BERITAMAGELANG.ID - Petani kopi arabika di lereng Gunung Merbabu dan Merapi tepatnya di Desa Wonolelo Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang memasuki masa panen raya. Tidak saja harga jual menguntungkan, tanaman kopi ini juga mendukung pariwisata Negeri Kahyangan.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekarsari Desa Wonolelo Sukimin mengatakan, masa panen raya kopi terjadi di waktu yang sama, yakni sejak Mei dan diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir Juli-Agustus mendatang.
"Sejak bulan Mei atau setiap 10 hari melakukan panen hingga saat sekitar sudah sembilan kali," kata Sukimin di ladangnya, Selasa (22/7).
Menurut Sukimin, dibanding tahun lalu, volume panenan biji kopi saat ini meningkat 30 lebih persen termasuk harga jualnya juga naik menguntungkan.
Saat ini, tambahnya, harga cherry (biji kopi basah) di tingkat petani di kisaran Rp14.000/kg dan kopi kering (green bean) lebih tinggi mencapai Rp150.000/kg. Tahun lalu kopi kering arabika hanya di kisaran Rp120.000 per kilogramnya.
Ada sekitar 130 petani kopi tergabung dalam Gapoktan Mekarsari Desa Wonolelo. Hamparan tanaman kopi di desa berhawa sejuk ini tersebar di empat dusun dengan luas mencapai 450 hektar lebih.
"Sekali panen petani bisa mendapat 5-8 kuintal cherry,misal kita petik bersamaan," jelas Sukimin.
Pertanian kopi di Gapoktan Mekarsari Desa Wonolelo dikembangkan secara maksimal sejak 2019 termasuk proses pengolahan biji kopi luwak liar menjadi produk siap jual.
Menurut Sukimin khusus biji kopi luwak Wonolelo sangat spesial karena diperoleh dari luwak liar bukan budidaya. Para petani biasa mendapatkan biji kopi tersebut dari ladang saat melakukan panen.
"Harga kopi luwak berbeda dari kopi arabika biasa yakni Rp500 ribu per kilogramnya," tuturnya.
Tanaman kopi arabika di Desa Wonolelo tumbuh subur di antara wisata Negeri Kahyangan. Lokasinya yang berada di lereng Gunung Merbabu dan Merapi dengan ketinggian lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadikan kopi Wonolelo terkenal dengan aroma dan rasa buah yang khas.
Selama ini kopi arabika Desa Wonolelo dijual secara kemasan ke wisatawan Negeri Kahyangan maupun destinasi wisata lain termasuk konsumen luar daerah di nusantara.
"Kopi Wonolelo wisatawan banyak yang suka. Biasanya mereka pesan mencicipi minum atau kemasan untuk oleh-oleh dibawa pulang," kata pengelola wisata Negeri Kahyangan, Supri.
0 Komentar