BERITAMAGELANG.ID - Masyarakat Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak di lereng Gunung Andong, menggelar merti desa atau yang dikenal dengan istilah saparan, Rabu (13/8). Tradisi ini dilaksanakan sebagai wujud syukur atas hasil panen sayuran masyarakat yang ada di lereng Gunung Andong. Suasana begitu meriah, karena tradisi ini diwarnai dengan kirab hasil bumi.
Mengawali saparan, masyarakat membawa nasi tumpeng dan ingkung ayam kampung yang digunakan untuk kenduri. Setelah doa bersama, nasi tumpeng dan ingkung ayam kembali dibawa ke rumahnya masing-masing untuk kemudian disantap bersama.
Yang menarik, saat kirab ada hasil bumi yang dibentuk seperti naga.
"Ini merupakan wujud syukur warga Mantran Wetan atas keberhasilan panen aneka jenis sayuran holtikultura yang melimpah," kata Kepala Dusun Mantran Wetan, Handoko.
Tradisi saparan sudah dilaksanakan sejak lama dan secara turun temurun. Masyarakat Mantran Wetan berkeyakinan bila tradisi saparan tidak dilaksanakan akan mempunyai dampak yang tidak baik bagi masyarakat sekitar.
Ia menambahkan, tradisi ini juga sebagai sarana mempererat tali silaturahmi dengan sanak saudara dan juga kerabat. Warga saling berkunjung. Suasana meriah ini melebihi keramaian saat lebaran.
Semakin meriah saat berbagai jenis kesenian tradisional, seperti wayang kulit dan lainnya digelar. Namun, sebelum semua kesenian tersebut digelar, sebagai pembuka wajib dimainkan kesenian "jaran papat", kuda lumping yang dimainkan empat orang.
Salah satu sesepuh Dusun Mantran, Supadi Haryanto mengatakan, jaran papat merupakan kesenian pembuka dalam acara merti dusun. Tidak boleh ada kesenian lain yang pentas, sebelum jaran papat dimainkan.
Tari jaran papat diyakini warga setempat tidak sekedar seni tradisional, namun sebagai simbol permohonan kemakmuran, keselamatan dan kesejahteraan warga setempat.
0 Komentar