Kesadaran Metakognitf Untuk Keberhasilan Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Dilihat 431 kali
Kesadaran metakognisi merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang dalam kurikulum merdeka sering disebut dengan istilah HOTS (Higher order thingking skills)

GURU memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan termasuk pada tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Secanggih apapun kurikulum pendidikan, tanpa adanya guru yang mampu menerjemahkan kurikulum tersebut ke dalam rancangan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang efektif dan efisien maka proses dan hasil pembelajaran tidak akan maksimal. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam konteks penerapan Kurikulum Merdeka adalah kesadaran metakognitif.

Apakah Kesadaran Metakognitif itu?

Sebelum kita melangkah ke pembahasan tentang kesadaran metakognitif perlu kiranya kita memahami konsep metakognitif terlebih dahulu. Istilah metakognisi dipopulerkan pertama kalinya oleh Flavell (1976; 1979). Ia mendefinisikan metakognisi sebagai berpikir tentang berpikir (thingking about thingking) atau memahami proses berpikir, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan cognitive monitoring, yaitu kemampuan seseorang untuk memonitor proses berpikirnya ketika yang bersangkutan sedang melakukan kegiatan kognitif. Selanjutnya istilah metakognisi berkembang pesat dalam dunia pendidikan khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan literasi seperti membaca dan menulis.

Salah satu hal penting berkaitan dengan metakognisi adalah kesadaran metakognisi. Kesadaran metakognisi adalah kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang terjadi dalam pikirannya ketika yang bersangkutan melakukan kegiatan-kegiatan kognisi seperti halnya belajar atau dalam konteks guru ketika guru membuat rancangan pembelajaran maupun saat pelaksanaan proses belajar di kelas dan juga setelah selesai pembelajaran.

Kesadaran metakognisi merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang dalam kurikulum merdeka sering disebut dengan istilah HOTS (Higher order thingking skills). Meskipun kemampuan berpikir metakognitif muncul di dalam kurikulum merdeka, penjelasan yang lengkap tentang konsep metakognisi dalam pembelajaran hampir sulit ditemukan. Bahkan konsep berpikir tingkat tinggi sering hanya dikaitkan dengan Taksonomi Bloom. Meskipun di dalam Taksonomi Bloom terdapat beberapa proses pembelajaran yang sering dianggap melibatkan HOTS (yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) ketiga tahapan berpikir ini merupakan kegiatan kognitif pada tingkat yang tinggi. Kegiatan kognitif, afektif maupun psikomotorik masih perlu direncanakan, dimonitor, dan dievaluasi secara seksama dengan menggunakan kesadaran berpikir metakognitif.

Kesadaran Metakognitif Guru Sebelum Proses Pembelajaran

Kesadaran metakognitif guru pada tahap perencanaan pembelajaran sangatlah menentukan proses dan hasil pembelajaran. Sejak perencanaan dan pembuatan Program Tahunan, Program Semester, Modul Ajar, maupun media pembelajaran serta asesmen, guru perlu terus menerus bertanya pada dirinya dan mempertanyakan apakah rancangan pembelajaran yang dibuat sudah memenuhi semua tuntutan yang diperlukan untuk memahami Capaian Pembelajaran (CP). Selain itu guru harus bertanya apakah CP telah benar-benar diterjemahkan ke dalam indikator-indikator dan apakah indikator telah diterjemahkan dengan tepat ke dalam langkah-langkah pembelajaran. Apakah sumber belajar maupun metode dan strategi serta asesmen yang dipilih sudah sesuai dan mendukung pencapaian kompetensi. Guru juga perlu terus bertanya apakah ia sudah memasukkan semua yang harus dimasukkan di dalam Modul Ajar. Selain itu, guru guru juga perlu bertanya apa yang akan dilakukan apabila proses pembelajaran di kelas tidak berjalan sesuai rencana. Kesadaran metakognitif pada tahap perencanaan membantu guru untuk melihat dengan tepat apa yang sudah baik maupun yang belum baik dari modul ajar sehingga guru benar-benar siap ketika masuk kelas termasuk strategi-strategi yang akan digunakan sebagai solusi.

Kesadaran Metakognitif Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran yang baik barulah merupakan langkah awal bagi seorang guru dalam upaya membantu proses pembelajaran di kelas. Guru perlu memiliki kemampuan untuk menerapkan secara efektif dan efisien rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Kemampuan memonitoring kegiatan kognitif seperti halnya belajar maupun mengajar sering menjadi faktor pembeda keberhasilan seseorang.

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas bukan saja menuntut kemampuan guru dalam menerjemahkan Modul Ajar tetapi yang lebih penting adalah kesadaran metakognitif guru dalam memonitoring proses pembelajaran. Sejak kegiatan apersepsi hingga kegiatan inti pembelajaran dan penutup, guru harus mampu dan terus menerus memonitor apakah proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik seperti yang direncanakan sebelumnya. Guru perlu terus bertanya apakah kegiatan membuka pelajaran sudah membantu pembelajar untuk menyiapkan dirinya baik secara kognitif, afektif, psikomotorik dan metakognitif untuk terlibat secara aktif dan proaktif dalam pembelajaran. Guru juga perlu memikirkan terus menerus apakah langkah-langkah pembelajaran, metode, sumber belajar, media pembelajaran, maupun asesmen yang dipilih berjalan dengan lancar dan membantu proses pembelajaran peserta didik.

Selain itu guru perlu merenungkan apakah para peserta didik terlibat dan melibatkan diri secara kognitif, afektif, psikomotorik serta metakognitif dalam pembelajaran. Bila yang direncanakan ternyata menemui hambatan atau tidak berjalan dengan lancar, apakah yang harus guru lakukan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kesadaran metakognitif dalam pelaksanaan pembelajaran akan membantu guru untuk secara tepat memonitor apa yang terjadi di dalam kelasnya dan menuntun guru untuk mencari strategi-strategi sebagai jalan keluar bila proses pembelajaran tidak berjalan sesuai rencana. Tanpa kesadaran metakognitif, guru hanya akan terjebak pada keyakinan bahwa pembelajarannya telah berhasil semata-mata karena guru sudah menerapkan Modul Ajar yang telah disiapkan. Bila ini terjadi maka pembelajaran berbasis siswa belum terlaksana bahkan kelas menjadi tempat yang mebosankan baik bagi guru maupun bagi siswa. Pembudayaan metakognitif di dalam kelas akan menjadi contoh bagi siswa tentang penerapan proses berpikir kritis yang memang sangat dibutuhkan di dalam kegiatan kognitif seperti halnya belajar.

Kesadaran Metakognitif Guru Setelah Pembelajaran

Setelah pembelajaran dilakukan guru masih memiliki tugas yang tidak kalah penting yaitu mengevaluasi pembelajaran di kelas. Pada tahapan berpikir metakognitif ini, guru akan melakukan kegiatan refleksi di dalam pikirannya tentang apa yang terjadi di dalam kelasnya. Guru perlu mengevaluasi apakah Modul Ajar yang direncanakan sudah berjalan dengan bai?Aapakah pemilihan media pembelajaran sudah tepat? Apakah langkah-langkah pembelajaran dan strategi belajar serta metodenya sudah tepat? Apakah terjadi proses pembelajaran bagi siswa di dalam kelas? Apakah sebagai guru, sudah melaksanakan tugasnya dengan baik? Intinya, guru perlu bertanya apa yang sudah berjalan dengan baik dan apa yang belum berjalan dengan baik di kelasnya.

Kesadaran metakognitif setelah pembelajaran tidak hanya berhenti pada tahapan evaluasi tentang apa yang sudah terjadi tetapi menuntun guru untuk menyiapkan strategi-strategi yang akan digunakan baik pada tahapan persiapan maupun penerapan Modul Ajar dalam pembelajaran di kelas selanjutnya. Pengalaman membuat dan menerapkan Modul Ajar di kelas membantu guru untuk mendesain serta menerapkan Modul Ajar dengan lebih baik pada kelas berikutnya.

Kesadaran metakognitif guru sangatlah penting dan menentukan dalam merancang, menerapkan, memonitor, mencari jalan keluar dan mengevaluasi pembelajaran. Kesadaran metakognitif ini selanjutnya akan mampu menuntun siswa untuk terlibat secara aktif dan produktif dalam kelas. Untuk itu guru diharapkan selalu berusaha membudayakan cara berpikir metakognitif. Guru yang metakognitif akan mampu menjadi menjadi model bagi siswa untuk berpikir metakognitif. Kesadaran metakognitif memampukan guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan kognitif dalam proses pembelajaran seperti halnya HOTS (Higher order thinking skills). Tanpa kesadaran metakognitif, guru akan mengalami kesulitan dalam mendesain, menerapkan, maupun mengevaluasi pembelajaran berbasis HOTS, seperti yang diharapkan dalam kurikulum merdeka. Semoga.


*)Penulis: Karina Nugrahani, S.Pd . Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar