Kolaborasi Radio Dengan Teater Sekolah

Dilihat 12081 kali
Teater Tari Bhumi Sambhara Budhara

Sudah bukan rahasia umum, bahwa optimalisasi keterlibatan potensi lokal dalam program siaran drama atau teater di radio persentasenya masih dapat dihitung dengan jari. Rasa-rasanya masyarakat juga masih ingat ketika sedang jaya-jayanya drama radio sekitar tahun 1980. Hampir dominasi program yang seolah sudah menjadi siaran wajib bagi radio siaran diproduksi oleh Jakarta. Sebut  saja Sanggar Cerita, Sanggar Prativi, dan Teater Angkasa yang membawakan cerita Saur Sepuh, Misteri Gunung Merapi, Butir-Butir Pasir di Laut, dan sebagainya.

 

Pada saat itu, para pendengar selalu menunggu-nunggu diputarnya cerita-cerita kesayangannya  dengan tidak sabar. Seperti dilanda euforia. Rasanya masih hambar dan belum lengkap aktivitas yang dijalankan sehari-hari, sebelum mendengarkan sandiwara radio tersebut.


Komitmen tinggi


Sebenarnya jika dari pihak radio sendiri jeli dan punya komitmen tinggi untuk menggali potensi lokal, dengan segala cara tentunya akan diupayakan. Hal itu sangat bermanfaat, karena keterlibatan sumber daya lokal di dalam siaran-siarannya dapat memperkaya silang program dan selebihnya akan dapat memberi stimulasi semangat atmosfir penampilan para pengisi acara lainnya.Tak bisa dinafikan, bahwa potensi-potensi lokal tersebut tumbuh subur di banyak sekolah. Tentunya alangkah sayang, bila tunas-tunas muda yang sedang berkembang itu tidak dapat kesempatan menyalurkan ekspresi seninya.


Di samping itu, penggalian potensi lokal yang dilakukan oleh pihak radio dapat menumbukan kesadaran apresiasi bagi semua pihak. Apresiasi merupakan suatu penilaian terhadap suatu karya seni mulai dari mengenali, menilai, dan menghargai makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam karya seni tersebut. Untuk mewujudkan agar apresiasi seni di sekolah bisa berkembang tentunya membutuhkan parner untuk mewadahi apresiasi mereka. Salah satu partner tersebut diantaranya radio, yang tiap harinya mengudara dan mudah dikonsumsi publik (FX.Widaryanto, 2007).


Kerjasama paralel


Pada umumnya di setiap wilayah kabupaten atau kota bahkan dimana stasiun radio itu mengudara, tentu terdapat sekolah baik itu, SD, SMP, SMA, atau SMK. Dilihat dari grafik persentasenya, baik yang swasta ataupun negeri jumlahnya mesti lebih dari satu. Dari sekolah-sekolah tersebut tentunya ada yang menyelenggarakan pelajaran ekstrakurikuler seni, baik itu seni teater, musik, atau tari. 


Dengan demikian radio, bisa menjalin kerjasama paralel dengan pihak sekolah untuk memproduksi sajian program sandiwara atau drama radio. Ekspektasi nantinya bisa muncul simbiosis mutualisme antara kedua pihak. Di salah satu sisi, pihak radio dapat menemukan potensi lokal yang bisa mendukung program siarannya. Sedangkan di sisi lain, sekolah dapat media untuk peserta didiknya memperoleh kesempatan menyalurkan ekspresi sekaligus meningkatkan apresiasi seni yang dimiliki.


Jika komitmen radio dalam menggandeng grup-grup teater sekolah sudah bulat, kiranya perlu dilakukan beberapa langkah yang perlu ditempuh. Pertama, menyusun daftar sekolah beserta alamatnya. Kedua, mengklasifikasi sekolah kejuruan kesenian (seperti SMKI, SMSR, SMM) untuk prioritas yang bisa  mengisi program-program definitif. Itupun kalau ada di masing-masing kabupaten atau kota.


Ketiga, memetakan sekolah-sekolah yang memiliki popularitas dengan aktivitas seni yang sudah dilakukan. Biasanya sekolah umum mempunyai minat tertentu dalam salah satu cabang seni. Dan itu bisa dilihat dari kompetisi-kompetisi yang ada di daerah. Misalnya Pekan Olahraga dan Seni (Porseni), Pekan Seni Pelajar (Kanijar) atau FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) dan beberapa jenis lomba lainnya. 


Sekolah-sekolah yang langganan masuk dalam nominasi kejuaraan dalam kompetisi tersebut dapat didaftar pada urutan prioritas. Keempat, menyusun proposal dan menawarkan kerjasama pada sekolah-sekolah untuk mengisi acara siaran radio yang telah dirancang.


Sedangkan tahapan berikutnya adalah menyesuaikan program tersebut dengan menu siaran. Setiap stasiun radio tentu telah menempatkan acara-acara yang diproyeksikan untuk acara harian, mingguan, bulanan, dalam kurun waktu tertentu. Pada umumnya, program siaran  tersebut disusun dalam kurun waktu  setahun ke depan.

 

Dari situlah, pihak radio bisa menyampaikan programnya pada pihak sekolah di mana sumber daya berbakat lokal itu tumbuh. Kemudian menyusun planning jadwal baik produksi maupun pengudaraannya.

 

Kiranya kolaborasi antara radio dengan sekolah perlu dicoba. Karena di samping bisa menjalin simbiosis mutualisme, juga untuk merevitalisasikan jiwa kesenian. Revitalisasi dapat dimaknai sebagai kiat untuk membangkitkan nafas kesenian di sekolah. Tentunya kita harus optimis, program tersebut dapat terealisir. Sebagaimana telah diukir dalam perjalanan historis, radio telah dapat mengorbitkan para seniman besar yang diperhitungkan di ranah publik. 


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni  Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar