positif dan senantiasa membangun semangat persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman pandangan di dunia maya.

Untuk menjadi pahlawan saat ini tentu diperlukan adanya optimisme yang dibangun atas keyakinan bahwa bangsa ini dapat menjadi bangsa yang besar, adil, dan makmur, serta mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi saat ini. Persoalan pengangguran, korupsi, reformasi birokrasi, penegakan hukum, konflik sosial, dan berbagai persoalan lain harus diyakini dapat diatasi dan diselesaikan sebagai bagian dari langkah untuk menjadi bangsa yang besar, adil, dan makmur. Tidak boleh ada kata menyerah, serumit apapun persoalan itu,  optimisme itu harus diwujudkan dalam bentuk kerja nyata yang diyakini sebagai prasyarat tercapainya cita-cita luhur. Kerja nyata harus dilakukan di semua bidang sesuai dengan bidang tugas dan profesi setiap warga negara.

Rasanya masih relevan pesan fenomenal  yang dikumandangkan Sang Proklamator dengan Jas Merahnya: Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Kandungan filosofisnya sangat mendalam yang dapat memotivasi kita untuk mengisi kemerdekaan dengan membangun bangsa dan negara. Di samping itu, jangan sampai melupakan dan meninggalkan hakikat dasar perjuangan yang sudah diletakkan dalam komitmen yang termaktub dalam filosofi Pancasila, UUD 1945 dalam bingkai Bineka Tunggal Ika dan NKRI.

Kembali di sini ditegaskan bahwa, aktualisasi nilai kepahlawanan sekarang ini perlu dimaknai secara lebih komprehensif, bahwa kontribusi pemikiran dan tenaga dari semua warga negara sangat dibutuhkan demi tetap tegak dan solidnya NKRI sebagai rumah bersama. 


Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.

Guru Seni Budaya 

SMK Wiyasa Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar