BERITAMAGELANG.ID - Sejumlah pakar dari lintas ilmu dari berbagai negara mengikuti forum '8th International Experts Meetings on Borobudur'. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari 23-27 Oktober 2023 di Magelang.
Subkoordinator Warisan Dunia Borobudur dan Cagar Budaya (MCB) Unit Borobudur, Wiwit Kasiyati mengatakan terdapat empat negara yang mengikuti acara tersebut yakni Prancis, Italia, Jepang dan Thailand serta Indonesia sebagai tuan rumah.
"Para pakar dari lintas ilmu, seperti ahli konservasi, ahli batu candi, dan Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs (ICOMOS) untuk membahas kelestarian Candi Borobudur di Kabupaten Magelang," kata Wiwit Selasa (24/10).
Lebih jauh Wiwit mengatakan, pada ajang forum lima tahunan tersebut, para ahli lintas ilmu tersebut membahas tidak hanya masalah fisik Candi Borobudur saja, melainkan juga pemberdayaan masyarakat. Yakni, keterlibatan masyarakat sekitarnya juga harus ikut dalam pelestarian.
Wiwit mencobtohkan saat ini keterlibatan masyarakat ibaratnya nomor satu, kita tidak bisa lagi hanya berpikir fisik candi saja, tetapi kita juga harus berpikir masyarakat. Keberadaan relief Candi Borobudur bisa diangkat dalam seni dan budaya masyarakat.
Ia menambahkan, expert meeting tersebut dilaksanakan setiap lima tahun sekali, sejak purna pugar tahap kedua Candi Borobudur selesai pada tahun 1983 silam. Para ahli sebenarnya hanya menargetkan hanya 20 tahun setelah pemugaran candi tahap kedua dilakukan, yakni untuk mengukur candi ada kerusakan atau tidak.
"Setelah 20 tahun selesai, kita tidak bisa lepas. Mulai dari itu, masyarakat sudah diajak untuk melestarikannya," ungkanya.
Sementara itu Direktur Perlindungan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Judi Wahjudin mengatakan pelestarian Candi Borobudur membutuhkan pendekatan multidimensi. Yakni, penelitian lintas disiplin ilmu bukan hanya arkeolog. Tetapi ahli lingkungan, insinyur struktural, pakar konservasi, sosial budaya.
"Sinergi antardisiplin ilmu bisa mewujudkan strategi konservasi yang lebih holistik, mencakup aspek fisik, bangunan, dampak lingkungan, dinamika sosial dan faktor lainnya," kata Judi.
Ia menambahkan, selain harus melibatkan masyarakat dalam pelestarian, masyarakat juga harus mendapatkan edukasi yang berkelanjutan. Dan, edukasi tidak harus dilakukan oleh Museum Cagar Budaya saja, melainkan juga harus melibatkan pemangku kepentingan lainnya, seperti pemda,komunitas dan lainnya.
Menurutnya,dalam konsep kemajuan kebudayaan, kebudayaan tidak hanya terkait dengan ketahanan budaya. Melainkan, kontribusi kebudayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, juga dilaksanakan peken citra wilapa ( bazaar), vijnana ( pameran; ada dan tiad) dan paripurna rasa wangsa ( gala dinner) di Taman aksobya, Zona II Taman Wisata Candi Borobudur.
0 Komentar