Dialog Budaya Warga Kenalan Memanen Air Hujan Diantara Candi Borobudur

Dilihat 1249 kali
Dialog Budaya Mengembalikan Marwah Air Bagi kehidupan warga Menoreh Desa Kenalan Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan Menoreh Kabupaten Magelang mulai dikenalkan metode memanfaatkan air hujan sebagai air minum melalui Dialog Budaya dengan topik "Mengembalikan Marwah Air Untuk Ekonomi Budaya Borobudur" di Balkondes Desa Kenalan Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Rabu (13/12/2023).

Panitia Dialog dan Pentas Budaya Eri Kusuma Awardani mengatakan, jika kegiatan ini merupakan rangkaian pra kegiatan 22 tahun Ruwat Rawat Borobudur dan memperingati 32 tahun penetapan Borobudur sebagai warisan dunia yang didukung oleh Museum dan Cagar Budaya (MCB) Unit Warisan Dunia Candi Borobudur Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

Menurut Eri, sejumlah narasumber potensial dihadirkan seperti Prof Muji Susanto, Dr Budiana Setiawan, Dr Wiliem Chan, peneliti Badan Riset Nasional (BRIN) Novita Siswayanti dan Wardi, peracik usaha herbal Jamu Deka Muntilan Dwi Kuntari dan Sri Wahyuningsih dari Sekolah Air Hujan Banyubening, Sleman, Yogyakarta.

"Desa Kenalan ini berada di lokasi tinggi (perbukitan Menoreh) dengan sumber air terbatas. Maka kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana memanfaatkan air hujan yang memang ilmunya belum dimiliki oleh desa Kenalan," kata Eri disela sela kegiatan Rabu (13/12).

Sebagai narasi pembuka budayawan pemrakarsa Ruwat Rawat Borobudur, Sucoro Setrodiharjo atau Mbah Coro menuturkan menurut sejarah, dahulu Candi Borobudur berada di tengah danau purba. Candi Borobudur yang merupakan bagian dari tujuh keajaiban dunia, sehingga dibutuhkan handarbeni (rasa memiliki) masyarakat dalam pelestariannya.

Seperti banyak masyarakat lain di daerah kering, warga Desa Kenalan Kecamatan Borobudur juga terbiasa menanggung beban berat akibat dari bencana alam dan perubahan musim.

Kepala Desa Kenalan Agus Waluyo mengungkapkan Desa Kenalan juga memiliki potensi alam indah yakni wisata puncak Gondopurowangi batas pegunungan Menoreh Provinsi Jateng-DIY. Untuk kebutuhan air sehari-hari warga Desa Kenalan memanfaatkan sumur bor yang dalamnya minimal 120 m.

Kemudian 170 produsen makanan olahan berbahan ketela pohon yang di proses secara manual. Batik, dan kerajinan tikar anyaman pandan yang dijual di pasar Jagalan Kulonprogo dengan harga jual murah 75 ribu per 5m.

Saat musim kemarau warga Desa Kenalan dan lainnya di Kawasan Perbukitan Menoreh kesulitan mengolah tanah karena minimnya sumber air. Maka sebagai sumber ekonomi warga terbiasa menanam palawija. rempah rempah jamu (empon-empon) dan tanaman lain yang tahan cuaca.

Hal tersebut juga diperkuat  oleh Peneliti Badan Riset Nasional (BRIN) Novita Siswayanti yang mengungkapkan korelasi kehidupan masyarakat Desa Kenalan dengan monumen Candi Borobudur dimana pada relief yang menggambarkan manusia pohon dan lainnya. Yang mana dimasa Syaelendra itu sudah melestarikan alam.

Sementara itu, Sekolah Air Hujan Banyubening, Sleman, Yogyakarta Sri Wahyuningsih menjelaskan,  air hujan di tempat dia untuk minum seperti wedang rempah dan lainnya. Dia prihatin warga Desa Kenalan tidak bisa ke Candi Borobudur. Menurut dia, bagaimana bisa menciptakan ikon sendiri, buatlah sejarah ter sendiri, dengan memafaatkan air hujan sebagai solusi.

"Kalau mau belajar tentang air hujan datanglah ke tempat kami. Kita memiliki jargon ngumbe banyu udan ben ra edan (minum air hujan agar tidak edan)," katanya.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar