Ribuan Umat Buddha Ikuti Prosesi Kirab Pujayatra

Dilihat 54 kali
Ribuan Umat Buddha mengikuti prosesi Pujayatra kirab dari Candi Mendut ke Candi Borobudur dalam rangkaian perringatan Hari Ashada 2025

BERITAMAGELANG.ID - Tak kurang dari 11.000 umat Buddha mengikuti prosesi Pujayatra atau kirab dari Candi Mendut ke Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Minggu (6/7/2025). 


Perjalanan spiritual itu dalam rangkaian perayaan Hari Ashada dengan empat kereta kencana yang melambangkan ajaran kebajikan Sidharta. 


Gerimis yang turun selama prosesi tak menyurutkan antusiasme umat yang datang dari berbagai wilayah di indonesia dan sebagian dari luar negeri ini. Dengan membawa bunga sedap malam, mereka tumpah ruah memadati jalan sepanjang sekitar 3 kilometer Candi Mendut ke Candi Borobudur. 


Kirab dimulai pukul 13.00 WIB dengan empat kereta kencana simbol kebajikan Sangha Theravada, yakni Stambha Vijaya berada di urutan terdepan, disusul kereta kencana Dhammacakka, Tipitaka dan Mahadhatu. Urutan selanjutnya dua gunungan hasil bumi, rangkaian bendera dan simbol keagamaan Buddha. 

Dua gunungan hasil bumi itu kemudian diperebutkan oleh umat yang tengah menunggu prosesi peringatan Ashada di Taman Lumbini Komplek Candi Borobudur Minggu petang itu. 


Prosesi Pujayatra juga diikuti 2.000 peserta Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) 2025, kelompok kesenian tradisional dan belasan ribu umat buddha dari berbagai daerah yang mayoritas mengenakan pakaian putih. 


"Kirab pujayatra ini memiliki makna perenungan ajaran Sang Buddha Gautama, Dhamma dan Sangha untuk mencapai ketenteraman batin setiap umat," kata Ketua TIC 2025, Tonny Coasan, Minggu (6/7/2025). 


Hadirnya empat kereta kencana maupun benda lain dalam kirab bermakna simbolik, salah satunya kereta kencana Mahadhatu yang merupakan relik, namun sejatinya menggambarkan sisa-sisa jasa guru agung buddha dalam setiap ajarannya.


Sepanjang jalan yang dilewati terlihat antusiasme masyakarakat dan wisatawan menyaksikan prosesi ini. 


Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama Supriyadi menilai, pujayatra adalah perjalanan menuju tempat pemujaan dalam rangka Ashada yakni mengenang khotbah pertama Buddha kepada lima muridnya. Maka dengan dasar itu, prosesi Pujayatra sebisa mungkin dilakukan dengan penuh keyakinan.


"Bahwa berjalan tidak mengenakan penutup kepala, juga tidak banyak bicara. Tapi kita berjalan merenungkan akan keagungan Buddha, dhamma dan sangha," ujar Supriyadi seperti dilansir Kemenag.go.id.


Supriyadi juga mengajak umat Buddha untuk memahami secara mendalam makna dari pujayatra tersebut. Dengan demikian, prosesi ini tak sekadar ritual biasa, namun nilai-nilai keluhuran dari ajaran Buddha bisa diimplementasikan secara tepat dalam kehidupan nyata.


"Semoga sampai di Borobudur, akan semakin menguat keyakinan itu dan pada saat melakukan puja Asadha kita bisa mengingat kembali akan ajaran Buddha yang pertama kali dikabarkan kepada para siswanya. Semoga kita semua siap melaksanakan dengan sebaik-baiknya," harapnya.



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar