400 Budaya Spiritual Teridentifikasi di Kawasan Borobudur

Dilihat 1511 kali
Saresehan Budaya Spiritual Kawasan Candi Borobudur oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi di Balkondes Ngargogondo, Senin (8/11).
BERITAMAGELANG.ID - Terdapat 400 budaya spiritual yang berhasil diidentifikasi di 20 desa yang terdapat di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Hasil identifikasi budaya spiritual tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan bagi upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di kawasan Candi Borobudur.

Demikian disampaikan Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jendral Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi, Syamsul Hadi, dalam Sarasehan Budaya Spiritual Kawasan Candi Borobudur di Balkondes Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Senin (8/11).

Menurutnya, identifikasi budaya spiritual merupakan ruang bagi masyarakat untuk menemukan, menggali, dan mengenali kembali warisan maupun potensi budaya spiritual yang ada di wilayahnya, seperti halnya di Borobudur.

Budaya spiritual yang hidup di masyarakat kawasan Borobudur merupakan wujud dari pandangan hidup tentang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

"Dalam melakukan identifikasi tersebut tanpa meninggalkan identitas (nilai) ataupun mengurangi keluhuran (makna) dari obyek kemajuan kebudayaan yang dimiliki masyarakat," katanya. 

Sementara itu, Pendiri Eksotika Desa, Panji Kusumah menambahkan, ke 400  ragam budaya spiritual budaya yang tersebar di 20 desa sekitar Candi Borobudur, ditemukan dalam kurun waktu dua bulan terakhir, yakni di bulan Sura dan Sapar (penanggalan Jawa).

Ia meyakini, jumlah itu akan semakin bertambah karena ini baru permulaan dalam  menggali ragam budaya spiritual yang ada.

Panji mengemukakan, identifikasi budaya spiritual itu dilakukan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat bekerja sama dengan Eksotika Desa, dan juga melibatkan partisipasi aktif dari warga setempat.

Generasi muda sengaja digandeng sebagai pemilik dan pewaris kebudayaan. Adapun pendekatan yang dilakukan  melalui pendekatan njajah desa milangkori dengan proses sowan, srawung, dan dolan yang dilakukan berulang-ulang untuk menumbuhkan rasa percaya. 

"Karena ternyata tidak mudah bagi para sesepuh desa untuk menceritakan hal-hal terkait spiritualitas," katanya.

Menurutnya, budaya spiritual yang hidup di masyarakat kawasan Borobudur merupakan wujud dari pandangan hidup tentang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. 

Diharapkan dengan adanya penggalian budaya spiritual ini, maka semua anak di Indonesia sejak usia muda mengenal lingkungan alam, hubungan dengan manusia, dan nilai-nilai hidup dalam masyarakat secara utuh.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar