Festival Dakwah Terbesar di Magelang, Hadirkan Empat Ustad Terkenal

Dilihat 415 kali
Ustad Abdul Somad memaparkan tujuh tingkatan keselamatan yang harus diupayakan oleh seorang muslim pada Kajian Akbar Majelis Taklim Salima berkolaborasi dengan Lir Ilir Festival Muslim 2025 di Joglo Ngawen Dairy Farm Muntilan Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID - Ribuan jemaah dari berbagai penjuru daerah memadati Joglo Ngawen Dairy Farm, Muntilan, Kabupaten Magelang, Sabtu (16/8) dalam gelaran Kajian Akbar. 


Acara yang merupakan kolaborasi antara Majelis Taklim Salima dan Lir Ilir, sebuah festival dakwah terbesar tahun ini, berhasil menarik perhatian jemaah dari berbagai wilayah, mulai dari Magelang, Yogyakarta, Mojokerto, hingga rombongan bus dari Dieng Wonosobo.


Antusiasme jemaah terlihat sejak pagi. Meskipun acara baru dijadwalkan sore, banyak jemaah sudah hadir sejak pukul 11.00 WIB untuk mendapatkan tempat duduk terbaik di bagian depan. Kehadiran mereka menunjukkan tingginya semangat menuntut ilmu.


Kajian akbar ini menghadirkan empat ustaz nasional, yaitu Ustad Abdul Somad, Ustad Salim A. Fillah, Ustad Luqmanul Hakim, dan Habib Muhammad bin Anis. Keberhasilan dan ketertiban acara ini tidak lepas dari dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Magelang, warga Dusun Ngawen, berbagai organisasi dakwah, serta para donatur.


Majelis Taklim Salima berkomitmen memfasilitasi dakwah yang terbuka untuk semua kalangan, menghadirkan narasumber yang memberikan manfaat dengan ilmu Islam yang sesuai Al-Qur'an dan Sunnah. Ia mengajak semua pihak untuk datang di setiap kajian Salima, karena majelis ini selalu merangkul berbagai ormas dan komunitas untuk bersama-sama mendalami Islam.


Ustad Salim A. Fillah, pendakwah asal Yogyakarta, membuka kajian dengan mengenang perjuangan para pahlawan. Ia mengaitkan semangat perjuangan tersebut dengan makna tembang Jawa "Lir Ilir."


"Tembang ini mengajarkan kita untuk bangun, bergerak, dan tidak berputus asa," jelasnya.


Tembang ini juga menjadi cerminan semangat dakwah para wali dan perjuangan para syuhada yang mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan.


Sementara itu, Ustad Luqmanul Hakim dari Pontianak mengingatkan jemaah akan pentingnya menjaga lisan. Mengutip Surat Al-Ahzab ayat 70, ia mengajak jemaah untuk selalu bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.


"Belajarlah berbicara yang baik-baik. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan berbicara yang baik-baik atau lebih baik diam," pesannya.


Habib Muhammad bin Anis, pendakwah asal Malang, dengan gaya humorisnya, mengungkapkan arti nama Salima, yang berarti "selamat." Ia mendoakan jemaah agar selalu selamat, baik di dunia maupun akhirat.


"Selamat yang hakiki yaitu saat sakaratul maut dapat mengucapkan kalimat Laa Ilaha Illallah," tuturnya.


Puncak kajian ditutup oleh Ustad Abdul Somad dari Sumatera Utara. Ia memaparkan tujuh tingkatan keselamatan yang harus diupayakan oleh seorang muslim:


1. Selamat di dunia, yaitu dengan mengucapkan syahadat, "Asyhadualla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah."

2. Selamat saat menghadap Allah, dengan berdoa, "Allahumma firlana bi husnul khatimah." Doa ini merupakan permohonan agar Allah SWT memberikan kemudahan dan rahmat-Nya sehingga kita meninggal dunia dalam keadaan baik dan diridhoi-Nya.

3. Selamat di alam barzah, yaitu terhindar dari azab kubur.

4. Selamat dari panasnya hari kebangkitan, di mana mereka yang selamat adalah yang saling mengasihi karena Allah.

5. Selamat dari hisab yang berat, yaitu ketika diberikan catatan amal dari sebelah kanan, maka perhitungannya akan ringan.

6. Selamat saat meniti Shiratal Mustaqim, yang di bawahnya terdapat neraka jahanam. Kita selalu memohon kepada Allah dalam Surah Al-Fatihah ayat 6 yang dibaca 17 kali dalam salat wajib, "Ihdinas siratal mustaqim" yang artinya "Tunjukilah kami jalan yang lurus." Dengan izin Allah, kita bisa melewatinya secepat kilat hingga sampai ke surga.

7. Selamat dari neraka, yaitu ketika seseorang menuju surga. Hal ini seperti doa yang selalu dipanjatkan, "Allahumma ajirna minannar" yang artinya "Ya Allah, lindungilah kami dari api neraka."


"Semua ini kita mohonkan kepada Allah dalam setiap doa dan salat kita," pungkas Ustad Abdul Somad, menutup kajian yang penuh makna tersebut.


Dalam sambutannya, Ustad Abdur Rosyid mewakili panitia penyelenggara, menegaskan bahwa Majelis Taklim Salima adalah penggerak dakwah yang netral.


"Kami tidak ada keterlibatan dengan partai maupun ormas tertentu," ucapnya.


Kapolsek Muntilan, AKP Abdul Muthohir, mengapresiasi kelancaran acara.


"Jumlah ribuan yang hadir dapat terkondisikan dengan baik," ujarnya.


Muthohir juga berpesan agar ketertiban saat kajian selaras dengan ketertiban berlalu lintas, khususnya dalam penggunaan helm untuk menjaga keamanan bersama.



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar