Ketergantungan Pelajar dan Mahasiswa pada ChatGPT: Manfaat, Kekurangan, dan Dampaknya

Dilihat 2029 kali

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof Stella mengatakan Al seperti ChatGPT merangkum data-data yang sering kali tidak selalu tepat. Penggunaannya pun harus bijak dan memperhatikan etika. Inilah yang harus diperhatikan di pendidikan vokasi maupun pendidikan tinggi.


Pernyataan ini jelas mengingatkan kita tentang fenomena di kalangan pelajar maupun mahasiswa yang kerap menggunakan ChatGPT untuk mengerjakan tugas bahkan sampai karya ilmiah maupun skripsi. Mereka hanya menuliskan pertanyaan-pertanyaan sederhana ke ChatGPT lalu menganggap semuanya benar tanpa melakukan penelusuran lebih lanjut dan mengcopy-paste jawaban tersebut.


Dalam era digital yang semakin maju, teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. ChatGPT menawarkan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, hingga membantu memahami materi pembelajaran. Namun, di balik manfaatnya, terdapat kekurangan dan dampak negatif yang perlu diperhatikan, terutama terkait ketergantungan siswa dan mahasiswa terhadap teknologi ini.


ChatGPT sendiri memang diciptakan untuk memberikan manfaat untuk penggunanya, seperti memberikan akses informasi yang luas, menyediakan jawaban atas berbagai pertanyaan dengan cepat, membantu dalam pembuatan sebuah karya tulis sehingga dapat mempercepat proses belajar dan menyelesaikan tugas. Fitur ini juga dapat membantu belajar mandiri. Dengan fitur interaktifnya, siswa dapat belajar secara mandiri tanpa harus bergantung pada guru atau dosen untuk menjawab pertanyaan mereka. Serta memberikan efisiensi waktu, karena dalam dunia pendidikan yang serba cepat, ChatGPT membantu siswa memprioritaskan waktu untuk tugas-tugas lain yang membutuhkan lebih banyak perhatian.


Namun sekarang ChatGPT tidak lagi difungsikan sebagai "teman belajar" tapi sudah menjadi sumber informasi satu-satunya yang digunakan pelajar maupun mahasiswa untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban mereka. Tentunya ini dapat memberikan dampak yang negatif pada proses belajar dan berkembang tersebut. 


Kebiasaan mengandalkan jawaban dari ChatGPT tanpa melakukan penelusuran materi lanjutan dapat menciptakan ketergantungan berlebihan sehingga mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas pelajar. Apalagi terkadang jawaban yang diberikan ChatGPT tidak selalu relevan dengan konteksnya, sehingga jika hanya cenderung menyalin jawaban proses memahami konsep akan terlewat bahkan hilang. Dan ini akan mengakibatkan banyak siswa hanya tahu jawabannya saja tanpa tahu asalnya. Jika terus berlanjut di masa depan, risiko plagiarisme akan meningkat karena rendahnya tingkat literasi, pemahaman, dan kemampuan pengolahan data.


Fenomena saat ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap ChatGPT dapat membawa konsekuensi negatif bagi pelajar dan mahasiswa, antara lain:

  1. Menurunkan kemampuan berpikir kritis, dengan jawaban yang mudah diperoleh, siswa kurang terdorong untuk mencari solusi kreatif atau memecahkan masalah secara mandiri.
  2. Kurangnya etika akademik, beberapa mahasiswa menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas tanpa mempelajari atau memahami materinya terlebih dahulu, yang dapat merusak nilai integritas akademik.
  3. Penurunan keterampilan menulis, karena banyak yang hanya mengandalkan hasil teks dari ChatGPT, kemampuan menulis dan merangkai gagasan menjadi berkurang.
  4. Kesenjangan pemahaman, ketergantungan pada teknologi ini menciptakan jurang antara siswa yang memahami konsep dengan mereka yang hanya menyalin jawaban.


Lalu bagaimana cara kita mengurangi dampak negatif dan ketergantungan mesin AI ini ?

  1. Peningkatan Literasi Digital, siswa perlu diajarkan cara menggunakan teknologi secara bijak, termasuk memverifikasi informasi yang diperoleh dari ChatGPT.
  2. Pengawasan Guru dan Dosen, pengajar perlu lebih aktif memantau penggunaan teknologi oleh siswa dan memberikan tugas yang mendorong berpikir kritis.
  3. Pendidikan Etika Teknologi, pendidikan tinggi harus menanamkan nilai-nilai etika dalam penggunaan teknologi, termasuk kesadaran tentang plagiarisme.
  4. Pengembangan Keterampilan Dasar, sekolah dan universitas harus fokus pada pengembangan keterampilan inti seperti berpikir analitis, menulis, dan memecahkan masalah.


Apakah penggunaan ChatGPT di bidang pendidikan adalah hal yang buruk? Tentu tidak, teknologi memang awalnya selalu diciptakan untuk membantu dan mempermudah manusia. ChatGPT adalah alat yang bermanfaat jika digunakan secara bijak dan bertanggung jawab. Namun, ketergantungan yang berlebihan dapat mengakibatkan dampak negatif, terutama pada sisi pembelajaran pelajar dan mahasiswa. 


Dengan pendekatan yang tepat, teknologi ini dapat menjadi pendukung dalam pendidikan tanpa mengorbankan kemampuan dasar yang penting untuk masa depan generasi muda.


Penulis: Nida Muna Fadhila, Programmer pada Dinas Kominfo Kabupaten Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar