Cara Menangani Sindrom Asperger Pada Anak-Anak

Dilihat 972 kali

BETAPA bahagianya seseorang tatkala memiliki anak, mengalami pertumbuhannya dan membantu dirinya dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Namun kebahagiaan itu mungkin sedikit terusik tatkala kita mendapatkan saat usianya bertambah, anak kita memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan sosial dengan anak-anak lainnya. Tidak hanya itu, selain tidak dapat bersosialisasi, perilakunya pun terlihat agak aneh dengan keterbatasan minat dan perilaku, dan keterbatasan ekspresi emosi, walaupun perkembangan berbicara dan bahasa tidak mengalami keterlambatan secara signifikan.

Mungkin saja anak tersebut mengalami kelainan yang disebut dengan sindrom Asperger. Para ahli menempatkan kelainan ini termasuk dalam gangguan perkembangan dan pertumbuhan. Jadi kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain terganggu. Biasanya anak yang mengalami sindrom asperger ini berperilaku aneh, perhatian/ketertarikannya terfokus pada diri mereka sendiri dan tidak lazim, bukan pada ketertarikan bersama. Hal itulah yang membuat mereka sulit menjalin relasi dengan anak lainnya, misalnya terfokus pada kipas angin yang berputar, atau gerakan-gerakan yang tidak lazim pada usianya seperti berputar-putar dan mengayun-ayun tubuh.

Kelainan ini merupakan kelompok kelainan yang disebut dengan gangguan dalam spectrum autism,atau gangguan perkembangan pervasif. Kelainan yang terjadi termasuk dalam masalah kemampuan sosial, dan masalah berkomunikasi. Sindrom Asperger termasuk dalam kategori kelainan yang masih ringan pada spectrum kelompok kelainan tersebut. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat mengatasi kelainan ini. Peranan orang tua dan dokter adalah membantu penderita agar dapat belajar berinteraksi lebih baik dalam proses sosialisasi dengan orang lain.

Penyebab dan Gejala Sindrom Asperger

Hingga saat ini penyebab sindrom Asperger belum diketahui dengan pasti. Faktor genetik diduga menjadi salah satu faktor penyebab. Dugaan lain, kelainan ini terjadi akibat adanya kelainan struktur pada beberapa area di otak. Seorang anak yang mengalami sindrom Asperger, gejala yang terjadi di antaranya adalah:

  1. Ketidakmampuan menjalin interaksi sosial walaupun dengan bahasa dan perilaku non verbal sekalipun, misalnya kontak mata dengan lawan bicara kurang, ekspresi wajah yang kurang hidup, atau gerakan tubuhnya terlihat aneh dan kurang mendukung terciptanya interaksi sosial yang optimal.
  2. Ketidakmampuan untuk mengembangkan suatu pola relasi yang baik dengan teman sebaya.
  3. Kurang mampu menikmati kesenangan dan ketertarikan bersama dengan kelompoknya atau orang lain.
  4. Sulit merasakan apa yang dirasakan orang lain, seperti terlihat tidak mengerti pembicaraan orang lain, kurang empati atau sesnsitif terhadap perasaan orang lain.
  5. Ketidakmampuan untuk mengembangkan hubungan sosial dan emosional  yang bersifat timbal balik.
  6. Terpusat pada satu atau atau beberapa minat secara terbatas, khas, dan berlebihan.
  7. Terpaku pada kegiatan yang bersifat ritual atau rutinitas, tidak fleksibel.
  8. Gerakan-gerakan khas dan tidak lazim pada anak seusianya dan berulang-ulang seperti berputar-putar, berayun-ayun.
  9. Terfokus pada bagian-bagian tertentu dari objek/benda (kipas angun, roda mobil-mobilan.

Peranan Keluarga dan Orang tua  

Sindrom Asperger merupakan kelainan yang perlu penanganan dalam waktu yang tidak singkat. Peranan keluarga, terutama orang tua sangat penting. Secara alamiah, anak dengan sindrom Asperger membuatnya sulit bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu anak tampaknya menjadi lebih agresif dan mengganggu orang lain.

Hal ini yang salah ditafsirkan sebagai perilaku buruk. Padahal hal tersebut keliru, karena berbagai aktivitas negative yang dilakukan anak merupakan manifestasi dari kelainan yang dialaminya. Hal yang dapat dilakukan orang tua adalah:

  1. Carilah informasi yang memadai tentang kelainan ini. Saat ini berbagai sumber sudah tersedia baik melalui internet, media cetak, atau sumber lainnya.
  2. Pelajari perilaku anak. Kenali gejala dan tanda yang dilakukan oleh anak, cobalah bersabar dan makin mendekat dengan anak. Seiring perjalanan waktu, gejala tersebut akan berkurang dan anak dapat berkembang lebih baik jika mendapatkan penanganan yang tepat.
  3. Secara berkala, lakukan komunikasi dan konsultasi dengan ahlinya. Dengan demikian kita dapat melakukan evaluasi pengobatan yang telah dilakukan.
  4. Cobalah untuk mengubah perilaku obsesif, menjadi perilaku passion. Kecenderungan untuk terpaku pada topic khusus saja merupakan gejala sindrom Asperger. Misalnya, saat anak berulang kali mencoret-coret kertas tanpa tujuan, diarahkan agar dia belajar menggambar. Saat anak memutar-mutar roda mobil-mobilan, arahkan untuk mengendarai permainan tersebut.

Jika anak dengan sindrom Asperger ditangani dengan baik, maka dia mampu mandiri, berprestasi dengan baik karena anak-anak dengan gangguan Asperger lebih sering menunjukkan kemempuan intelektual (IQ) verbal dan non verbal yang sebanding dan lebih baik dari anak autism, dan tidak memiliki gangguan kemampuan berpikir (kognitif)

Mereka tidak perlu dimasukkan ke dalam sekolah khusus, asalkan diberikan latihan yang cukup untuk komunikasi verbal dan non verbal, latihan bersosialisasi, dan adanya dukungan keluarga yang memadai. Prestasi di sekolah biasa dapat juga diraih. Semoga.


*)Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar