LOKASI awal exit tol Jogja Bawen di Desa Sukorini Kecamatan Muntilan, sebelum ada usulan di simpang Palbangan Kecamatan Mungkid. Secara sosial ekonomi, lebih menguntungkan mana antara exit toll di Palbapang dan di Sukorini?.
Jejak digital usul pemindahan ini ada di laman Gatra.com 4 Desember 2019, bahwa Pemerintah Kabupaten Magelang mengajukan beberapa usul terkait rencana pembagunan jalan tol Bawen-Yogyakarta. Diantaranya memindahkan pintu exit tol yang pada gambar indikatif direncanakan di Desa Sukorini, Kecamatan Muntilan menjadi di kawasan Palbapang, Kecamatan Mungkid. https://www.gatra.com/news-460020-Ekonomi-pemkab-magelang-usul-exit-tol-bawen-yogya-di-palbapang-.html
Sementara itu sebagaimana laman beritamagelan.com, 05 Desember 2023; 09:02, bahwa Pemkab Magelang Berikan Usulan Lokasi Pengganti Exit Tol Jogja Bawen. Pasalnya, simpang Palbapang ternyata masuk dalam kategori Sub Kawasan Pelestarian 1 (sp-1) Candi Borobudur.
Pemerintah Kabupaten Magelang kemudian memberikan usulan melalui surat kepada Kementerian PUPR untuk tiga alternatif lokasi pengganti exit tol yakni di Tamanagung, Muntilan. Kemudian Blabak, Mungkid; dan Bojong, Mungkid.
Dampak sosial-ekonomi exit toll
Exit toll merupakan pintu keluar dari jalan tol yang menghubungkan berbagai daerah di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Dampak positif dari exit toll terlihat dalam peningkatan aksesibilitas, mobilitas, serta distribusi barang dan jasa antar daerah, yang mendukung pertumbuhan ekonomi pariwisata.
Adanya exit toll juga dapat menciptakan sentra ekonomi baru disekitarnya, seperti pompa bensin, rumah makan, permukiman, dan area istirahat. Area istirahat dapat difungsikan sebagai tempat penjualan produk UMKM, khususnya di sektor kuliner, yang berpotensi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Exit toll juga berkontribusi pada pertumbuhan PDB, pendapatan devisa, dan tenaga kerja di sektor pariwisata, dengan menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun asing, untuk menjelajahi berbagai destinasi wisata di Indonesia.
Beda Sukorini dengan Palbapang, antara Urban dan Sub-urban
Lokasi exit toll memberikan dampak yang berbeda, jika dibangun di areal perkotaan (urban) dan areal pedesaan (sub-urban). Dalam hal ini pilihan exit toll di Palbapang, Tamanagung, Blabak, dan Bojong reprentasi areal urban, wilayah perkotaan dengan perekonomian yang sudah sangat maju. Sementara Sukorini mewakili areal sub-urban.
Secara umum, daerah urban adalah daerah yang memiliki kepadatan penduduk dan aktivitas ekonomi yang tinggi, sedangkan daerah sub-urban adalah daerah yang berdekatan atau mengelilingi daerah urban, tetapi memiliki kepadatan penduduk dan aktivitas ekonomi yang lebih rendah.
Beberapa perbedaan ekonomi antara daerah urban dan sub-urban adalah:
Beda dampak exit toll di Sukorini dengan di Palbapang
Exit toll, dalam ilmu perencanaan wilayah tergolong sebagai investasi modal publik (public capital investment atau CPI). CPI adalah pengeluaran pemerintah atas aset yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan standar hidup, seperti infrastruktur, pendidikan, penelitian. Investasi modal publik dapat berdampak positif pada produktivitas sektor swasta, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
Besar perbedaan dampak exit toll yang dibangun di wilyah urban dan sub-urban. John M. Levy dalam bukunya Contemporary Urban Planning, buku pegangan di MPKD dan MAP UGM, menekankan adanya: 1. Adanya kaitan yang kuat antara aksesiblitas (exit toll), harga tanah, dan perkembangan lahan di daerah sub-urban, 2. Lokasi persimpangan jalan (exit toll) penentu utama harga tanah.
Intinya, 1. CPI di daerah sub-urban dapat dibangun diatas lahan yang harganya lebih murah, namun selesainya Pembangunan CPI dapat menaikkan harga lahan berlipat-lipat. Baik nilai jual maupun nilai sewa lahan. Sehingga dampak ekonominya sangat terasa. 2.Persimpangan jalan akan sangat menarik dunia usaha. Jika di sub-urban akan membuka usaha baru, namun jika di daerah urban akan mendesak (disturb) usaha yang telah ada.
0 Komentar