Indonesia yang dahulu sering dikenal dengan Nusantara atau Dwipantara ini memiliki beragam potensi budaya dengan keunikan masing-masing. Berbagai seni pertunjukan rakyat, istana, upacara adat, situs purbakala, pemandangan alam, yang pada prinsipnya semua itu menawarkan citra keanekaragaman idiom budaya masyarakat.
Berbagai potensi budaya tersebut, baik itu budaya istana yang adiluhung (great tradition) maupun budaya rakyat (little tradition) merupakan investasi yang perlu ditumbuhkembangkan, karena masing-masing dapat berkelindan menjadi satu dalam bingkai wujud dari kebudayaan Nasional (Sunaryadi Maharsiwara, 2006).
Namun dari berbagai kajian penelitian, para seniman tersebut masih berkutat dengan proses kreatif untuk kepuasan batinnya dan lingkup kecil di lingkungan internalnya. Mereka pada umumnya lebih terpaku berkarya untuk kepuasan batinnya saja.
Prinsip seni untuk seni menjadi parameter dari kerja kreatifnya. Padahal secara faktual masyarakat sangat menunggu karya-karya fenomenal para seniman tersebut, guna menjadi pemantik dalam memenuhi kebutuhan rohaninya.
Manajemen publikasi
Dampak yang dirasakan, karya mereka yang bagus dan fenomenal tersebut gaungnya sering kurang dikenal di ranah publik. Untuk itu, tentunya mulai sekarang perlu menjadi bahan pemikiran pentingnya aspek manajemen publikasi.
Memproduksi karya seni dari awal perencanaan sampai kondisi siap untuk pentas atau pameran, perlu didukung adanya publikasi. Tanpa adanya publikasi belum tentu gema pementasan atau karya yang dipamerkan mencapai radius yang lebih luas. Untuk itu, ketika memilih tema, perlu diperhitungkan tema itu menarik perhatian publik dari berbagai strata. Bahkan juga perlu diperhitungkan tema tersebut pada posisi layak jual dan cukup aktual.
Dalam mempersiapkan pentas atau pameran, sejak awal perencanaan sudah mulai diadakan penjajakan ke organisasi-organisasi seni, paguyuban seni, dan lembaga-lembaga yang berkorelasi dengan pengembangan seni untuk mendapatkan informasi atau respon terkait keberadaan karya seni pada saat ini.
Kritikan, keluhan, respon, dan harapan mereka dapat menjadi bahan menentukan langkah dalam memilih tema aktual. Karena harus menjadi perhatian, bahwa publik menginginkan karya yang benar-benar inovatif, menghibur, sarat pesan sosial, dan menumbuhkan kesan mendalam sebagai santapan estetis.
Adapun yang perlu disadari, salah satu tujuan kerja kesenian adalah pementasan atau pameran. Tentu saja tujuan tersebut tidak bisa lepas dari aspek manajemen baik itu pada ranah personal maupun organisasi. Dalam pengertian paling sederhana, manajemen adalah perencanaan sebuah produksi hingga sampai ke tangan konsumen.
Bukan tujuan
Pada dasarnya manajemen kesenian hanyalah semacam alat untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Ia harus sanggup membantu sang seniman untuk sampai pada pencapaian mutu artistiknya. Dia bukan marked oriented, melainkan product oriented. Yang kerap menjadi masalah adalah produk kesenian tidak mempunyai pasar yang ajeg, tidak seperti produksi barang jadi. Oleh karena itu, pasar harus diciptakan. Dalam hal inilah produksi berkreasi.
Produksi dituntut untuk kreatif menjaring penonton untuk berapresiasi terhadap produk seni yang dihasilkan senimannya. Oleh karena itu, antara produksi dan seniman idealnya selalu bertukar pikiran dan saling memahami satu sama lain, supaya terjalin kepekaan yang sama terhadap produk seni yang akan dihasilkan.
Manajemen publikasi harus direncanakan secara cermat, khas dan seawal mungkin agar budget atau anggaran berimbang dan pertunjukan atau dipadati penonton. Sisihkan waktu beberapa hari untuk menyusun rencana pemasaran sebelum mencetak bahan-bahan publikasi. Tim pemasaran sebaiknya membaca naskah dan mempelajari tontonan yang akan dipasarkan. Pengertian dan pemahaman tentang tontonan yang akan dijual bisa menunjang keberhasilan pemasaran.
Publikasi mencakup semua bahan tulisan untuk memberitahukan adanya sebuah produksi kesenian dan merangsang minat orang untuk menyaksikannya. Di antaranya; media komunikasi, jumpa pers, materi pers release, poster, flyers, pamflet, selebaran, direct mailing, buku acara, undangan/tiket.
Kembali ditekankan bahwa karya seni tersebut, hasilnya sangat ditunggu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, manajemen publikasi perlu menjadi bahan perhatian cukup serius. Untuk dapat merealisasikan dibutuhkan kerapian dan tata kelola manajemen yang professional. Manajemen bisa terkait dengan personal apabila karya seni tersebut merupkan karya personal.
Sedangkan manajemen lembaga perlu juga menjadi perhatian apabila karya tersebut merupakan kerja kolaborasi dalam wadah oganisasi seni.
Dengan demikian agar publikasi karya seni tersebut dapat terwujud secara optimal, diperlukan kerjasama sinergis dari berbagai pihak.Tentunya targetnya adalah karya seni tersebut dapat sampai ke publik dan memberikan manfaat positif bagi kemaslahatan bersama.
(Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang)
0 Komentar