Biaya Penanganan Kebakaran Gunung Andong 50 Juta Rupiah

Dilihat 1418 kali
Administratur KPH Kedu Utara, Damanhuri.

BERITAMAGELANG.ID - Administratur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kedu Utara, Damanhuri menyebutkan, biaya akibat kebakaran yang terjadi di Gunung Andong Kecamatan Ngablak beberapa waktu lalu, mencapai Rp50 juta. 

"Biaya mencapai Rp 50 juta yang digunakan untuk menangani kebakaran tersebut, bukan kerugian karena objek yang terbakar," ujar Damanhuri yang ditemui Selasa (29/8/2023).

Ia menyebutkan, kebakaran di gunung Andong mencapai luasan hampir 25 hektar. Yang terbakar bukan pohon namun savana atau padang ilalang. Untuk pemadaman kebakaran sendiri, KPH Kedu Utara dibantu oleh para relawan, warga setempat, LMDH dan stakeholder lain.

Kebakaran terjadi di Gunung Andong pada Kamis (10/8). Kebakaran terjadi di petak 26 C dan 27F-3. Luas lahan di hutan petak 26c mencapai luas 15,10 hektare. Sedangkan di hutan petak 27f-3 luasnya 9,20 hektare.

Damanhuri menyebutkan, penyebab kebakaran lebih kepada human error. Entah itu pendaki yang seenaknya membuang puntung rokok atau petani yang mencari rumput hijau. Diakuinya, memasuki musim kemarau, hutan yang acap terjadi kebakaran terjadi di wilayah Gunung Andong dan Telomoyo.

"Ini yang perlu terus diwaspadai," ujarnya.

KPH Kedu Utara, menurut Damanhuri, mengampu 5 wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Kendal, dan Ungaran. 

Gunung-gunung yang diwaspadai rawan kebakaran dan harus diperhatikan adalah gunung Sumbing, Sindoro, Andong,  Telomoyo dan sebagian Prau.

"Selama musim kemarau ini, baru gunung Andong yang mengalami kebakaran," ungkapnya.

Untuk wilayah gunung Andong yang baru terbakar, akan direhabilitasi dengan menggunakan anggaran tahun 2024. Tahun ini baru merencanakan terlebih dahulu.

"Rencana rehabilitasi menggunakan anggaran tahun 2024, saat ini kita evaluasi dulu, bibit pohon apa yang cocok ditanam di sana," tuturnya.

Diakuinya, gunung Andong menjadi langganan kebakaran setiap memasuki musim kemarau. Titik kebakaran selalu terjadi di wilayah yang sama.

"Karena itu, perlu segera dibentuk "Masyarakat Peduli Api", untuk ikut bersama-sama menjaga wilayah hutan digunung tersebut," pungkasnya. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar