Kremasi Murdaya Poo di Bukit Dagi Borobudur Berlangsung Khidmat

Dilihat 501 kali
Bupati Magelang Grengseng Pamuji menyampaikan pidato bela sungkawa sebelum proses kremasi Murdaya Poo di Bukit Dagi Borobudur Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Proses kremasi jenazah Murdaya Widyawimarta Poo, atau lebih dikenal Murdaya Poo digelar Rabu (7/5/2025) di Bukit Dagi, kompleks Candi Borobudur Kabupaten Magelang.


Sejumlah tokoh nasional turut hadir dalam prosesi yang dipimpin Bikhu asal Tibet tersebut.


Sebelumnya, sejak 14 April 2025 politikus dan pengusaha itu disemayamkan di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara (GVA) Mendut, Kabupaten Magelang kemudian dibawa ke Bukit Dagi Komplek Candi Borobudur pada Selasa (6/5/2025).


Sebelum kremasi, digelar upacara penghormatan melalui pembacaan doa dan ritual oleh umat Buddha pada Rabu (7/5/2025). Hadir dalam kesempatan itu Ketua DPP PDIP Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan eks Kepala Staf TNI Angkatan Darat Moeldoko, Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama Supriyadi, dan Jajaran Forkopimda Kabupaten Magelang.


Secara khusus Bupati Magelang menyampaikan ucapan duka mendalam atas meninggalnya Murdaya Poo, terutama untuk keluarga yang ditinggalkan. Dalam kesempatan itu Bupati Magelang juga meminta maaf jika dalam menyambut para tamu kurang berkenan karena keterbatasan fasilitas yang ada.


"Semoga upacara kremasi berjalan lancar sesuai harapan kita semua," kata Bupati Magelang Grengseng Pamuji dalam upacara penghormatan terakhir di kaki Bukit Dagi Borobudur.


Pada pukul 11.00 WIB, Siti Hartati Tjakra Murdaya, istri mendiang berikut ketiga anaknya menyulut api menggunakan obor yang perlahan-lahan membakar tumpukan kayu yang menutupi peti jenazah Murdaya Poo. 


Selama kremasi berlangsung, awak media berikut tamu undangan lain, hanya bisa menonton siaran langsungnya di sebuah tenda di kaki Bukit Dagi. 


Menurut anak Murdaya Poo, Prajna Murdaya, prosesi kremasi di Bukit Dagi dipimpin Lama, atau Biksu asal Tibet Chungpo Gyalton Rinpoche. Sedangkan bahan bakar kremasi menggunakan sebanyak 1,5 ton kayu cendana dan gaharu. 


"Kremasi dengan api besar mungkin 2-3 jam. Dengan api kecil 5-8 jam," ungkapnya.


Prajna menyampaikan, alasan pemilihan pelaksanaan kremasi pada 7 Mei tersebut karena bertepatan dengan hari ulang tahun ke-54 pernikahan Murdaya Poo dengan Hartati Murdaya. 

Nantinya, abu jenazah akan dimasukan ke dalam guci setelah api padam sampai 9 Mei. Kemudian, pada 12 Mei 2025, abu jenazah Ketua Dewan Pengawas DPP Perwakilan Umat Buddha Indonesia Murdaya Poo dibawa ke altar untuk turut didoakan dalam peringatan Tri Suci Waisak 2569 BE di Candi Borobudur. 


Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Supriyadi menyampaikan umat Buddha merasa kehilangan tokoh yang senantiasa memberi tauladan empati bagi semua umat dan bangsa Indonesia.


"Kita sebagai umat Buddha merasa terharu dan kehilangan atas ketokohan beliau yang memang betul-betul mempunyai perhatian tidak hanya kepada umat Buddha semata, tetapi juga untuk Indonesia," jelas Supriyadi.


Menurutnya, dalam hidup umat manusia terjadi dua hal, yaitu jiwa atau rohani dan fisik. Semua tentu akan menyalurkan jasa, kebajikan, semoga kembali terlahir ke alam berbahagia. 


Sesungguhnya kremasi ini hanya sebuah proses yang memang dipilih untuk membantu penyempurnaan fisik beliau.


"Secara rohani semoga perjalanannya mencapai bahagia," katanya.


Ia juga menjelaskan tentang pengertian kebajikan dalam kaitan dengan pencerahan kehidupan. Sebagai tradisi umat Buddha jika kebajikan itu ditanamkan terus-menerus harapannya akan meraih pencerahan dalam kehidupannya. Sehingga perjalanan kremasi adalah suatu proses untuk penyempurnaan fisik sehingga terbebas dari fisik.


"Bagaimana meyakini pada segala sesuatu yang tercipta itu tidak kekal adanya. Kita pun nanti juga akan meninggal dan jasad kita pun kembali ke tanah ke tanah atau air," jelasnya.



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar