Guru Sebagai Model Keteladanan di Sekolah

Dilihat 9720 kali
Kedekatan personal guru dan peserta didiknya merupakan model keteladanan yang tidak terbantahkan dan senantiasa akan abadi sepanjang waktu

Sebagamana diketahui, dalam adagium Jawa yang selalu kita dengar tentang guru yaitu guru itu ibaratnya "digugu lan ditiru". Kata-kata itu selalu disandang oleh seorang guru. Dimanapun keberadaan seorang guru selalu menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya. Guru-guru di pendidikan dasar sejak dulu selalu diingat mantan peserta didiknya. Mereka selalu menegur, memberi wejangan, dan memberi contoh yang baik masih kita ingat sampai sekarang. Sungguh besar pesona dan figur seorang guru di mata peserta didiknya.


Tidak bisa dipungkiri guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan yang merupakan dasar kemajuan sebuah negara agar bisa bersaing dengan negara-negara lain yang ada di seluruh dunia. Dalam catatan sejarah, ketika negara Jepang dikalahkan oleh sekutu melalui bom atom yang dijatuhkan di kota Nagasaki dan Hiroshima, saat itu Jepang luluh lantak dan mengalami kehancuran yang maha dahsyat.


Setelah kejadian itu kaisar Jepang sangat sadar bahwa negaranya harus bangkit kembali untuk bisa sejajar dengan negara-negara lain, dan waktu itu pekerjaan pertama yang dilakukan oleh kaisar Jepang adalah bertanya berapa banyak guru yang tersisa. Kaisar Jepang sangat menyadari bahwa untuk membangkitkan kembali kejayaan negaranya adalah melalui pendidikan, karena pendidikan tidak akan berhasil tanpa adanya guru. Dalam waktu yang tidak begitu lama Jepang sudah bisa bangkit dari keterpurukan dan bisa mensejajarkan diri dengan negara lain, bahkan bisa melampauinya. Inilah bukti bahwa pendidikan yang diciptakan oleh guru sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan suatu bangsa.


Kesungguhan guru dalam menjalankan tugasnya merupakan modal utama dalam memajukan pendidikan, sebab peran guru di sekolah selama ini belum bisa tergantikan oleh yang lain bahkan oleh peralatan canggih sekalipun. Terutama peran guru dalam menanamkan nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik untuk menjadikan pribadi utuh.


Pendidik Profesional


Pada dasarnya merujuk dari berbagai sumber, pengertian guru adalah sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik.Ia juga seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan dan melatih muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan tersebut.


Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal tapi juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh peserta didiknya. Di samping itu, guru bisa dikatakakan sosok panutan yang memfasilitasi proses ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik (Husnul Chotimah, 2008).


Lebih jauh lagi, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu peserta didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan serta menjadi manusia yang mandiri. Menurut Ki Hajar Dewantara, guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari peserta didik di dalam mewujudkan perilaku berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa.


Konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara menerapkan "Sistem Among". Inilah suatu sikap yang utama yang mesti dimiliki oleh seorang guru, yaitu "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Suatu semboyan yang sangat melegenda sampai saat ini.


Arti dari "Ing Ngarsa Sung Tuladha" yaitu ketika di depan memberikan tauladan. Makna dari semboyan yang pertama ini memberikan sebuah arah pemikiran pada seorang guru bahwa guru harus mampu membimbing serta memberikan contoh pada peserta didiknya, baik itu meliputi sikap, perbuatan, dan pola pikirnya. Keteladanan yang baik dari seorang guru diyakini mampu mendorong peserta didik mempunyai karakter baik yang harmoni dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.


Arti dari "Ing Madya Mangun Karsa" yaitu ketika berada di tengah memberikan semangat atau ide-ide yang mencerahkan. Seorang guru memiliki hak dan peran penting dalam pendidikan yaitu memberikan petikan semangat serta stimulus agar tercipta prakarsa dan ide dalam diri setiap peserta didik dalam proses pembelajaran. Ketika peserta didik mungkin saja mengalami kebingungan dalam proses belajar, guru dapat memotivasi dan mengarahkan peserta didik tersebut agar tetap berada pada jalur yang tepat dan benar.


Arti dari "Tut Wuri Handayani" yaitu ketika di belakang memberikan rasa semangat, dorongan, agar berusaha keras untuk maju. Di sini, guru juga melakukan sistem ngemong terhadap peserta didik. Bisa berlaku sebagai orang tua yang mengetahui situasi baik buruk peserta didik. Bisa menjadi teman bicara dari hati ke hati dan menjadi sahabat bagi peserta didik. Sehingga rasa nyaman hadir di hati peserta didik yang dilayani.


Keteladanan guru di sekolah


Sebagai sosok yang digugu lan ditiru, guru merupakan ujung tombak di kelas. Guru merupakan model bagi peserta didik. Harapan lebih jauh, setiap peserta didik, mengharapkan guru mereka menjadi teladan bagi mereka. Seorang guru sebaiknya selalu berpikir tentang perilakunya, karena segala hal yang dilakukannya menjadi sorotan bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya.


Setiap tutur kata serta tindakan haruslah mencerminkan hal yang baik, enak dipandang dan sedap didengar. Untuk membentuk karakter peserta didik yang baik, sopan dan berkarakter diperlukan sebuah teladan yang terus menerus dari seorang guru. Baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebai contoh, di dalam kelas guru dapat memberi teladan dalam hal berpakaian. Tentu berpakaian dengan stadar yang rapi dan sopan.


Dalam berelasi dengan peserta didik, guru diharapkan memperlakukan peserta didik tanpa pilih kasih, berbahasa yang halus, mengasihi semua peserta didik dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Pada prinsipnya, seorang guru tidak hanya mengajar sebuah ilmu pengetahuan, tetapi juga memberi teladan demi berkembangnya karakter peserta didik yang berakhlak mulia.


Seperti dalam uraian di atas, belajar dari ungkapan "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani", sebenarnya tidak hanya sekadar semboyan verbalisme belaka. Ketiganya menjadi satu kesatuan yang berkelindan sebagai cara berpikir dan bertindak seorang pendidik yang terus-menerus dihidupi. Pola pikir dan pola tindakannya senantiasa akan dijadikan model keteladanan di satuan pendidikan yang senantiasa abadi dan tak akan lekang oleh pusaran waktu.


Selamat Hari Guru Sedunia tahun 2022.


(Oleh: Ekaningsih, S.Pd., Guru SMKN 1 Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar