Regenerasi Nilai Budaya, Para Pemuda Belajar Geguritan dan Macapat

Dilihat 152 kali
Pertunjukan tari Padepokan Seni Budi Aji membuka kegiatan penguatan generasi muda penghayat kepercayaan.

BERITAMAGELANG.ID - Para pemuda penghayat kepercayaan Pahoman Sejati menggelar pelatihan penguatan organisasi untuk generasi muda. Menjaga suluh nilai-nilai luhur kebudayaan.


Setiap tahun program ini diadakan oleh Direktorat Bina Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (BKMA), Ditjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan.


Program priorotas BKMA ini bertujuan menguatkan pelestarian budaya spiritual, terutama bagi anak-anak muda. Sehingga mereka memiliki kemampuan untuk berkiprah di wilayah masing-masing. 


"Tujuan kegiatan ini agar generasi muda penghayat kepercayaan lebih mencintai ajaran penghayat. Secara umum anak-anak muda juga lebih memahami tradisi Jawa sebagai warisan leluhur," kata ketua penghayat kepercayaan Pahoman Sejati, Kikis Wantoro, Kamis (31/7).


Pada pelatihan yang digelar di Padepokan Seni Budi Aji, Dusun Wonogiri Kidul, Kapuhan, Sawangan itu, peserta mempelajari pakem cara menulis aksara Jawa dan melantunkan tembang macapat.


Selain diikuti 40 generasi muda penghayat kepercayaan, pelatihan juga melibatkan pemuda lintas agama. Sehingga melalui kegiatan ini tumbuh semangat toleransi antar pemuda lintas keyakinan. 


"Kami libatkan juga pemuda lintas agama: Islam, Kristen, Katolik, agar muncul (rasa) pengertian apa itu penghayat kepercayaan. Menjadi ajang pembelajaran (toleransi) antar generasi muda," ujar Kikis.


Menurut Kikis, tidak hanya dikenalkan pada berbagai praktik berkesenian, para peserta juga diajak menyelami nilai-nilai luhur budaya Jawa. Secara universal, budaya Jawa mengandung nilai luhur yang tidak hanya diyakini oleh para penghayat kepercayaan, tapi juga penganut agama lain. 


"Saya yakin (ajaran luhurnya) sama kok. Cuma metode ajarannya yang memang beda. Tapi konsep Ketuhanan, menjaga alam, merawat hubungan sosial itu kan sama. Ajaran untuk saling mengasihi dan menyayangi juga sama," lanjutnya.


Capaian program penguatan generasi muda penghayat kepercayaan antara lain membangun internalisasi nilai kebudayaan dan meluaskan aspek jejaring.


Mempertemukan para pemuda penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan pemuda lintas agama, bertujuan membangun hubungan jaringan tersebut.


"Kami mengajak pemuda lintas agama agar generasi penerus penghayat kepercayaan ini tidak menutup diri. Kita harus berinteraksi dengan agama yang lain. Jangan merasa berbeda," ujar Kikis.


Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Magelang, M. Taufik menjelaskan, memperluas jaringan pemuda lintas agama penting sebagai fondasi membangun toleransi.


"Acara ini semakin menambah kepercayaan diri para pemuda penghayat kepercayaan. Semuanya bisa bertemu. Bisa saling membangun rasa persaudaraan. Intinya toleransi," ujar M. Taufik.


Selain belajar menulis geguritan dan tembang macapat, para peserta menerima pelatihan literasi digital serta mengikuti sarasehan budaya spiritual dan ritual.


Pelatihan berlangsung sejak pagi hingga malam. Rangkaian kegiatan ditutup pagelaran wayang kulit yang menampilkan dalang muda penghayat kepercayaan, Ki Sukisno dan Ki Teguh Setyanto. 


"Pagelaran wayang kulit juga dari pemuda penghayat kepercayaan. Jadi peran mereka diharapkan lebih aktif lagi untuk melestarikan budaya kepada anak-anak muda," pungkas M. Taufik.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar