Bahaya Junk Food Bagi Generasi Micin

Dilihat 461 kali
Jajan di luar rumah.

Pernah dengar tentang Generasi Micin? Eits, tunggu dulu, ini bukan Film Komedi Garapan sutradara Fajar Nugros tahun 2018, tetapi ini merujuk pada istilah generasi atau remaja yang doyan sekali jajan makanan sembarangan tanpa memperhatikan nilai gizi makanan tersebut.


Junk food adalah salah satu contoh jajanan yang digemari oleh generasi micin. Biasanya, junk food merupakan makanan yang banyak mengandung penyedap (micin), tinggi natrium, tinggi kalori dan gula.


Mengapa junk food disukai generasi micin?

Di tengah aktivitas yang padat, menyiapkan makanan sehat membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang mahal, untuk itu junk food dianggap praktis oleh beberapa orang untuk menjadi sebuah solusi mengisi perut yang kosong. Selain itu, di era digitalisasi seperti saat ini, promosi makanan cepat saji sangat mudah ditemui di media sosial dan mudah diakses, sehingga orang tak perlu repot, makanan sudah datang. Beberapa stasiun televisi hampir setiap hari menayangkan program jajan, begitupun food vlogger.


Terkadang, makan junk food memiliki nilai gengsi tersendiri di kalangan tertentu tanpa mempedulikan nilai gizinya. Misalnya acara ulang tahun lebih memilih makan pizza daripada nasi sayur dan lauk atau jajan untuk makan siang akan lebih bergengsi ketika makan ayam tepung terkenal. Junk food juga memiliki rasa candu karena kandungan penyedap, natrium, gula, karbohidrat yang tinggi menghasilkan rasa gurih manis memanjakan lidah.


Ancaman kesehatan fisik dan mental

Bagi generasi micin, ancaman kesehatan menanti di balik lezatnya aneka makanan junk food. Indonesia menduduki ranking ke 90 obesitas dengan prevalensi 10,78 persen pada kategori anak-anak dan rangking ke 163 dengan prevalensi 11,62 persen pada kategori dewasa menurut World Obesity Federation tahun 2022. Obesitas dapat disebabkan oleh makanan yang tinggi lemak dan itu juga biasanya tersaji dalam junk food.


Singhs,et al pada penelitiannya tahun 2021 menyimpulkan obesitas tidak hanya menyebabkan depresi fisiologis, tetapi juga memiliki manifestasi psikologis yang signifikan yang dapat merusak kecerdasan dan kepribadian. Secara mental, generasi micin pecinta junk food juga dapat terganggu seperti susah untuk konsentrasi, terganggunya fungsi otak, penurunan daya ingat serta menurunnya kepercayaan terhadap diri sendiri. Fakta lain menyebutkan makanan tinggi gula dan lemak justru bisa membuat mood mudah turun, tubuh terasa berat bahkan membuat pikiran jadi lebih mudah stress.


Pada kasus stunting, umumnya terjadi pada balita dimana mereka gagal tumbuh dan mengalami malnutrisi, namun perlu diketahui salah satu peyebabnya adalah "dapur gizi Ibu". Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa sebanyak 32 persen remaja usia 15-24 tahun di Indonesia mengalami anemia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dalam tubuh. Calon Ibu atau remaja putri dengan status gizi buruk dan kelak hamil maka janin yang dikandungnya akan berisiko tinggi mengalami stunting.


Tujuh jenis penyakit yang mengakibatkan kematian tertinggi di Indonesia juga mengancam para pecinta junk food. Diantaranya adalah jantung, stroke, kanker, diabetes melitus serta gagal ginjal. Penyakit-penyakit tersebut penyebabnya adalah kombinasi gaya hidup yang tidak sehat termasuk konsumsi junk food.


Tanggung jawab bersama menyelamatkan generasi muda

Kesehatan sejatinya berawal dari apa yang kita makan dan minum setiap hari. Makanan yang baik tidak hanya memberi energi, namun juga bisa menjaga tubuh dari berbagai penyakit yang datang kapan saja. Dengan memilih makanan berbahan alami dan penuh manfaat, sebenarnya kita sedang berinvestasi pada diri sendiri sebelum sakit itu datang.


Pada akhirnya, menyelamatkan generasi muda dari gempuran junk food merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan juga Masyarakat mulai dari keluarga dan sekolah yang menanamkan pola hidup sehat serta makan dengan gizi yang seimbang. Dengan Langkah-langkah pencegahan dan edukasi yang tepat, maka generasi muda akan tumbuh menjadi generasi yang sehat, kuat menuju Indonesia Emas 2045.


Fajar Nur Farida, S.E, MPH., Administrator Kesehatan Muda pada Pemkot Semarang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar