Deswita Dewi Suba, Embung Eksotik di Tanah Bencana Merapi

Dilihat 3265 kali
Panorama indah embung Dewi Suba Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Hawa dingin masih menyelimuti Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Namun pagi itu warga mulai bergerak menjalani kehidupan sehari-hari. Suasana tenang di desa yang berada di lereng sebelah barat Gunung Merapi itu lahir dari kesuburan tanah. Berbagai jenis tanaman bisa tumbuh yang pada akhirnya menjamin kelangsungan pakan bagi ternak warga setempat. 


Karunia itu semakin utuh dengan hadirnya embung Dewi Surya Buana atau Dewi Suba di tanah kas desa seluas 2 Ha dengan kedalaman mencapai 4 meter. Kades Mranggen Kazis Fuadi mengatakan debit air embung Dewi Suba tidak berkesudahan, itu menjamin pasokan air ke lahan pertanian warga meski di musim kemarau.


"Kondisi saat ini, berimbas positif pada pola tanam yang semula tadah hujan kini petani bisa panen setiap musim," kata Kasiz yang ditemui pekan ini.


Sumber air embung Dewi Suba, lanjut Kasiz berasal dari Kali Putih yang berhulu di Gunung Merapi. Meski menjadi jalur lahar hujan saat erupsi Gunung Merapi, keberadaan Kali (sungai) Putih tetap bersahabat bagi masyarakat yang berada dibantarannya.Debit air embung Suba mensuplai sekitar 28 ha lahan pertanian di Desa Mranggen khususnya dan sejumlah desa lain di wilayah tersebut. 


"Itu membuktikan keberadaan Gunung Merapi, bukan sebagai ancaman namun sebagai sahabat yang baik bagi semua penduduk," ujarnya.


Dikatakan Kasiz, selain merubah lahan pertanian yang semula tadah hujan menjadi lahan produktif, embung Dewi Suba juga memiliki pemandangan yang indah dan nyaman untuk berwisata. Panorama menawan embung suba pada sore hari menjadi magnet wisata tersendiri yang berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dari kunjungan wisatawan setiap harinya. 


Wilayah Desa Mranggen hanya berjarak satu jam dari Yogyakarta maupun kota/Kabupaten Magelang. Di desa wisata berhawa sejuk ini juga tersedia sejumlah rumah gazebo, pendopo utama limasan Jawa yang lengkap dengan kedai minum makanan yang dijajakan warga setempat. Terdapat tiga gapura etnik berbahan batu bata merah yang mempercantik wisata Embung Dewi Suba. 


Menurut Kasiz, tiga gapura itu berkaitan kosmologi Jawa Bali yang mengandung nilai hungungan harmonis antara makhluk, alam dan Tuhan. Gapura juga bisa diartikan sebagai 'tetenger' atau tanda dari suatu perubahan sosial masyarakat Desa Mranggen. 


Sepasang gapura utama berdiri gagah di pintu masuk wisata Dewi Suba setinggi 7 m. Sedangkan gapura kedua menjadi pintu masuk menuju embung dan gapura ketiga menjadi pintu taman memiliki tinggi 5 m tertera berbagai ornamen ukiran yang dipercaya menjadi titik imajiner lurus menghadap ke Gunung Merapi.


"Ketiga gapura itu juga mencerminkan kemauan keras pemerintah desa dan masyarakat dalam mewujudkan mimpi pembangunan infrastruktur pertanian, wisata, dan kesejahteraan ekonomi," jelas Kasiz.


Selain potensi pertanian desa berhawa sejuk ini juga tengah menambah potensi wisata lain berupa bangunan candi budaya Merteni Merapi. Lokasinya berada di area taman, lurus satu garis dengan gapura ketiga yang terdiri dari satu  bangunan candi utama dan empat candi pendamping kecil (pewara). 


Diungkapkan Kasiz, saat ini Candi Merteni Merapi tengah dalam proses pembangunan. Sesuai namanya, struktur candi tersebut akan menjadi sarana prosesi pelestarian budaya Jawa khususnya dalam menghormati dan menjaga eskosistim Gunung Merapi. 


Diungkapkan Kasiz, selain menambah daya tarik wisata, kelak, banyak kegiatan spiritual budaya akan digelar di Candi Merteni Merapi sehingga ekonomi masyarakat meningkat. Karena berbagai komunitas budaya nusantara akan hadir meramaikannya. Adapun nama Candi Merteni Merapi seperti tradisi Merti Dusun, Merti Desa atau lainnya.


"Titik bangunan candi menghadap ke Gunung Merapi. Itu bukan suatu kebetulan namun sudah melewati kajian mendalam. Nanti untuk pelestarian budaya penghormatan kepada Merapi," harap Kasiz.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar