Daya Tarik Pariwisata Budaya

Dilihat 4526 kali
Seni pertunjukan karawitan sebagai bagian dari pariwisata budaya yang dilakukan oleh anak-anak milenial dapat menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan. Kegiatan pentas seni karawitan di Sanggar Seni Borobudur Art Centre Borobudur yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Indonesia menempatkan budaya-budaya daerah yang tersebar di seluruh Nusantara sebagai branding atau andalan produknya. Hal tersebut terkait dengan potensi budaya atau keberagaman dengan ciri-ciri spesifiknya yang tersebar di masing-masing daerah. Keberagaman budaya itu dapat diyakini menjadi modal dasar untuk menguatkan citra Indonesia yang layak menjadi destinasi pariwisata internasional.


Pada kenyataannya, budaya yang beraneka ragam, antara lain jenis kesenian, tradisi, ritual agama, adat istiadat, dan berbagai aspek budaya lainnya beserta segala keunikannya memiliki potensi daya tarik bagi wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia dengan menetapkan Pulau Dewata sebagai daerah tujuan wisata utama merupakan bukti faktual yang menunjukkan bahwa Indonesia menjadi magnet kuat untuk dikunjungi.


Demikian pula dengan kunjungan mereka ke destinasi wisata unggulan lainnya, seperti Candi Borobudur, Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta tidaklah terlepas dari pesona budaya masyarakat setempat sebagai daya tarik yang kuat. Bila ditarik tautan benang merah pariwisata budaya mempunyai peluang besar menjadi salah satu fokus pengembangan pariwisata yang sangat strategis (Janianton Damanik, 2013).


Fokus Pengembangan


Kebijakan pariwisata nasional dengan jelas dan ekplisit menetapkan keberagaman budaya sebagai salah satu fokus pengembangan pariwisata. Dalam pengembangan konsideran pertama UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan tersebut ditegaskan bahwa budaya adalah salah satu sumber daya pembangunan pariwisata nasional. Dalam kalimat lain dapat diartikan sebagai rekognisi sekaligus penegasan bahwa kebudayaan nasional yang beragam tersebut sangat strategis dan potensial sebagai basis pengembangan pariwisata.


Pada prinsipnya budaya sangat berperan penting dalam sektor pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata tak lain adalah keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain tersebut. Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi. Sumber daya budaya menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya.


Dalam sektor pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya budaya sebagai modal utama dalam atraksi atau aktivitas wisata sering dikenal dengan pariwisata budaya. Jenis pariwisata ini memberikan variasi yang luas menyangkut beberapa aspek budaya, mulai dari seni pertunjukan, seni rupa, festival, makanan tradisional, sejarah, pengalaman nostalgia, dan cara hidup yang lain.


Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan, dan keragaman budayanya. Di samping itu, pariwisata budaya dapat memberikan kesempatan kontrak pribadi secara langsung dengan komunitas lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang sesuatu objek budaya. Adapun tujuannya adalah untuk memahami makna suatu budaya dikomparasikan dengan sekadar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya.


Sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik pariwisata budaya di antaranya adalah, bangunan bersejarah, seni rupa, seni pertunjukan, peninggalan keagamaan, cara hidup komunitas lokal, perjalanan dengan transportasi tradisional, serta kuliner. Wisata kuliner ini meliputi proses persiapan, membuat, menyajikan sampai menikmati merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi wisatawan.


Sebagaimana diketahui animo masyarakat berlibur dan melakukan perjalanan wisata terus bertumbuh. Bahkan, belanja masyarakat untuk berwisata sudah lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19. Bank Mandiri mencatat nilai transaksi kartu kredit untuk kategori travel selama periode Januari sampai Agustus 2023 mencapai Rp 2,8 trilliun. Nilai tersebut tumbuh 71,4 persen dikomparasikan dengan periode yang sama tahun lalu. Nantinya pada akhir tahun diharapkan pertumbuhannya bisa mencapai 80 persen. Pertumbuhan perjalanan wisata tersebut sebagai dampak dari kebijakan pemerintah yang secara resmi mencabut PPKM pandemi Covid-19 pada 30 Desember 2022 (Kompas, 2/9-2023).

 

Kunjungan Berulang


Tidak bisa dipungkiri potensi Indonesia dengan segala keunikan budayanya menjadi branding penguat pariwisata budaya yang dapat mengikat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Bukti empirik menunjukkan bahwa kekuatan daya tarik pariwisata budaya ini terlihat ketika banyak wisatawan mengunjungi destinasi tersebut secara berulang.


Kehidupan sehari-hari komunitas lokal, pagelaran ritual budaya, dan seni tradisional menjadi inti aktivitas pariwisata budaya yang menonjol. Di sini faktor keunikan yang memberikan pengalaman berharga bagi wisatawan dapat menjadi parameter maupun kekuatan sektor pariwisata budaya. Sebut saja di Kabupaten Magelang banyak kegiatan budaya yang menarik wisatawan seperti Festival Lima Gunung, Ruwat Rawat Borobudur, Sungkem Tlompak sebagai tradisi penghormatan leluhur di Lereng Gunung Merbabu, pagelaran wayang sakral di Lereng Gunung Merapi, dan sebagainya. Keunikan dan konsistensi dari penyelenggaraan yang sudah berlangsung turun temurun tersebut menjadikan wisatawan tertarik untuk menyaksikan secara langsung.


Daya tarik yang begitu kuat pada agenda pariwisata budaya tersebut, kiranya perlu dipertahankan dengan memberikan banyak variasi. Implikasinya, destinasi pariwisata tersebut perlu menghindari kecenderungan untuk memproduksi atau mengelaborasikan atraksi yang monoton atau sejenis. Hal itu perlu disiasati agar wisatawan tidak jenuh dan menghindarkan persaingan yang tidak sehat antar destinasi wisata.


Dengan demikian kiranya diperlukan kebijakan partisipatif yang melibatkan semua pihak, baik pemerintah, pihak swasta, biro perjalanan, lembaga adat, atau komunitas lokal, agar pembangunan pariwisata budaya berbasis masyarakat dapat berjalan konsisten dan berkelanjutan. Dukungan dan keterlibatan semua pihak dapat menjadi jaminan untuk mengedepankan pembangunan pariwisata budaya yang akomodatif.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar