Suluk Babadan, Karya Seni Kolaborasi Seniman Muda

Dilihat 538 kali
Pentas kolaborasi seniman muda Magelang dengan seniman dari berbagai daerah dalam pentas Residensi Kreasi.

BERITAMAGELANG.ID - "Suluk Babadan" menjadi satu karya seni kolaborasi seniman muda Magelang dan luar daerah yang dipentaskan di Studio Mendut, Rabu (16/4/2025) petang . Kolaborasi ini menjadikan seniman lebih kreatif dan menjalin keakraban.


"Seni tidak akan berkembang kalau kita tidak bertemu dengan seniman luar daerah. Kita harus bisa keluar dari pakem sehingga akan tercipta seni-seni yang baru," demikian dikatakan Shuko Sastro Gending, koordinator acara Pentas Residensi Kreasi yang dihelat selama enam hari pada 11-16 April 2025.


Shuko mengatakan, dengan dukungan dana dari Kemendikbud, ia mengumpulkan 20 seniman. 10 orang merupakan seniman Magelang dan 10 lainnya dari luar kota, seperti Tulungagung Jawa Timur, Palangkaraya Kalimantan Tengah, Bali, juga Riau. Mereka semua menginap di Studio Mendut untuk berkolaborasi.


Selama empat hari mereka diajak keliling Magelang untuk melakukan observasi kesenian di sini. Selebihnya, mereka menggabungkan seni di Magelang dengan seni dari daerahnya masing-masing.


"Jadilah sebuah karya seni berjudul "Suluk Babadan". Saya tidak intervensi, namun ini murni kreativitas mereka. Saya hanya memfasilitasi," ujar Shuko.


Suluk Babadan sendiri merupakan pentas hasil kolaborasi seniman Lisandra dari Wonosobo, kemudian Ikhsanudin dari Yogyakarta, juga seniman dari Warangan dan Kerong lereng Gunung Merbabu.


Shuko mengatakan, Suluk Babadan memiliki konsep baru dimana nuansa dibentuk dengan suluk. Sedangkan poinnya, para seniman bereksperimen dengan memindahkan panggung. 


"Di situ sudah ada panggung, namun kemudian dicoba dipindah ke kolam dan di sana mereka perform," ujarnya.


Kolaborasi lainnya adalah seniman Riau dengan Kalimantan serta dari Boyolali dan Keron. Kolaborasi seni ini merupakan penggabungan berbagai seni, ada tari, teater dan juga seni rupa (topeng) dari Irul bandongan. 


"Bagi Irul, topeng karyanya kalau tidak digunakan oleh penari, serasa tidak hidup. Karenanya ia berkolaborasi dengan topeng," imbuhnya.


Ditegaskan oleh Shuko, yang merupakan putra ketiga dari seniman Sutanto Mendut, pentas 20 seniman dari berbagai daerah di Studio Mendut, menjadi ajang untuk saling mengenal antara seniman muda luar Magelang dengan masyarakat Magelang. Dengan saling bertemu, maka muncul kreativitas seni dengan penggabungan seni dari berbagai kota.


"Seniman menjadi lebih kreatif, karena mampu berkolaborasi dan menggabungkan kesenian dari berbagai daerah menjadi satu karya seni," katanya.


Shuko berharap, kegiatan semacam ini bisa diadakan lagi, sehingga seni bisa lebih berkembang, muncul karya-karya yang lebih utuh.


"Saya senang banyak anak muda yang berkreasi," ucapnya.


Irta Amalia, Salah satu seniman muda mengaku senang bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Selain sebagai performer, dia juga bisa ekplorasi diri dengan menjadi bagian tim divisi seperti ikut mengonsep dan mengatur jadwal, juga menjadi LO bagi masing-masing peserta. 


"Semoga banyak anak muda ikut mengembangkan kegiatan seni, agar seniman selalu mempunyai banyak tempat untuk berkembang," kata dia.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar