Penelitian Sederhana Sebagai Sarana Membangun Budaya Demokratis

Dilihat 1142 kali

APA yang terjadi jika suatu Negara tanpa demokrasi, dan demokrasi tanpa Negara? Inilah pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh siswa ketika mengawali pembelajaran tentang  demokrasi. Tentu banyak sekali jawaban yang muncul dari pertanyaan tersebut, esensinya adalah jika Negara tanpa demokrasi, Negara akan menjadi otoriter dan tidak memperhatikan aspirasi rakyat dalam setiap kebijakannya. Di sisi lain, jika demokrasi tanpa Negara maka yang tercipta adalah aspirasi tanpa wadah yang menampung sehingga tidak ada kebijakan yang dihasilkan, atau bisa jadi Negara menjadi kacau karena kebebasan yang melampaui batas, dan yang tercipta justru hukum rimba yaitu yang kuat bisa saja menindas yang lemah.

Inilah salah satu contoh yang bisa dilakukan dalam diskusi mengupas pengertian dan esensi demokrasi, tetapi ini tidaklah cukup untuk memperdalam demokrasi. Peserta didik harus selalu dihadapkan pada pengolahan pengalaman hidup agar mampu memahami dan menyadari pentingnya nilai demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pembelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah-sekolah, misalnya,  hendaknya peserta didik diajak untuk melakukan penelitian sederhana tentang pamakaian listrik di sekolah. Mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok dan diminta menghitung jumlah lampu yang masih menyala pada siang hari di setiap sudut sekolah dan di kelas-kelas atau di ruang-ruang yang lain seperti ruang laboratorium, perpustakaan, toilet,  ruang tata usaha, dan sebagainya. Setiap kelompok harus mencatat dan menghitung jumlah lampu yang menyala sebagai indikasi pemborosan energi dan bahkan mencoba menghitung berapa total pemborosan energi maupun finansialnya. Dan di akhir penelitian itu, satu persatu kelompok mempresentasikan hasil temuannya. Dalam presentasi itu juga mereka memberi kesimpulan dan merefleksikan apa yang telah terjadi dalam pemanfaatan energi.

Lalu, apa kaitannya pemborosan energy  dengan demokrasi? Ini pertanyaan kecil yang mungkin akan ditanyakan oleh peserta didik. Untuk menjawab pertanyaan siswa tersebut, kita harus masuk dalam esensi demokrasi yang sesungguhnya, yaitu demokrasi berasal dari kata demos dan kratos yang artinya kekuasaan rakyat. Jika kita menelaah lebih dalam lagi, esensi demokrasi adalah kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat. Kekuasaan untuk mengelola pemerintahan, kekuasaan untuk mengelola dan mengolah sumber-sumber dan potensi dalam suatu Negara yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat.

Melihat esensi demokrasi, maka bisa dikatakan, kita tidak menjunjung tinggi demokrasi kalau dalam kehidupan, kita masih egois melalukan pemborosan listrik tanpa peduli pada orang lain di sekitar kita yang membutuhkan. Mereka yang masih belum mendapatkan listrik juga berhak atas sumber energi yang bangsa ini miliki, mereka juga membayar pajak bagi pembangunan  negara ini. Esensi dari dan oleh dalam demokrasi memang berjalan tetapi esensi untuk mendapatkan sumber energi listrik masih belum mereka nikmati.

Di sinilah korelasi antara demokrasi dan pemborosan listrik, menjunjung tinggi nilai untuk orang lain, menjunjung tinggi nilai kepedulianbagi orang lain menjadi poin penting demokrasi. Selama kita masih melakukan pemborosan energi listrik, maka selama itu pula demokrasi belum terwujud nyata di dalam masyarakat kita.

Di sisi lain, pendidikan di sekolah-sekolah juga seharusnya berupaya untuk membangun karakter yang demokratis melalui forum diskusi di kelas-kelas. Forum diskusi di kelas-kelas merupakan sarana bagi peserta didik maupun guru untuk memberikan input, menyampaikan aspirasi dan kritik yang konstruktif bagi pembelajaran dan pembangunan pendidikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Pengalaman demokrasi inilah yang harus ditumbuhkembangkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan, agar semengat mendengarkan, menghargai orang lain dan kepedulian berkembang dalam diri peserta didik.

Pembelajaran tentang demokrasi, tidak cukup dalam tataran teori atau konsep semata, tetapi siswa juga harus dihadapkan pada pengalaman hidup akan makna penting demokrasi sebagai suatu proses pendidikan politik anak bangsa. Pendidikan politik tidak harus belajar hal-hal yang besar walaupun itu juga penting, tetapi bisa kita mulai dari hal-hal yang sederhana dan mendalam dalam kehidupan sehari-hari peserta didik kita sehingga mereka sadar dan mengerti arti penting demokrasi bagi kehidupannya serta mampu menemukan nilai keutamaan hidup bagi upaya membangun bangsa dan Negara. Semoga.

 

*)Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar