Mengelola Kecerdasan Emosional Pendidik

Dilihat 767 kali
Pengembangan kecerdasan emosional relevan untuk pengembangan profesional seorang pendidik

SAAT ini Pengembangan kecerdasan emosional sangat relevan untuk pengembangan profesional seorang pendidik. Karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurikulum dan pembelajaran memerlukan pribadi guru yang kuat. Kepribadian guru yang kuat menjadi kekuatan besar yang menentukan berhasil tidaknya pendidikan di sekolah. Inti kepribadian adalah kecerdasan dan emosi. Kecerdasan merupakan bakat atau kemampuan manusia untuk menghasilkan suatu atau memecahkan berbagai masalah.

Apabila kecerdasan emosional dalam diri guru diolah dan dikembangkan dengan baik maka guru akan menjadi seorang pendidik yang profesional dan tetap memiliki semangat belas kasih dan persaudaraan dalam mengubah dan membentuk anak didik. Guru tidak terlalu cepat dipancing oleh emosinya menghadapi situasi yang ditimbulkan oleh mitra kerja atau para siswa. 

Kecerdasan emosional bukanlah suatu teori tetapi suatu pengalaman yang disusun berupa prinsip-prinsip, tesis, dan dalil-dalil yang kemudian dijadikan acuan untuk praktik pengembangan diri dan peningkatan kualitas hidup manusia. Meskipun seseorang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, sangat pandai dan sangat cepat meningkat kariernya, tetapi ia ternyata memiliki kecerdasan emosional yang rendah, ia tergolong orang yang bodoh. Seandainya orang-orang yang cerdas  sungguh mengenali dan mengolah perasaan-perasaannya (kesedihan, kecewa, dan rasa amarahnya), maka dia akan melewati fase-fase pemecahan masalah dengan sukses. Tetapi apabila yang terjadi sebaliknya adalah kegagalan.

Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

John Meyer, seorang psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengembalikan emosi diri sendiri. Psikolog Cooper dan Sawaf (2008) mengatakan, kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan emosional mengakui tiga pedoman, yaitu: 

1) Kecerdasan dalam mengenali emosi diri dan ciri-ciri pikiran emosionalnya

2) Kecerdasan mengenali emosi orang lain

3) Kecerdasan mengembangkan hubungan antar orang  (interpersonal)

Dapat disimpulkan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengelola dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain secara efektif dan menyenangkan. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi, ia pasti dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Untuk mengembangkan kecerdasan emosional, pakar psikologi Salovey (Goleman, 1995) memberikan beberapa arahan agar kita dapat mengenali dan mengembangkan kecerdasan emosional, yakni sebagai berikut:

1) Mengenali emosi diri dan kesadaran diri. Mengenali perasaan sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk menyadari , memikirkan dan memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal terpenting bagi pemahaman diri. Ketidakmampuan mencermati perasaan kita sesungguhnya menempatkan kita dalam lingkungan perasaan yang dapat menghambat kesadaran dan kecerdasan emosional kita sendiri. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya mempu mengenali keadaan emosi yang dirasakan saat itu, yang berhubungan dengan berbagai keputusan masalah pribadi, keluarga dan pekerjaan. 

2) Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri. Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat-akibat yang muncul karena kegagalan mengelola emosi dasar itu.

3) Motivasi diri. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta mampu melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan diri terhadap suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati sebagai landasan dan keberhasilan dalam berbagai bidang

4) Memahami emosi orang lain. Kita sering mendengar kata empaty, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kita menempatkan diri dalam kerangka pemikiran dan perasaan internal dari orang lain, bagaimana kesedihan, kecemasan, ketakutan, tekanan psikis yang dialami. Kemampuan ini juga tergantung pada kesadaran diri emosional dan keterampilan bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Jika kita diberikan kemampuann berempati yang tinggi hal ini akan membentuk minat dan arah pekerjaan yang cocok untuk individu seperti bidang keperawatan, pendidikan, pengajaran, pemasaran dan manajemen.

5) Membina hubungan. Keterampilan membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial dalam mengembangkan pergaulan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi. Berkomunikasi dengan jiwa tidak hanya menyadari pembicara, terkadang kita posisikan diri menjadi pendengar dan penanya yang baik. Banyak mendengar sedikit bicara adalah prinsip emosi yang cerdas, sebab dengan demikian kita mampu memahami apa yang orang lain inginkan, sehingga kita mampu memposisikan diri kita pada situasi dan kendisi yang tepat.

Keterampilan Merespon Emosi

Kita cenderung menyadari emosi bila upaya kita dalam mencapai tujuan dihambat, sehingga kita marah, sedih, kecewa, frustasi dan lain-lain. Emosi menjadi jelas peranannya bila kita dapat mengingat bahwa sangat penting bagi individu utnuk merespon emosi secara tepat. Cara seseorang mengatasi masalah secara emosional akan dapat memperkaya wawasan kehidupannya namun dapat juga menyusahkan hidupnya.  Sering kali kita dihadapkan dengan dua pilihan bila kita berada dalam situasi yang emosional. Pilihan pertama adalah secara sehat (cerdas): Sadarilah emosi, akuilah emosi, selidikilah emosi, ungkapkan emosi, integrasikan emosi. Pilihan kedua secara tidak sehat (bodoh): jangan pedulikan reaksi emosional, ingkari keberadaan emosional, cari terus bahan-bahan penangkis, menyalahkan orang lain dan tidak mengakui emosinya.

Dari kedua respon tersebut dapat terlihat akibat-akibat yang akan timbul dalam kehidupan individu. Sebagai orang yang dituntut untuk bersikap dewasa dan sehat, tentu seorang pendidik tahu respon yang dipilih. Seorang pendidik diharapakan untuk hidup lebih sehat dan bahagia dalam merespon emosi, terampil memilah-milah emosi khususnya ketika berhadapan dengan siswa-siswi sehingga tidak terjadi hal-hal yang fatal. Semoga.


Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd, Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar