Memanfaatkan Barang Bekas sebagai Media Pembelajaran

Dilihat 107 kali
Barang-barang bekas yang tidak dipakai dapat diolah kembali sehingga menjadi media pembelajaran yang menarik.

BERITAMAGELANG.ID - Pada dasarnya strategi dan metode pembelajaran hanya dapat diimplementasikan dengan baik jika ditunjang dengan media pembelajaran yang variatif. Dalam perkembangan teknologi pendidikan dewasa ini kita memahami bahwa proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Sedangkan media merupakan salah satu aspek pembelajaran yang menentukan berhasilnya proses pembelajaran.


Jenis Media


Adapun jenis media media pembelajaran yang dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik di satuan pendidikan pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Pertama, media visual. Media ini bisa dilihat dengan mata, seperti papan tulis beserta kelengkapannya, buku pelajaran, media grafis, dan lain-lain.


Kedua, media audio yang berkaitan dengan media pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Misalnya radio, tape recorder, piringan hitam, dan laboratorium.


Ketiga, media proyeksi yang dapat menyampaikan pesan dengan cara memproyeksikan  dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Yang termasuk media proyeksi antara lain film bingkai (slide), OHP, mikro fim, komputer, televisi, dan VCD.


Dari berbagai media tersebut, guru bersama peserta didik  dapat memanfaatkan barang-barang bekas sebagai media pembelajaran. Sebagai misal, dalam proses kreatif berkarya musik dapat dilakukan beberapa langkah berikut.


Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mencari bahan-bahan musikal yang dapat dibuat menjadi barang karya musik kreatif. Bahan-bahan itu bisa seperti kayu, potongan besi, peralatan dapaur, kaleng bekas, botol, seng, gelas, dan kertas kardus. Setelah bahan-bahan yang akan dijadikan sumber bunyi ditentukan, kemudian dibuat daftar bunyi untuk bahan-bahan  tersebut.


Bahan dari kayu tentunya tidak sama dengan bahan seng. Dan bahan gelas juga tidak sama bunyinya dengan botol. Setelah bahan-bahan sumber bunyi itu dikelompokkan, selanjutnya dilakukan eksperimen lebih mendalam tentang berbaagi alternatif untuk membunyikan bahan-bahan bunyi tersebut, misalnya dengn cara ditiup, dipukul, digesek atau dipetik.


Latihan berikutnya, yaitu menghubungkan bunyi-bunyi yang telah diperoleh itu menjdi satu kesatuan karya musik. Berbagai alternatif untuk menghubungkan bunyi dapat dilakukan sesuai ide kreatif kelompok. Langkah terakhir adalah setiap kelompok dapat manampilkan hasil karyanya di depan kelas.


Bukan tidak mungkin peserta didik mampu menciptakan karya musik dari barang-barang bekas tersebut. Karya musik dengan mengoptimalkan barang-barang bekas bila dipadukan dengan kreativitas komposisi yang terpadu dan rampak akan menghasilkan karya inovatif. Dengan demikian ungkapan anak bukanlah kertas kosong yang siap  untuk ditulisi adalah benar.


Banyak Potensi


Dalam diri peserta didik sebenarnya sudah tersimpan banyak potensi. Guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam masing-masing peserta didik, sehingga potensi tersebut dapat tergali dan diekspresikan secara kontekstual.


Di samping itu, dengan mengoptimalisasikan media pembelajaran akan dapat mendorong guru dalam menyusun modul ajar yang efektif dan efisien. Agar modul ajar tidak berhenti pada bentuk arsip sekolah, diperlukan strategi agar media tersebut, dapat menjadi dokumen dinamis, sampai pada bagaimana merancang dengan cerdas, teliti, mencari, menemukan, menghadirkan, menyeleksi, menentukan, dan memikirkan cara dan langkah paling tepat dalam suatu rangkaian media belajar.


Manfaat lain dari media pembelajaran yang diambil dari barang-barang bekas ini, peserta didik dapat menghargai barang-barang yang tidak terpakai yang pada gilirannya dapat diolah secara kreatif untuk media pembelajaran. Mereka dapat menghargai proses dari barang tidak terpakai hingga dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat. Proses tersebut akan dapat memantik pola pikir peserta didik untuk melakukan proses kreatif dalam memanfaatkan barang-barang bekas di sekitarnya.

 

Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar