Perubahan zaman adalah suatu keniscasyaan yang harus dihadapi. Siapapun tidak dapat mencegah. Dunia makin hari makin berkembang dengan pesat. Perubahan dapat terjadi di setiap waktu. Kondisi seperti ini sering disebut era disrupsi. Era dimana perubahan itu berlangsung secara cepat dan tidak terduga. Bahkan perubahan tersebut terjadi hampir dalam semua kehidupan manusia.
Di era disrupsi ini begitu banyak lahir tatanan baru dalam kehidupan di mana berbagai fenomena-fenomena tersebut tidak lagi berjalan linear dengan segala aspek kehidupan manusia. Konsep-konsep dan tatanan baru muncul dan dengan sendirinya menggantikan konsep-konsep dan tatanan lama dengan berbagai interaksi-interaksi baru yang kadang-kadang mengejutkan. Apaladi dengan sistem digitalisasi yang sekarang sudah merebak hampir di semua bidang.
Menyikap hal tersebut, komunikasi dalam keluarga perlu lebih dioptimalkan, agar anak-anak tetap masih kokoh dan konsisten memerhatikan budaya di lingkungnya. Mereka juga perlu tidak gagap teknologi, namun perhatian pada budaya yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia tidak diabaikan.Untuk itu orang tua perlu lebih jeli dalam mendampingi anak-anak dengan merajut komunikasi efektif dalam pendidikan di lingkup keluarga. Salah satu media yang bisa diterapkan adalah membiasakan mendongeng kepada anak-anak.
Manfaat Mendongeng
Apabila ditelisik lebih mendalam, pada dasarnya dongeng merupakan cerita pendek tentang petualangan khayal dengan situasi dan tokoh-tokoh yang luar biasa dan sangat imajinatif. Perlu juga disadari melalui dongeng, anak-anak akan mendapatkan banyak hal dan sangat bermanfaat untuk merangsang elaborasi otak dan kepribadiannya. Tidak bisa dipungkiri, semua anak menyukai dongeng atau mendengarkan cerita. Bahkan orang dewasa pun juga suka mendengarkan cerita, baik itu fiksi maupun non fiksi (Aulia Fadhli, 2019).
Dahulu para orang tua mendongeng saat anak-anak akan berangkat tidur. Dongeng yang dibawakannya pun sangat variatif, bisa lucu, sedih, gembira, mendebarkan, penuh kejutan, dan sebagainya. Bentuknya bisa bermacam-macam, ada cerita rakyat, legenda, cerita dunia biantang, hingga kehidupan sehari-hari, seperti cerita kancil dengan buaya, Rawa Pening, Malin Kundang, dan sebagainya.
Adapun manfaat yang bisa tumbuh ketika dongeng sering menjadi konsumsi anak-anak di antaranya adalah, pertama mengajarkan budi pekerti. Semua isi cerita dalam dongeng adalah cerita yang mengajarakan tentang keteladanan yang mengandung budi pekerti. Apabila hal ini selalu dibisasakan, naluri anak akan terbangun dan dalan tahapan proses dapat membentuk jati dirinya.
Kedua, menumbuhkan literasi. Kecenderungan anak-anak terhadap membaca tidak bisa terlepas dari kebiasaan yang diperkenalkan oleh orang tua mereka di rumah. Salah satu cara memperkenalkan budaya membaca pada anak sejak usia dini tak lain dengan cara membacakan dongeng. Ketika orang tua biasa membacakan anak banyak buku cerita, dalam elaborasinya anak akan tertarik untuk belajar membaca sejak kecil.
Ketiga, mengembangkan imajinasi. Setiap cerita dalam bentuk apa saja, selalu dibangun dengan imajinasi-imajinasi dari penulis agar cerita yang disampaikan menarik dan enak untuk dibaca. Visualisasi karakter akan terbnetuk dengan sendirinya dari cerita yang sudah didengakan berulangkali. Ia dapat berfanstasi dan mempiktoralkan tokoh-tokoh dalam dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak akan terlatih kreativitasnya. Hal ini sebagai penanda, bahwa anak-anak yang imajinasinya terstimulasi dengan baik akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang kreatif.
Keempat, melatih rasa ingin tahu. Intaksi yang baik antara pendongeng dengan anak akan mamancing anak untuk bertanya, berkomentar, menjawab pertanyaan, bahkan menirukan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Rasa ingin tahu tersebut apabila dibiasakan dan diasah terus menerus dapat menjadi pintu masuk ilmu pengetahuan dan awal dari daya analisis anak.
Pembiasaan Rutin
Melihat begitu besarnya manfaat dongeng bagi anak-anak, kiranya perlu dilakukan tindakan praksis orang tua untuk melakukan pembiasaan rutin mendongeng. Hal itu juga sebagai kiat, agar anak-anak tidak suntuk dengan gawainya, yang kadang-kadang pemanfaat gawai tersebut tidak profesional sebagaimana tujuan awal.
Dengan demikain, komitmen semua pihak sangat dibutuhkan agar budaya dongeng tidak tergerus zaman di era disrupsi ini. Langkah praksisnya, setiap tahun perlu diadakan lomba dongeng di jenjang desa mula dari RT sampai RW. Peserta bisa dari anak-anak sekolah atau umum. Ekspetasinya agar revitalisasi dongeng dapat terus hidup di tengah-tengah komunis.
Semua pihak, baik pemeritah, swata, komunitas sastra sangat dibutuhkan kontribusinya agar dongeng sebagai tradisi tutur ini bisa eksis dan berkenjutan. Dengan komitmen atau kepedulian praksis untuk menghidupkan dongeng, sudah merupakan kontribusi besar dalam menstimulasi budaya Nusantara.
Kembali ditegaskan, walau dunia mengalami disrupsi, namun kearifan lokal, seperti dongeng perlu dihidupkan, guna membentuk jati diri bangs ini, sesuai dengan nilai-nilai kultural yang sudah tutun-temurun. Untuk langkah praksi perlu dilakukan. Kalau tidak mulai dari sekarang kapan lagi? Langkah pertama perlu diayun. Kita tidak sampai ke tujuan yang diharapkan, tanpa ayunan langkah pertama.
(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)
0 Komentar