Penguatan Jiwa Nasionalisme Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sejarah

Dilihat 146 kali

NILAI-nilai keutamaan dan norma kehidupan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia pada umumnya  dan khususnya remaja  saat ini dirasa semakin memprihatinkan. Berbagai bentuk dekadensi moral yang dialami oleh masyarakat Indonesia misalnya krisis kepercayaan dan kejujuran terhadap penyelenggara negara, munculnya konflik sosial antar suku, antar daerah, antar agama, dan berbagai jenis fenomena sosial negatif lainnya. Saat ini dikalangan remaja juga sedang terjadi dekadensi moral yang tidak kalah memprihatinkan. Bentuk-bentuk dekadensi moral yang ditunjukkan remaja berupa: pergaulan bebas, kebebasan seksual, konsumsi narkoba, tawuran, sikap dan perilaku amoral lainnya.

Untuk mengembalikan moralitas yang terkikis di kalangan remaja saat ini, maka kita perlu merekonstruksi moralitas di kalangan remaja. Salah satu cara untuk merekonstruksi moralitas di kalangan remaja terutama peserta didik adalah melalui integrasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di institusi pendidikan khususnya dalam pembelajaran sejarah.

Belajar Sejarah, Mendidik Jiwa Nasionalisme

Untuk menghindari kecenderungan tindakan amoral pada remaja dapat kita salurkan melalui pembelajaran sejarah yang menarik. Ada beberapa tujuan pembelajaran sejarah. Pertama, membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat sebagai sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan. Kedua, melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. Ketiga, menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau. Keempat, menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. Kelima, menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, baik nasional maupun internasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu siswa perlu mengikuti kegiatan belajar dan mengajar yang memadai . Dari proses belajar dan mengajar itu, diharapkan terjadi perubahan yang relatif permanen terhadap kemampuan, keterampilan , sikap, dan perilaku siswa sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan dalam kegiatan belajar. Tapi sayang mata pelajaran sejarah sepertinya sudah tergeser dalam kurikulum tidak lagi menjadi penting, sebagai bukti sedikitnya jumlah jam yang diberikan untuk pelajaran sejarah, baik di jenjang SD, SMP, maupun SMA/SMK.

JIka kita melihat masa lalu dalam kurikulum 1984, untuk mengembangkan jiwa nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air, serta nilai-nilai 1945 kepada generasi muda, maka di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta, wajib diberikan pendidikan sejarah perjuangan bangsa. Pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), dimaksudkan agar pelajaran sejarah tidak sekadar mengajarkan pengetahuan sejarah belaka, melainkan juga menanamkan nilai-nilai perjuangan bangsa dalam hati siswa.

Saat ini, secara praktis dengan kurikulum merdeka dalam pengembangan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru merupakan langkah strategis yang berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas.  Kemampuan guru dan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran tatap muka, dan tugas mandiri berpengaruh pada kualitas kompetensi peserta didik di sekolah.

Untuk mewujudkan implementasi kurikulum merdeka dan mengembangkannya melalui tugas-tugas mandiri dengan alokasi waktu yang hanya sedikit untuk mata pelajaran sejarah di kelas, maka guru harus benar-benar cerdas, cerdik dan kreatif dalam memanfaatkan kesempatan yang baik seefektif mungkin, sehingga berupaya bagaimana caranya agar siswa menyenangi pelajaran sejarah dan juga senang mengerjakan tugas-tugas mandiri dengan baik dan bertanggung jawab.

Sehubungan dengan materi-materi pelajaran sejarah yang begitu banyak maka guru harus dapat memilih materi mana yang perlu sebagai tatap muka di kelas dan mana yang digunakan sebagai tugas mandiri. Ternyata dengan memanfaatkan seefektif mungkin waktu yang sedikit dapat membuat penasaran siswa dan hal ini membuat siswa belajar sejarah dengan semangat dan dengan didukung adanya sarana dan prasarana yang ada misalnya laboratorium IPS, media belajar yang ada misalnya peta dinding, atlas, gambar-gambar, arca, internet, peta garis waktu, dan sebagainya.

Melalui tugas mandiri, misalnya tentang reaksi rakyat Indonesia ketika melawan kolonialisme, pada zaman pendudukan Jepang siswa lebih antusias dalam mengerjakannya bahkan siswa berkesan seakan-akan ikut dalam perlawanan melawan kolonial, bahkan timbul rasa benci terhadap penjajah. Akan lebih menarik  lagi apalagi materi pembelajaran sejarah  dibuat drama untuk dipentaskan di dalam kelas sehingga akan menumbuhkan semangat nasionalisme, patriotisme dan jiwa kepahlawanan yang lebih besar. Dengan demikian dapat disimpulkan betapa pentingnya belajar sejarah untuk penguatan jiwa nasionalisme peserta didik. Semoga.


Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar