Pendidikan Karakter Melibatkan Publik

Dilihat 1898 kali
Guru perlu memberikan diseminasi pentingnya pelibatan publik dalam memperkuat pendidikan karakter kepada peserta didik

Bila ditelisik lebih jauh, pada dasarnya Penguatan Pendidikan Karakter yang tertuang dalam Perpres No. 87 tahun 2017 pada tataran praksisnya mengarah pada tiga pendekatan yaitu, pendidikan karakter berbasis kelas, kultur sekolah, dan komunitas. Ketiga pendekatan tersebut sebenarnya ingin mengembalikan jiwa dan roh pendidikan Ki Hadjar  Dewantara dengan menggemakan kembali pentingnya kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.


Untuk pendidikan karakter berbasis komunitas memberikan ruang partisipasi lebih luas pada konsep pelibatan publik dalam pendidikan. Publik di sini yang dimaksud adalah komunitas, organisasi, masyarakat luas, lembaga pemerintahan, dan non pemerintahan. Pelibatan publik  dalam pendidikan merupakan sinergi dari tri pusat pendidikan.


Adanya proses dialog yang aktif dan partisipatif akan menjadi sarana transformasi pendidikan di seluruh tingkat, mulai dari praksis pendidikan di unit sekolah hingga kebijakan pendidikan di tingkat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Proses reformasi pendidikan seperti ini terjadi karena setiap pihak dan pemangku kepentingan di setiap tingkatan memiliki tugas dan peranan yang khas.


Pelibatan Publik


Adapun pelibatan publik dalam ranah pendidikan perlu diimplementasikan agar bisa berjalan efektif. Implikasinya bukan hanya sekadar pelibatan semata, melainkan sebuah pelibatan publik yang efektif dalam rangka perubahan kebijakan pendidikan setelah mendengarkan  masukan, usulan, dan rekomendasi dan berbasis data dan bukti-bukti di lapangan dari masyarakat (Doni Koesoema A, 2018).


Sebagaimana di sekolah, keterlibatan publik dalam memperkuat peran pendidikan karakter sebenarnya sudah dilakukan lama. Dalam berbagai kegiatan seperti MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) di awal tahun pembelajaran. Juga pada saat LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah) untuk mencari kader-kader yang nantinya akan dipilih menjadi pengurus organisasi sekolah.


Dalam berbagai kegiatan tersebut, pendekatan pendidikan karakter berbasis luas (broad based curriculum) diimplementasikan secara faktual. Pada saat MPLS sekolah mengundang pihak-pihak terkait, untuk memberikan materi bagi para calon peserta didik baru.


Dinas Kesehatan memberikan materi pentingnya menjaga lingkungan sekolah yang sehat, serta cara mengimplementasikan hidup sehat dalam kehidupan pribadi dan lingkungan sekolah. Polri memberikan materi pentingnya peserta didik sadar akan disiplin berlalu lintas, menjauhi miras maupun penggunaan obat-obat terlarang lainnya, serta menjauhi tindak kriminal.


Berbagai perusahaan juga sering diundang ke sekolah untuk memberikan materi gambaran dunia kerja yang nantinya akan dimasuki peserta didik. Khusus untuk jenjang SMK biasanya mengundang perusahaan yang berhubungan dengan dunia usaha atau dunia industri yang erat kaitannya dengan bidang keahliannya.


Sedangkan alumni yang sukses juga diundang untuk memberikan materi gambaran dunia  kerja yang sekarang digeluti dan mencarikan jaringan kerja untuk adik-adik kelasnya. Dengan mengundang alumni kontak emosional antara sekolah dengan alumninya dapat terbangun optimal.

 

Memperkuat Pendidikan Karakter


Untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah, pihak TNI juga diundang memberikan materi. Berdasarkan pengalaman penulis ikut menjadi pendamping peserta didik dalam kegiatan MPLS ataupun LDKS pihak TNI dalam memberikan materi juga sangat partisipatif.


Memang kalau kita menengok ke belakang, mendengar istilah TNI yang ada dalam bayangan adalah sikap indoktrinasi yang terpateri dalam setiap tindakannya. Namun ketika kita melihat sendiri fakta di lapangan ternyata sangat paradoksal dengan asumsi yang selama ini ada di benak masyarakat. Prajurit TNI yang dikirimkan ke sekolah dari kesatuannya berasal dari komando rayon militer (koramil) maksimal 4 orang tergantung jumlah peserta didik yang akan didampingi. Bukannya prajurit tempur dengan persenjataan lengkap.


Di samping materi PBB yang memang menjadi materi utama untuk membentuk sikap disiplin dan kesamaptaan jasmani, mereka juga memberi materi yang dapat membentuk kepribadian. Seperti permainan, lagu-lagu  nasional, dinamika kelompok, dan keberanian bicara di depan publik.


Dengan demikian bisa ditengarai bahwa TNI sekarang sudah sangat reformis dan mendalami  konsep pembelajaran humanistik dan partisipatif yang digunakan dalam memberi materi di sekolah. Peserta didik yang mendapat materipun terkesan sangat antusias karena materi yang diberikan sangat variatif dan memantik pemikiran untuk mengetahui lebih dalam dari materi yang diberikan.


Untuk itu perlu ditegaskan, bahwa kolaborasi sekolah dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun non pemerintah memang sangat diperlukan pada saat ini karena tidak semua hal bisa diselesaikan oleh sekolah. Sebagai satuan pendidikan sekolah mempunyai keterbatasan dalam sumber daya manusia dan sarana lain yang bisa membantu pembentukan karakter peserta didik.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar