BERITAMAGELANG.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Tengah memprakirakan awal musim kemarau 2025 di Kabupaten Magelang terjadi pada Juni dasarian I. Sedangkan puncak musim kemarau umumnya terjadi pada Juli dan Agustus tahun 2025.
Hal ini diungkapkan oleh Rini Eksawati, Staf Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Jawa Tengah saat menjadi narasumber secara daring pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pengurangan Risiko Bencana (PRB) mengahadapi musim kemarau Kabupaten Magelang Tahun 2025, di Ruang Rapat Pusdalops BPBD setempat, Rabu (28/5/2025).
Dalam paparannya, Rini menjelaskan secara umum awal musim kemarau di wilayah Kabupaten Magelang diprediksi mulai Juni dasarian I dan dasarian II dengan sifat hujan musim kemarau berada di bawah normal sampai atas normal.
"Di Kabupaten Magelang pada Juni musim kemarau sudah mulai masuk walaupun masih ada kemungkinanan hujan, namun tidak hujan tinggi atau dengan sifat hujan normal sampai atas normal," terang Rini.
Ia menambahkan, awal musim kemarau 2025 di Kabupaten Magelang terhadap normalnya mundur 1 dasarian atau 10 hari. Hal tersebut karena dipengaruhi kondisi-kondisi dinamika atsmosfer yang fluktuatif.
Rini berharap informasi yang ia sampaikan menjadi salah satu dasar mengambil keputusan oleh para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko krisis air dan kebakaran hutan di puncak musim kemarau.
"Terutama di wilayah rawan karhutla yang diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan curah hujan di bawah normal dan secara klimatologis cenderung memiliki curah hujan rendah," tambahnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono saat membuka rakor menekankan pentingya sinergi lintas sektor baik OPD maupun masyarakat dalam penanganan kekeringan yang berkelanjutan.
"Demi penanganan kekeringan yang berkelanjutan, harus ada sinergi antara instansi pemerintah dan masyakarat khususnya dari pemerintah desa yang terdampak krisis air bersih," jelasnya.
Lebih lanjut Edi berharap strategi-strategi yang berkelanjutan dapat diterapkan oleh pemerintah desa yang berpotensi terjadi kekeringan. Sehingga saat musim kemarau tiba, tidak hanya bergantung kepada bantuan yang bersifat temporer.
"Desa diharapkan bisa membuat stratergi berkelanjutan seperti pembuatan sumur galian, penampuangan air hujan, penghijauan maupun perlindungan terhadap sumber-sumber mata air di sekitar," pesannya.
Senada dengan Edi, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Magelang Ahmad Zaenal Mubarok menegaskan pentingya mitigasi bencana saat musim kemarau melanda. Terutama wilayah-wilayah yang berpotensi kekeringan di Kabupaten Magelang.
"Nantinya ini (mitigasi) betul-betul bisa meminimalisir dampak yang terjadi di masyarakat, maka droping air bersih juga sangat penting," ujar Zaenal sebagai salah satu narasumber.
Zaenal lantas menjelaskan peran DPRD dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Magelang khususnya pada musim kemarau 2025. Pihaknya akan memperkuat fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan bersama dengan BPBD sebagai mitra kerja.
"Kolaborasi antara komisi IV dan BPBD sebagai mitra kerja akan kami perkuat terus, baik dari sisi anggaran maupun program kegiatan," tegasnya.
Rapat koordinasi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) mengahadapi musim kemarau ini bertujuan untuk mempersiapkan rencana penanggulangan bencana pada musim kemarau di Kabupaten Magelang dengan menginventarisir seluruh sumber daya yang ada pada tiap instansi maupun lembaga terkait.
Rakor diikuti sekitar 50 orang dari berbagai unsur seperti TNI, POLRI, OPD terkait penanggulangan bencana, unsur relawan dan lembaga organisiasi lainnya. Mereka diharapkan bisa melaksanakan peran dan tugas fungsinya dalam rangka pengurangan risko bencana musim kemarau tahun ini.
0 Komentar