Manfaat Bimbingan Pemustaka di Perpustakaan

Dilihat 3791 kali
Ilustrasi foto : https://www.freepik.com/free-photos-vectors/library

Oleh : P. Budi Winarto, S.Pd*)


PEMUSTAKA adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan (UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan). Bimbingan bagi pemustaka merupakan salah satu kegiatan penting untuk mengenalkan  fasilitas-fasilitas yang dimiliki perpustakaan. Juga merupakan salah satu strategi untuk memaksimalkan  pemanfaatan layanan perpustakaan. Kegiatan bimbingan pemustaka ini penting untuk dilakukan, baik bagi perpustakaan umum, sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan masjid, gereja maupun perpustakaan-perpustakaan lain.

Tidak ubahnya siswa atau mahasiswa, sebelum melakukan kegitan pembelajaran, terlebih dahulu diawali dengan masa pengenalan sekolah/perguruan tinggi. Sarana dan prasarana serta para pamong/pendidik diperkenalkan, demikian juga dengan perpustakaan. Perpustakaan dengan fasilitas, program-program layanan serta SDMnya dikenalkan, agar kemudian disukai. Pemanfaatan perpustakaan diharapkan semaksimal mungkin, maka pendidikan pemustaka jangan sampai diabaikan.

Apa sih manfaat bimbingan pemustaka? Bimbingan pemustaka lebih banyak manfaatnya dari pada mudaratnya. Bagi pemustaka memperlancar mekanisme pemanfaatan fasilitas yang ditawarkan, mempermudah mengoperasikan program-program yang dilayankan. Bagi pustakawan pun bermanfaat, karena mendapat Angka Kredit yang dapat memperlancar kenaikan pangkat bagi yang telah menduduki Jabatan Fungsional Perpustakaan. (JFP).

Kapan saat tepat bimbinagn pemustaka? Pustakawan pasti tidak mengharapkan setiap siswa/mahasiswa bertanya tentang perihal yang sama setiap saat. Faktanya, pustakawan pasti bosan setiap saat menjawab pertanyaan yang sama, misalnya: bagaimana cara meminjam koleksi, berapa lama, bagaimana cara menjadi anggota. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan bimbingan pemustaka sebelum mereka memanfaatkan perpustakaan. Saat tepat menyelenggarakan bimbingan pemustaka seyogyanya masuk dalam program pengenalan sekolah/kampus. Dengan demikian para pemandu bekerja lebih terprogram mengenai waktu dan modelnya. Hendaknya program bimbingan pemustaka merupakan program periodic yang dilakukan berkelanjutan.

Metode bimbingan pemustaka ini biasanya disesuaikan dengan perpustakaan penyelenggara atau dengan negosiasi dengan pihak sekolah/perguruan tinggi yang menaunginya. Untuk perpustakaan sekolah bisa dengan metode pendidikan per kelas, dengan satu pendidik. Perpustakaan perguruan tinggi, bisa dengan metode per kelompok, per angkatan mahasiswa baru, di mana jumlah kelompok disesuaikan dengan kemampuan pembimbingnya. Misalnya per kelomok terdiri antara sepuluh sampai dua puluh orang dengan seorang pemandu (pembimbing). Demikian juga dengan perpustakaan umum, perpustakaan masjid, perpustakaan gereja maupun perpustakaan-perpustakaan lain.

Kriteria Pembimbing

Pembimbing pemustaka hendaknya, pustakawan, karyawan, atau guru pengelola perpustakaan yeng memiliki kriteria tertentu. Misalnya yang menguasai pengetahuan kepustakawanan dan berani tampil berbicara di depan public. Hal ini mengingat pemandu adalah ujung tombak pelayanan yang harus memberi kesan indah pada pemustaka. Mereka harus bisa memberi gambaran, bahwa perpustakaan yang hendak mereka manfaatkan adalah perpustakaan yang siap  melayani dengan program-program dan fasilitas yang dikelola dan selalu ditingkatkn kualitasnya. Pustakawan juga harus tampil meyakinkan, ingat bahwa pustakawan adalah tugas profesi, sehingga harus tampil secara professional. Bila diibaratkan sebagai perusahaan maka pustakawan adalah PR (Public Relation) perusahaan yang menguasai segala seluk beluk perusahaan beserta seluruh srana dan prasaran yang dimiliki, dan siap bekerjasama dengan siapapun.

Bagi pustakawan yang belum memiliki kriteria seperti tersebut di atas, hendaknya tidk berkecil hati. Menyadari kekurangnya dan berusaha untuk berpikir maju serta berkembang itu lebih penting, hingga memenuhi kriteri seperti yang diisyaratkan. Pimpinan perpustakaan pun hendaknya tidk tinggal diam, tetapi mendorongserta mengarahkan pustakawannya untuk semakin maju dan professional. Misalnya dengan menugaskan untuk mengikuti pendidikan/pelatihan yang menunjang, agar kelak mereka dapat menjadi pembimbing-pembimbing baru yang handal.

Materi Bimbingan

Sebagaimana mata pelajaran atau mata kuliah, pustakawan juga harus mempersiapkan materi yang akan disampaikan pada para pemustaka. Misalnya materi tentang penelusuran koleksi memuat tentang: 1) bagaimana cara menelusuri informasi, secara tepat dan cepat, baik secara manual maupun digital. 2) Di rak nomro berapa koleksi dapat ditemukan. 3) sesudah dibaca, koleksi diletakkan di mana? Demikian juga dengan materi-materi yang lain, misalnya tentang bagaimana memanfaatkan koleksi referensi, memanfaatkan koleksi repository (koleksi skripsi, tesis, disertasi), e-book, journal on-line dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki. Materi  hendaknya dalam bentuk standar, tidak mudah berubah, misalnya buku pedoman (cetakan) atau berbentuk slide, atau materi power point yang ditayangkan (digital).

Pembimbing hendaknya menyampaikan materi secara menyeluruh, walaupun hanya sebatas garis besar, terutama bila karena waktu yang terbatas. Pendek kata menjelaskan sejak dari masuk perpustakaan, memanfaatkan sarana-prasarana yang ada, sampai keluar perpustakaan dengan perasaan puas dan bahagia.

Sebagaimana dengan penyelenggaraan program-program kerja pada umumnya, yang selalu ada evaluasi setelah program berjalan, demikian juga dengan program bimbingan pemakai perpustakaan. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa jauh program tersebut berhasil, hal-hal apa yang perlu diwujudkan. Metode bimbingan serta SDM pembimbing pun perlu dievaluasi. Apakah metode sudah tepat atau perlu ada metode lain yang lebih sesuai dengan perkembangan. Apakah SDM pembimbing perlu ditambah jumlahnya atau ditingkatkan kemampuannya.

Sekecil apapun perpustakaan sebaiknya menyelenggarakan bimbingan pemustaka, agar pustakawan maupun pemustaka tidak direpotkan dengan hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Daripada setiap saat harus menjelaskan atau menjawab pertanyaan yang sama, mending menyelenggarakan bimbingan pemakai, dengan ketentuan waktu yang disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang ada. Dengan cara sederhana dan waktu penjelasan seminim apapun sebaiknya kegiatan tersebut dilaksanakan, agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal. 


*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar