Pelajaran Bahasa Jerman Berbasis Projek

Dilihat 1281 kali
Foto: freepik.com

Ekowati Septi Rahayu, S.Pd., M.Pd.

SMA Negeri 1 Magelang Jawa Tengah


Di tengah tengah maraknya pelajaran berbasis Kurikulum Merdeka yang baru diterapkan sekitar 2 tahun, pembelajaran Bahasa Jerman memiliki potensi besar dan peranan yang sama dengan kegiatan P-5. Hal ini, karena pelajaran berbasis Projek sebenarnya dapat dilakukan di setiap mata pelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan bakatnya, selain berbahasa, siswa dapat belajar sambil berkreasi dan berkarya. Harapannya siswa sebagai sumber daya manusia akan mampu bersaing, bahkan berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisas di era digitalisasi.


Harapan ini terasa tinggi, namun akan dapat terwujud jika guru semangat untuk melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir serta mampu memecahkan masalahnya, dengan berpikir kritis dan mau ambil peran dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.


Guru bahasa Jerman merasakan setelah merebaknya Covid-19, banyak kendala yang dirasakan siswa yaitu kurangnya percaya diri ketika berbicara. Permasalahan berbicara bahasa Jerman yang lainnya yaitu siswa malu berujar dengan temannya sendiri atau bahkan malu bercakap-cakap atau berdiskusi. Untuk itu guru meyakinkan bahwa siswa harus mulai beradaptasi dengan teman dan mulai belajar kembali untuk berbicara bahasa Jerman.


Untuk itu sebaiknya siswa berlatihlah keterampilan berbicara dengan ucapan (Sprichwort), lafal (Aussprache) juga dilatih dengan cara di drill terus menerus. Kemudian perbanyak menghafal kosakata (Wortschatz) dan dibuat dalam kalimat. Siswa yang tidak percaya diri (nicht selbbewusst, nicht sicher) dan takut (besorgt / Angst) mulai belajar mempresentasikan ide ceritanya/ pengalamannya di depan temannya agar menjadi lancar (flassige), tidak hanya ketika dalam penilaian.


Hal ini disebabkan di saat berbicara tidak menggunakan rumus-rumus atau kaidah/ gramatik/susunan bahasa. Sehingga bagaimana solusinya? Banyak yang berpikir karena tidak tersedianya media yang ada di dalam kelas sehingga tidak ada rasa keberanian diri, karena merasa malu, karena tidak percaya diri. Juga tidak adanya kesesuaian dengan petunjuk dari buku-buku pegangan guru.


Sebagai guru bahasa asing yaitu bahasa Jerman, perlu memberikan kepercayaan kepada siswa, serta memotivasi serta memberikan cara menggunakan media/ alat peraga/bantuan yang dapat berupa poster, gambar, kaset dan CD untuk mendengarkan ucapan-ucapan yang bermakna. Guru juga dapat memberikan pelayanan/peminjaman buku-buku beserta kasetnya. Dengan arahan guru siswa dapat membuka internet tentang pelajaran bahasa Jerman melalui google baik berupa video maupun konten-konten youtuber dari Jerman-Indonesia atau dari Indonesia sendiri (made in Indonesia).


Untuk mempermudah berbicara atau bercakap-cakap, seyogyanya perlu dibuat suatu media pembelajaran yang tidak membosankan disertai permainan, hal ini untuk memotivasi siswa. Inovasi yang ditawarkan dapat berbasis projek yaitu siswa berbicara dan bertanya jawab dengan mudah dipahami dan dilakukan oleh siswa melalui karya seni (Kunst). Adapun macam-macam kegiatan seni dapat dibicarakan di kelas dengan siswa.


Siswa diharapkan pula dapat menuangkan ide dalam ucapan dengan memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitar kita. Barang-barang tersebut dapat dibuat media cerita sesuai yang dikehendaki. Tentunya akan merangsang siswa atau memotivasi siswa berbicara dengan mudah, melatih kejujuran (Ehrlich) untuk mengikuti zaman.


Banyak nilai moral yang dapat dipetik dari kegiatan tersebut. Misalnya siswa aktif untuk bertanya dengan temannya, berani bertanya dengan gurunya dan dengan siapapun untuk tetap semangat, sehingga jiwanya akan muncul keberanian mengemukakan yang ada di hati, di tatanan agama, di tatanan negara atau masyarakat. Siswa juga mempunyai tanggung jawab menyelesaikan setiap masalah baik dirinya maupun di keluarga dan masyarakat. Dengan demikian siswa semakin dewasa karena kepribadiannya yang terbentuk dari berani mengemukakan isi hati sesuai pelajarannya.


Ketika siswa latihan menghafal kosakata (wortshatz) dari tema baru, media yang dibuat siswa mewakili isi hati siswa untuk berkarya dan memberikan fakta siswa mempunyai daya kreasi yang sangat tinggi atau berkhayal sesuai imajinasinya. Ketika seorang guru banyak memberikan aktivitas yang bersifat keterampilan drama dan prakarya, maka peserta didik akan memahaminya secara lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan kurikulum.


Guru tidak hanya menginginkan siswanya mendapat nilai bagus, akan tetapi bagus karena hasil kerja siswa yang mulai mandiri Ketika bekerja, dan bergotong royong, maka membutuhkan projek yang harus dikerjakan bersama teman-temannya untuk bersosialisasi. Siswa diharapkan aktif dengan berfikir hal positif. Materi pelajaran dapat dari berbagai sumber jangan hanya dari guru saja.


Dengan demikian dalam pembelajaran dapat ditumbuhkembangkan sumber belajar berbasis lingkungan. Ini sangat penting untuk siswa mengenal orang lain, mengenal instansi lain, membutuhkan kerja sama, membutuhkan pengorbanan dan waktu. Guru dapat memanfaatkan situasi tersebut. Guru dapat membuat siswa terhibur yaitu dengan drama, menyanyi dan cerita-cerita dari siswa. Permainan, kemudian dikembangkan dalam karya sastra berupa puisi (Gedicht), dongeng (Machen) dan lagu (Lied).


Keunggulan inovasi ini adalah bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan secara lisan dan tertulis di sekolah dan dapat dilatihkan di rumah; dalam pembelajaran dapat menggunakan bermacam-macam metode yang membuat siswa belajar untuk mencapai tujuan, yang kemudian belajar mandiri atau bersama-sama temannya serta siswa Mengalami belajar tidak hanya diajari guru terus menerus; siswa mengetahui bahwa pengetahuan bukan seperangkat konsep-konsep teori yang siap diterima atau dihafalkan saja, tetapi sesuatu yang harus dikontruksi sendiri oleh siswa termasuk daya pikir dan daya juang untuk berkarya; dan menghadirkan ide yang seakan akan hal itu nyata dan konkret yang dapat memotivasi siswa dalam membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


Akhirnya, hasil pembelajaran diharapkan dapat membentuk karakter siswa untuk berkarya dan berkreasi sesuai bakat dan keinginannya. Mereka yang nantinya mempunyai kemandirian dalam hidup di zaman milenial, gen Z atau zaman yang lainnya.


Penggunaan media karya contohnya siswa bermain drama, dan menyanyi dengan media-media yang memberi gambaran cerita tersebut. Pelajaran berbasis projek sangat menggugah siswa berkreasi dan beraksi untuk mmengerjakannya seperti berbicara, bernyanyi, bercakap-cakap atau untuk saling mendongeng.


Adapun manfaatnya siswa tidak malu untuk berbicara dan berkreasi, siswa merasa menjadi aktif dan lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai imajinatif seperti memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan dengan memanfaatkan materi/ bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar, merasa tertantang melibatkan diri agar berhasil dan berani mempertahankan gagasan walaupun mendapat tantangan/ kritik dari teman dan berani melakukan tugas yang sulit walaupun ada kemungkinan mendapat sanggahan bahkan kritikan teman.


Hal ini ditekankan guru bahwa hal itu bukanlah siswa gagal. Tujuannya adalah keberanian, keterbukaan, dan mempunyai landasan pengetahuan dari materi yang sudah diajarkan. Teman-temannya tidak boleh saling membully, saling menyalahkan atau mengatakan buruk/ jelek hasil karyanya, akan tetapi melihatlah dari sisi lainnya. Semua butuh waktu dan butuh kerja sama antar temannya.


Dukunglah atau beri aprisiasi ke temannya agar semua semangat dan mempunyai daya ingat memperbaiki yang kurang bagus ketika projeknya tidak sesukses temannya. Karena itu butuh keterbukaan, butuh kerja sama dan koreksi setiap saat. Tujuannya adalah demi kebaikan dan mendewasakan siswa dalam menghadapi masalah pelajaran maupun masalah hidupnya.


Hal ini akan menjadi penting pula, ketika siswa-siswi ada kemauan yang tinggi dan motivasi yang kuat, sehingga kegiatan ini akan membawa anak-anak mempunyai petualangannya yang melekat di ingatan sang anak untuk sepanjang hayat.


Dengan demikian, siswa membangun interaksi lingkungan sosial yang memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap keterampilan berbicara dan keberanian untuk berkarya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar