Gempa Meningkat, Pengamatan Merapi Tertutup Kabut

Dilihat 1508 kali
Petugas PGM Babadan Kabupaten Magelang mengamati kegempaan Merapi
BERITAMAGELANG.ID - Visual Gunung Merapi tertutup kabut pada Senin (2/11/2020). Kegempaan dari aktivitas vulkanik gunung yang berada di perbatasan Sleman Yogyakarta dan Kabupaten Magelang Jawa Tengah ini juga meningkat signifikan.

Bahkan, kegempaan Merapi juga disertai suara gemuruh yang beberapa kali terdengar dari sejumlah titik diantaranya pos pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Seismograf Pos PGM yang hanya berjarak 4,4 km dari puncak Merapi ini juga merekam sejumlah gempa Merapi.

"Suara gemuruh beberapa kali sempat terdengar. Tapi kadang kala kalah sama hujan," kata petugas PGM Babadan, Alex Yulianto Senin (2/11/2020)

Kabut tebal juga mendominasi Gunung dengan tinggi 2.968 mdpl tersebut. 

Akibat tertutup kabut tebal itu tim pengukur gas BPPTKG juga kesulitan mendeteksi kandungan sulfur dioksida (SO2) di wilayah puncak Merapi. 

Tim beranggotakan empat orang itu padahal sudah berada di Pos Babadan selama empat hari. Namun cuaca tetap tidak bersahbat. Tim pun akhirnya memilih menunda proses pengukuran kadar gas SO2 dari asap sulfatara Merapi.

"Hasil sekarang belum bisa dilakukan. Pengukuran karena tertutup kabut," ujar Alex.

Pengukuran gas itu bisa dilakukan secara statik (harian) dan mobile dimana langit terbuka, ada angin, asap dan Merapi kelihatan maka diukur.

Sementara itu, berdasar data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pukul 06.00-12.00 WIB, cuaca cerah, berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke arah timur laut dan timur. Suhu udara 20-25.9°C, kelembaban udara 73-87 %, dan tekanan udara 628.05-688.95 mmHg. Volume curah hujan 4 mm per hari. 

Sedangkan data kegempaan terjadi 23 kali gempa guguran, 20 kali gempa hembusan, 114 gempa Hybrid/Fase Banyak, dan 7 kali gempa vulkanik dangkal.

Sampai saat ini BPPTKG masih menetapkan tingkat aktifitas Merapi level II (Waspada) dengan radius 3 km dari puncak tidak ada aktivitas manusia. Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.

BPPTKG juga mengimbau masyarakat mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif. Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar