BERITAMAGELANG.ID - Komunitas Lima Gunung yang merupakan seniman petani gunung, saat ini sedang disibukkan dengan pembuatan instalasi untuk gelaran Festival Lima Gunung (FLG) XXIV. Pesta para seniman petani ini dihelat pada 9-13 Juli 2025 di lereng gunung Merapi, tepatnya di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
FLG digelar bersamaan dengan tradisi Suran di Dusun Tutup Ngisor. Tradisi Suran akan dilaksanakan tanggal 9-10 Juli, kemudian diteruskan 11-13 Juli untuk kegiatan Festival Lima Gunung.
Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono mengatakan, saat ini pembuatan instalasi sudah selesai. Instalasi terbuat dari anyaman bambu berbentuk ganesha. Untuk membuatnya, dibutuhkan 50 batang bambu jenis apus dan 15 batang bambu petung untuk panggung utama kesenian.
Instalasi patung Ganesha ini dipasang di atas panggung utama. Ukuran patung cukup besar yakni 7 meter x 4 meter x 2 meter. Dikerjakan selama 30 hari oleh 15 orang seniman.
Untuk membuatnya, kata Jono, tentu menemui beberapa kesulitan. Karena patung terbuat dari bambu, maka pembuat harus memahami kualitas bambu.
"Karena untuk bikin patung dari bambu, kalau terlalu muda tidak bagus, demikian juga kalau terlalu tua juga tidak bagus," katanya.
Ukuran dalam membelah bambu juga harus mengikuti ukuran patung yang akan dibuat. Dalam hal ini dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
Menurut Jono, bambu apus digunakan untuk tulang-tulangnya. Sedangkan finishing menggunakan brongsong klengkeng. Dibutuhkan sebanyak 600 biji brongsong klengkeng.
Jono mengatakan, untuk desain patung dan panggung dibuat olehnya dibantu seniman topeng Irul Mutakim.
"Kita juga dibantu warga Tutup Ngisor, Gejiwan, Mantran dan Gejayan," ungkapnya.
Menurutnya, ikon ganesha dipilih sebagai simbol ilmu pengetahuan. Selain itu, juga menyesuaikan dengan tema besar festival tahun ini, yakni Dhudhah Kawruh Sinengker (menggali ilmu yang terpendam).
Ia menambahkan, seperti tahun-tahun sebelumnya, pesta kesenian tidak melibatkan sponsor, baik dari swasta maupun pemerintah. Semuanya berasal dari swadaya para seniman di lima gunung.
Pimpinan Padepokan Seni Tjipta Boedaja, Dusun Tutup Ngisor, Sitras Anjilin menjelaskan, tema Dhudhah Kawruh Sinengker bertujuan untuk mengenalkan budaya ke generasi muda.
"Tema itu bermakna untuk mengenalkan kembali ke anak-anak tentang unggah-ungguh, sopan santun dan budaya, khususnya budaya Jawa," ujar Sitras.
Ia menambahkan, Festival Lima Gunung ini bertepatan dengan ulang tahun Padepokan Tjipta Boedaja yang berdiri sejak 1937 dan ritual Suran. Dalam ritual ini, akan ada pementasan wayang yang menceritakan Dewi Sri sebagai simbol kesuburan lahan pertanian.
0 Komentar