BERITAMAGELANG.ID - Awan putih menutup langit Dusun Ngadiwongso, Desa Ngadirojo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Kamis (27/2/2025). Seolah-olah memayungi makam Kyai Nur Mahammad di desa itu. Para peziarah yang terlihat memadati makam tersebut dapat menikmati suasana dengan melantunkan doa-doa dengan penuh khusyuk.
"Kalau bapak berniat ziarah langsung masuk saja. Kalau nunggu sepi tidak bisa apalagi di akhir bulan ruwah. Hari ini hari tutupan untuk ziarah. Begitu masuk bulan puasa, orang tidak lagi berziarah tetapi beribadah puasa," ungkap Madyadi, seorang penjual dawet sambil memandangi rombongan pengunjung yang memadati pintu pagar untuk memasuki atau meninggalkan makam.
Situasi padat peziarah itu, katanya, terjadi setiap bulan ruwah atau sya'ban tiba. Siang malam para peziarah berdatangan. Kendaraan mereka berjajar ke arah utara sampai ke Jalan Magelang-Salaman, yang ke selatan sampai jalan Borobudur-Salaman.
"Di luar bulan ruwah, peziarah juga banyak tetapi tidak sebanyak ini. Kalau ditilik dari plat nomor kendaraan yang digunakan, peziarah datang dari berbagai tempat. Yang lokalan Magelang banyak. Dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa, Jawa Barat, Jakarta dan Banten juga ada," jelasnya.
Tujuan Utama
Penjelasan itu dibenarkan oleh beberapa pengunjung yang sempat ditemui kontributor Berita Magelang. Yanto dari Kabupaten Gunungkidul, misalnya mengatakan kerap datang ke tempat itu.
"Setahun entah berapa kali. Bulan ruwah ini saja dua kali. Seneng rasanya ziarah ke makam waliullah," tuturnya.
Tak beda dengan Yanto, Mustofa dari Banjarnegara, yang mengatakan bahwa pada akhir bulan ruwah ini melakukan ziarah ke Salaman sebagai tujuan utama.
Ribuan Pengunjung
Kyai Nur Muhammad adalah tokoh masa lalu penyebar Islam di Salaman. Ia adalah teman Mbah Dalhar dari Watu Congol. Dua tokoh yang pernah saling bertemu saat berhaji di Mekah.
Kisah beliau banyak diceritakan orang. Jika di-googling pasti ketemu
Kyai Nur Muhammad memang cukup populer tetapi tak ada yang bisa memastikan berapa banyak jumlah pengunjung makam.
"Yang datang ke makam simbah kan tidak dikenai tiket masuk. Gratis. Tidak ada yang menghitung," jelas Madyadi.
"Peziarah yang datang tiap hari cukup banyak datang dan pergi tanpa henti," kata tukang parkir setempat, Pardi .
Ia hanya bisa menggambarkan, kendaraan yang parkir tiap hari berkisar antara 250 sampai 300 kendaraan roda empat. Jumlah itu termasuk bus dan minubus.
Barokah
Popularitas makam Kyai Nur Muhammad diakui oleh seorang pengemudi dari Mertoyudan bernama Arno. Popularitas itupun diakui telah membawa berkah bagi diri dan banyak orang.
"Di bulan ini saya kerap sekali mendapat order dari jamaah ziarah ke sini. Mobil angkot penuh. Biaya parkir juga tidak mahal antara Rp5.000 sampai Rp10.000 saja," ungkapnya.
"Setidaknya, dawet saya laku tiap hari kerap habis meskipun sekarang musim hujan," sahut Madyadi.
Lantas ia pun menunjuk para penjual makanan yang menjajakan dagangan di sana. Para pedagang kecil seperti penjual bakso, mie ayam, cilok, cireng dan sebagainya.
"Belum lagi warung makanan, toko oleh-oleh dan jasa toilet yang mulai tumbuh dan berkembang di seputar makam," kata dia.
0 Komentar